Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Modus #21: Cinta Boleh, Bego Jangan!

"Ya Tuhan!" seru Joya ketika seseorang menepuk bahunya. Joya memutar tubuh dan melihat Ghazi berdiri di hadapannya.

"Elo ternyata!" kata Joya lega. Tapi, sesaat kemudian ia panik dan menoleh ke kiri dan ke kanan.

"Gailan nggak ada. Dia ke ruang OSIS, ada perlu katanya. Membahas masalah turnamen taekwondo," jelas Ghazi seakan bisa membaca pikiran Joya.

"Syukurlah," kata Joya seraya mengelus dadanya. Insiden memalukan di mobil itu masih membuat Joya malu banget bertemu Gailan. Ah, seandainya saat itu Joya bisa menahan diri, pasti tidak bakal begini kejadiannya. Tapi nasi udah jadi bubur dan basi pula, apa boleh buat.

Joya melanjutkan lagi perjalanannya menuju kelas. Ghazi ikut berjalan di sampingnya. Selama berjalan, Ghazi terus melihat Joya. Joya menyadarinya dan mulai risi dengan tatapan Ghazi.

"Gue tau kalo gue itu cantik. Tapi lo nggak usah natap gue sampai segitunya. Orang-orang bakal nyangka lo cinta mati sama gue," kata Joya mengingatkan.

Tapi peringatan Joya tidak didengar oleh Ghazi. Cowok itu masih terus menatap Joya. Membuat Joya mendengkus sebal.

Joya menghentikan langkah, lalu berdiri di hadapan Ghazi. "Lo kenapa, sih?" tanyanya jengkel.

Ghazi terkekeh pelan. "Seharusnya gue yang nanya itu ke lo. Lo kenapa sampai nekat cium Gailan, ha?"

Mulut Joya terbuka lebar. Saat ini rahangnya serasa mau lepas. Panik, Joya menoleh ke kiri dan ke kanan. Memastikan tidak ada yang mendengar pertanyaan Ghazi barusan. Beruntung, saat itu hanya ada mereka berdua di sana.

Dengan wajah memerah, Joya membalas, "Lo jangan bikin malu gue dong. Kalo didenger orang lain, gimana?"

Ghazi mengangkat tangan kanannya sebatas dada, melihat jam di pergelangan tangannya. Masih ada waktu setengah jam lagi sebelum bel masuk berbunyi. Lebih dari cukup waktu yang dibutuhkannya untuk berbicara empat mata dengan Joya. Tanpa membuang waktu lagi, Ghazi meraih pergelangan tangan Joya, lalu menariknya.

"Eh, kenapa kita malah turun tangga lagi? Ini mau ke mana?" tanya Joya saat Ghazi menarik dirinya menuruni  tangga. Padahal kelas ia dan Ghazi berada di lantai atas.

"Ntar lo juga tau!"

Ternyata Ghazi membawa Joya ke taman di belakang lab sains. Seperti biasa hanya tempat ini yang aman bagi mereka untuk bicara tanpa didengar oleh siapa pun. Apalagi sepagi ini. Tidak akan ada murid yang datang ke taman ini.

"Sekarang lo jawab pertanyaan gue tadi," kata Ghazi menuntut.

"Lepasin ini dulu," kata Joya seraya menggoyang-goyang tangannya yang masih dipegang Ghazi.

Ghazi buru-buru melepaskan tangan Joya, lalu menggaruk belakang kepalanya, terlihat salah tingkah. Ghazi tidak sadar kalau tadi ia masih memegang tangan Joya.

"Sekarang lo jawab," kata Ghazi lagi.

Joya tidak langsung menjawab. Cewek itu malah menunduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah setiap kali mengingat kejadian tersebut. Seandainya saja ia punya kekuatan super untuk menghapus kejadian satu hari, ia akan menghapusnya.

"Sampai kapan lo mau diem terus, hm?"

Joya mendesis. "Kenapa sih lo ngungkit-ngungkit hal ini? Gue malu banget, tau!"

"Lo mau jawab di sini atau gue tarik lo ke kelas, dan gue tanya hal yang sama di depan orang ramai?" ancam Ghazi.

"Tarik aja. Jangan salahin gue kalo rahasia lo bakal gue bongkar," ancam Joya balik. Kali ini dengan posisi menantang, tangan terlipat di depan dada.

"Rahasia gue nggak ada apa-apanya dibandingkan kejadian memalukan lo itu, tau!"

Ghazi benar. Dibandingkan tidur dengan boneka, kajadian nekat cium cowok dan berakhir gagal itu lebih memalukan. Bisa-bisa ia bakal jadi bahan gosip seantero sekolah dan mendapat julukan baru. Si cewek berotak mesum. Ih ... membayangkannya saja sudah membuat Joya bergidik ngeri.

"Iya-iya, bakal gue jawab," kata Joya sebal karena kali ini ia kalah. "Kemarin itu gue khilaf," akunya kemudian.

Ghazi menatap Joya intens lalu berdecak. "Gue bilang sama lo ya. Suka boleh. Cinta mati boleh. Berjuang boleh. Tapi, jangan sampai  bikin lo bego dan nggak bisa ngontrol diri gitu."

Joya melirik Ghazi sebal. "Oke. Gue tahu gue salah. Puas lo?"

"Tapi untunglah ada sabuk pengaman. Gue nggak bisa bayangin kalo sampai lo benar-benar nyium Gailan."

Joya menunduk, lalu menghela napas panjang. Ia pun merasa beruntung. Sabuk pengaman itu menyelamatkannya dari tindakan tidak pantas untuk seusianya. Setelah dipikir-pikir, Joya merasa malu karena sempat punya hasrat untuk mencium Gailan.

"Sebagai cewek, lo kalem dikit kenapa. Jangan karena cinta, lo merendahkan harga diri lo gitu. Kalo Gailan jodoh lo, dia akan datang ke lo juga."

"Tapi jodoh kan perlu dicari. Perlu diperjuangin," balas Joya.

"Iya, gue tau. Jodoh emang perlu diperjuangin. Tapi dengan cara sepantasnya. Bukan dengan hal yang merendahkan martabat lo sebagai cewek."

"Iya-iya. Gue nggak bakal gitu lagi," janji Joya. "Sekarang Kak Ilan pasti mikir yang jelek-jelek tentang gue," kata Joya kemudian dengan nada sedih.

Entah kenapa nada sedih Joya membuat Ghazi ingin menghiburnya. Cowok itu maju selangkah. Kini mereka saling berhadapan. Ghazi meletakkan tangan di puncak kepala Joya lalu menepuknya pelan.

"Lo nggak usah khawatir. Gue tau Ilan. Dia nggak pernah berpikiran jelek tentang lo." Ghazi berharap kata-katanya dapat menghibur Joya, walau sedikit.

Joya mendongak dengan wajah tersipu. Lalu berkata, "Lo yakin?"

Ghazi mengangguk.

"Yes!" seru Joya senang. "Berarti gue nggak perlu ngehindari Gailan dong!"

Ghazi geleng-geleng lihat kelakuan Joya. Namun, ia tidak bisa menahan senyum yang terbit di bibirnya. Ghazi tidak tahu kenapa, tapi ia lebih senang melihat Joya gembira dan bersemangat seperti ini.

"Kalo gitu kita balik ke kelas. Bentar lagi bel," ajak Ghazi.

"Oke, adik ipar!"

"Omong-omong diari gue mana?"

Langkah Joya terhenti. Ia menoleh sebentar kepada Ghazi, tersenyum, lalu berlari kencang. Setelah jauh Joya berteriak, "Diari lo masih gue sita!" Setelah mengatakan itu Joya kembali berlari, kabur dari Ghazi.

Sementara Ghazi tidak bisa menahan tawanya melihat kelakuan ajaib Joya. Dasar cewek ajaib, bisiknya.

***

Sesampainya di kelas, Dimas tidak menyambut Ghazi seperti biasanya. Dimas pura-pura sibuk menulis sesuatu, dan sama sekali tidak memberi salam selamat pagi kepada Ghazi. Memang, sejak jam istirahat kemarin, Dimas seperti membangun tembok di antara mereka. Ghazi pun memilih untuk membiarkan Dimas menenangkan dirinya dulu. Soalnya memberi penjelasan sekarang percuma. Bicara kepada orang yang lagi marah itu sama seperti bicara dengan angin, tidak bakal digubris.

Ghazi pun meletakkan tasnya, duduk, lalu mengeluarkan buku pelajaran jam pertama. Masih ada lima menit sebelum bel masuk. Ghazi memilih untuk membaca materi.

Namun, tidak satu pun kata yang berhasil dicerna otaknya. Ia kembali mengingat kejadian kemarin.

"Sorry, Kri, gue nggak bisa." tolak Ghazi. "Gue nggak bakal nyuruh lo buat berhenti suka sama gue. Tapi, gue benar-benar nggak bisa balas perasaan lo. Sekali lagi sorry!"

"Kenapa lo nggak coba untuk pikirin dulu?" pinta Krisan penuh harap.

Ghazi menggeleng dengan yakin. "Kalo lo mau berteman, gue oke. Tapi kalo lebih, seperti gue bilang tadi, gue belum bisa."

"Kenapa?"

Ghazi memejamkan mata sesaat sambil menghela napas panjang. "Saat ini hati gue belum sembuh dari luka. Gue nggak bisa ngasih hati gue yang hancur buat orang lain. Karena menurut gue itu nggak adil. Gue nggak mau jadi orang jahat yang jadiin orang lain sebagai pelarian dari rasa sakit gue. Gue harap lo ngerti sekarang."

Krisan tertunduk mendengar ucapan Ghazi. Tapi, sepertinya ia belum menyerah. "Tapi aku masih punya kesempatan, kan? Aku masih boleh menunggu, kan?"

"Ya. Tapi, gue nggak bisa janjiin apa pun buat lo. Karena kita nggak pernah tau apa yang terjadi pada hati."

***

Halo, semua. Senang bisa berjumpa dengan kalian lagi. Semoga masih tetap setia ya  sama MODUS. hihihi ....

Oh iya beberapa waktu lalu ada readers yang inbox gue. Minta diadain Q&A gitu. Nah, gue rasa nggak ada salahnya mewujudkan permintaan pembaca gue. Oleh karena itu, kali ini gue akan ngadain Q&A.

Nah silakan kalian ajukan pertanyaan di kolom komentar ini dan ditujukan pada siapa. Tapi ingat, satu orang hanya boleh bertanya satu hal ke tokoh yang sama. Karena bakal ada 6 tokoh plus author, jadi tiap reader boleh bertanya 7 pertanyaan. Gimana? Udah cukup kan?

Nah biar rapi, pertanyaannya ditulis di sini ya. Sesuai dengan namanya.

1. Pertanyaan untuk Ghazi

2. Pertanyaan untuk Gailan

3. Pertanyaan untuk Joya

4. Pertanyaan untuk Hazel

5. Pertanyaan untuk Krisan

6. Pertanyaan untuk Dimas

7. Pertanyaan untuk Author.

Nanti akan ada postingan khusus untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terpilih. Ada berapa pertanyaan yang terpilih? Sekitar 3-5 pertanyaan. Tergantung seberapa menarik dan unik pertanyaannya.

Yaudah segini dulu. Sampai jumpa hari Senin.

Bubay

K. Agusta

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro