Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Modus #27: Perasaan Hampa yang Tidak Diketahui darimana Asalnya

Peringatan:
Sebelum membaca part ini, tolong persiapkan hati kamu dalam kondisi baik. Segala rasa baper dan nyesek setelah baca part ini, semuanya bukan tanggung jawab author.

***

Terkadang, ada perasaan yang hadir tanpa kita undang. Munculnya tiba-tiba, tidak pernah terduga. Sering kali perasaan seperti ini membuat kita bingung memaknainya.

Perasaan itulah yang berkunjung ke hati Joya saat ini. Ia tidak pernah menduga, kini mengingat Ghazi memberikan efek debaran aneh di dada. Sentuhan Ghazi menimbulkan sengatan kecil yang memacu kinerja jantungnya. Joya pun dibuat tersesat memaknai arti perasaan tersebut.

Joya menepuk pipi, mengusir bayang-bayang wajah Ghazi dari batok kepala. Ini tidak bisa dibiarkan. Ia tidak boleh terus-terusan seperti ini.

"Gue nggak ada perasaan apa-apa sama Ghazi. Gue sukanya sama Kak Ilan. Cinta mati gue cuma Kak Ilan," kata Joya sambil memandang pantulan dirinya di dalam cermin, berusaha meyakinkan diri bahwa apa yang ia ucapkan adalah sebuah kebenaran. Perasaanya pada Ghazi bukan apa-apa. Mungkin itu hanya perasaan sesaat karena Ghazi adalah bocah laki-laki yang pernah bertemu dengannya sembilan tahun lalu. Ini tak lebih dari sekadar euforia masa lalu. Ya, pasti hanya itu, bisiknya dalam hati.

Joya menarik laci di hadapannya. Di sana, tersimpan diari bersampul biru dengan gambar boneka beruang. Tanpa disadari, sudut bibir Joya tersenyum. Sejurus kemudian Joya tersadar. Ia buru-buru menepuk-nepuk pelan pipinya hingga memerah.

"Nggak! Gue nggak boleh seperti ini," kata Joya marah pada bayangan dirinya di dalam cermin. "Gue sukanya Kak Ilan. Cinta mati gue cuma Kak Ilan. Ghazi cuma mak comblang yang bantuin gue buat dapatin Kak Ilan. Gue nggak ada perasaan apa-apa sama Ghazi. Ya, gue nggak mungkin suka Ghazi."

Kata-kata itu terus diucapkan Joya. Berulang-ulang. Berharap dengan begitu hatinya bisa teguh terhadap perasaannya kepada Gailan. Tapi, anehnya, semakin sering Joya menyangkal, ia jadi semakin meragu dengan apa yang ia yakini. Joya jadi sangsi pada kenyataan kalau hatinya tidak punya perasaan apa-apa kepada Ghazi.

"Aaarrrgggh!" Joya mengerang, dan menutup wajah dengan telapak tangan. Ia benar-benar frustrasi dengan perasaannya yang naik-turun bak roller coster. Kenapa, sih, ia harus mengalami semua ini setelah ia berhasil jadian dengan Gailan?

Joya menarik napas, lalu mengembuskannya. Menarik napas lagi, mengembuskannya lagi. Kegiatan tarik-embuskan itu terus ia lakukan berulang-ulang sampai dadanya sedikit merasa lapang.

Lalu tatapan Joya kembali jatuh pada diari milik Ghazi. Dalam hati Joya bertekad untuk mengembalikan diari Ghazi. Lebih cepat lebih baik. Setelah itu ia tidak perlu meminta bantuan dan berhubungan lagi dengan Ghazi. Mungkin saja dengan begitu, perasaannya terhadap Ghazi akan netral kembali.

Ya cuma itu satu-satunya jalan. Jauhi Ghazi, dan fokus pada hubungannya dengan Gailan. Bukankah dari awal ini tujuannya?

"Gue cuma cinta sama Kak Ilan!" ucap Joya. Meneguhkan kata-kata itu di dalam hati.

***

Ghazi menatap Joya dengan pandangan menyelidik. Saat itu mereka berada di perpustakaan. Duduk berhadapan dan dipisahkan oleh sebuah meja. Tangan Joya terlipat di atas meja, dan saling meremas. Belum lagi kepala Joya yang tidak mau tenang. Sebentar-sebentar menoleh ke arah kiri. Sebentar-sebentar melihat ke arah kanan. Sebentar-sebentar menunduk. Terlihat sekali Joya gelisah.

Ada apa sih dengan nih cewek? Sejak pulang dari jenguk Ilan bawaannya aneh terus, bisik Ghazi dalam hati dengan mata intens menatap Joya.

Joya menghela napas panjang entah untuk keberapa kalinya. Hal itu membuat hati Ghazi sedikit gusar. Entah untuk alasan apa ia harus merasa gusar.

"Tumben lo ajak ketemuan di sini. Kenapa nggak di tempat biasa aja?" tanya Ghazi yang mulai jengah dengan sikap Joya.

"Nggak apa-apa," jawab Joya. "Gue lagi malas ke sana," alasannya.

Sebenarnya bukan malas yang membuat Joya tidak mengajak Ghazi ketemuan di taman belakang lab sains. Melainkan, tempat itu terlalu menyimpan banyak kenangan tentang pertemuan-pertemuan mereka. Joya sungguh tidak mengerti dengan dirinya saat ini. Mengingat lab sains saja, bisa memicu detak jantungnya menjadi lebih cepat.

"Kalo lagi malas, nggak usah aja ketemuan. Masalah beres!"

Hati Joya tersengat mendengar jawaban Ghazi yang di dalamnya terselip nada sensi. Joya menoleh ke arah Ghazi dan melihat cowok itu merengut. Sepertinya, Ghazi juga dalam suasana hati yang tidak baik.

Ayo selesaiin! bisik Joya.

Lalu Joya memasukkan tangannya ke dalam laci, lalu menarik keluar diari milik Ghazi. Joya meletakkan diari itu di atas meja, lalu mendorongnya ke arah Ghazi.

"Gue mau balikin ini," kata Joya sambil menarik tangannya kembali dan meletakkannya di atas pangkuan. Kedua tangan itu kembali saling meremas.

Alis Ghazi terangkat melihat diari miliknya. Sejurus kemudian tangannya menyentuh diari itu.

"Ini artinya apa?" tanya Ghazi kemudian.

"Itu artinya tugas lo sebagai mak comblang gue dan Kak Ilan berakhir. Setelah ini kita nggak perlu lagi melakukan pertemuan diam-diam seperti ini. Gue nggak perlu minta tolong sesuatu yang ngerepotin lo."

Ghazi tidak merespons kata-kata Joya. Hanya matanya yang terus menatap Joya tanpa kedip. Seakan-akan menunggu kata-kata lain yang akan Joya ucapkan.

"Gue nggak bisa ngasih lo apa-apa sebagai balasan. Bahkan ngebantu lo buat dapatin Hazel. Mungkin gue cuma bisa lakuin ini buat lo," Joya memberikan seulas senyum tulus. Lalu, "Thanks banget udah bantuin gue dapatin Kak Ilan. Gue nggak akan lupain bantuan lo selama ini."

Setelah mengatakan itu, Joya mendorong kursinya ke belakang. Menimbulkan bunyi derit, yang entah bagaimana, seperti pisau yang menoreh luka di hati Ghazi. Ghazi pun tidak mengerti mengapa ia merasa sakit, juga sesak seperti ini. Rongga dadanya terasa menyusut.

"Mengenai rahasia lo yang tidur dengan boneka beruang itu ...," Joya mengambil jeda. Membicarakan tentang Didi membuat tenggorokannya terasa kering. Joya menggigit bibirnya, lalu meraup udara sebanyak mungkin. Mendadak dadanya terasa sesak. "Itu ... gue akan menyimpannya rapat-rapat. Gua pasti jaga rahasia lo. Itu janji gue."

Ghazi memejamkan mata. Tidak tahu harus berkata apa. Sebenarnya ada banyak hal yang ingin ia katakan kepada Joya. Tapi, kata-kata itu melebur di otaknya. Menjadi sesuatu yang acak, dan terlalu sulit untuk diucapkan lidah. Pada akhirnya yang dilakukan Ghazi hanya mengepalkan tangan dan mengembuskan napas gusar.

"Sekali lagi makasih. Gue harap lo bisa nemuin orang yang bisa buat lo bahagia. Seperti gue nemuin Kak Ilan."

Untuk terakhir kalinya, Joya tersenyum. Sebelum berbalik dan melangkah pergi.

Mendengar suara langkah yang menjauh, Ghazi membuka matanya. Pertama kali yang ia lihat adalah punggung Joya yang menjauh. Ada satu tikaman yang menusuk dada Ghazi. Rasanya begitu menyakitkan.

Jangan pergi!

Kata-kata itulah yang ingin Ghazi ucapkan. Kata-kata sederhana, tapi sangat berarti bagi Ghazi saat ini. Tapi, kata-kata itu tertahan di ujung lidah. Tak mampu Ghazi ungkapkan agar terdengar Joya. Seakan-akan ada jangkar tak kasat mata yang mengikat pada kata-kata tersebut, dan akhirnya tenggelam kembali ke dalam kerongkongannya.

Setelah ini kita nggak perlu lagi melakukan pertemuan diam-diam seperti ini.

Kata-kata Joya bergema di kepala Ghazi. Seharusnya Ghazi merasa senang karena terbebas dari tugas makcomblang Joya dan Gailan. Seharusnya Ghazi merasa lega karena tidak harus menghadapi rentetan telepon dan chat Joya yang hanya menanyakan Gailan. Seharusnya Ghazi menyambut gembira hari kebebasannya ini. Namun, Ghazi sama sekali tidak merasakan itu semua. Saat ini perasaan yang Ghazi rasakan hanya satu: HAMPA.

Ghazi memejamkan mata dan mengusap wajah dengan kedua tangan. Dalam hati bertanya-tanya, kenapa ia merasa tidak rela Joya pergi dan semua ini berakhir?

Sungguh, Ghazi sama sekali tidak mengerti kenapa ia harus merasakan perasaan serumit ini.

***

Penasaran dengan apa yang terjadi selanjutnya? Mau MODUS up double hari ini? Caranya gampang. Yuk komen, "UP" di sini. Jika komen UP sampai sebanyak 321 komentar pada jam 4 sore, MODUS akan double up hari ini. Setuju, kan?

Sampai jumpa lagi (secepatnya)

Bubay

K. Agusta

Ps: Follow IG kamalagusta (follback dm aja. Pasti direspons)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro