Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Modus #2: Hari Penuh Kesialan


Tips #2:

Cari tahu segala hal yang disukai dan nggak disukai oleh gebetan lo

***

Joya Pradipta naksir berat sama Gailan Airlangga.

Joya pertama kali bertemu Gailan pada hari terakhir masa orientasi. Saat itu klub-klub sekolah mendirikan stan yang bertujuan mempromosikan klub mereka, mengajak para siswa baru untuk bergabung. Joya langsung menuju stan klub Taekwondo. Sejak awal Joya memang ingin bergabung dengan klub tersebut.

Di sanalah Joya melihat Gailan. Terlihat keren dalam balutan dobok. Gailan sedang memeragakan beberapa jurus. Joya terkagum-kagum dengan dwi chagi Gailan yang sempurna.

Setelah bergabung barulah Joya tahu kalau Gailan ketua klub Taekwondo. Dengan wajah yang tampan, murah senyum, dan ramah, tidak mengherankan jika cowok tersebut dikelilingi banyak orang-terutama cewek-cewek. Gailan adalah matahari klub Taekwondo SMA Harapan.

Rasa suka harus diperjuangkan. Itulah prinsip hidup yang diyakini Joya. Cewek itu mulai melakukan pendekatan pada Gailan. Namun, yang memiliki prinsip tersebut tidak Joya seorang. Gailan adalah daging segar yang terlalu banyak menarik perhatian lalat-lalat. Dengan persaingan yang begitu banyak, tentu saja peluang Joya untuk bisa meraih Gailan seperti melihat gajah terbang, sangat mustahil.

Namun, siapa sangka takdir berkata lain. Joya tidak pernah menyangka bahwa hukuman yang ia terima untuk membersihkan buku-buku di perpustakaan sekolah membuka jalan untuk meraih hati Gailan. Itu semua berkat diari yang ia temukan di salah satu meja baca di perpustakaan. Mulanya Joya pikir diari tersebut milik salah satu cewek kutu buku berpenampilan cupu yang ketinggalan. Ternyata perkiraannya salah besar. Diari bersampul biru dengan gambar Teddy Bear itu adalah milik Ghazi Airlangga, adiknya Gailan.

Joya tahu, menggunakan diari yang penuh rahasia sebagai senjata untuk meraih hati Gailan adalah salah. Tapi, demi cinta segala cara sah untuk dilakukan, kan?

***

Bego-bego-bego!

Ghazi menjedot-jedotkan kepalanya ke dinding toilet sekolah. Seharusnya ia belajar dari pengalaman. Cewek bernama Joya Pradipta itu malapetaka dalam hidupnya, sama sekali tidak bisa dipercaya. Namun, pagi ini Ghazi seperti keledai dungu yang terjebak ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya.

Semua kesialan ini terjadi karena ulah cewek rese itu. Sejak menobatkan Ghazi sebagai makcomblang secara sepihak, Joya selalu meneror Ghazi dengan pesan Whatsapp. Ghazi tidak heran cewek itu tahu kontak Whatsapp-nya, mengingat di diari tersebut Ghazi menuliskan biodata diri super lengkap. Yang membuat Ghazi kesal setengah mati, pesan yang dikirim tiap lima menit itu berisikan hal yang sama: Gailan ngapain sekarang? Chat yang masuk bertubi-tubi itu membuat Ghazi tidak bisa tidur, hingga akhirnya bangun kesiangan.

Ternyata kesialan Ghazi tidak hanya sampai di situ. Ghazi terpaksa naik ojek online ke sekolah karena Gailan sudah berangkat duluan. Biasanya Ghazi dan Gailan berangkat bersama dengan mobil yang dikemudi oleh Gailan. Sesampainya di sekolah gerbang sudah ditutup.

Saat itulah ia bertemu Joya. Cewek itu juga datang terlambat. Joya yang bersembunyi di balik pohon akasia yang tumbuh tidak jauh dari gerbang sekolah melambai-lambaikan tangan pada Ghazi. Awalnya Ghazi mengabaikan panggilan itu. Tapi, makin lama cewek itu makin heboh. Tak ingin menarik perhatian banyak orang, Ghazi mengembuskan napas panjang lalu mendekati Joya.

"Halo, adik ipar!" sapa Joya ramah. "Telat juga?" tanyanya kemudian.

Ghazi mendengkus mendengar pertanyaan itu. "Gue nggak telat!" jawabnya sebal.

"Lo bolos? Astaga, adik ipar. Gue nggak nyangka lo nakal juga." Joya mendekap tangannya di dada, menatap Ghazi dengan tatapan kecewa.

"Lo yang bego. Udah jelas gue telat masih aja ditanya," semprot Ghazi keki. Tentu saja ia tidak terima disebut nakal. Selama ini Ghazi adalah anak yang patuh pada peraturan. Pagi ini pertama kalinya Ghazi datang terlambat. Dan itu disebabkan oleh Joya.

"Kita sehati, adik ipar. Gue juga telat."

Ghazi mengusap dadanya. Ia harus sabar. Menghadapi Joya lama-lama bisa membuatnya tensinya naik.

"Tapi tenang aja. Lo nggak usah khawatir. Gue tau jalan pintas masuk ke dalam dengan mudah."

"Lo yakin?"

Joya mengangguk mantap. "Gue udah biasa telat. Jadi, gue udah hapal jalan tikusnya." Joya membusungkan dada seolah rekor telat datang sekolah itu sesuatu yang patut dibanggakan. Ghazi pun tidak terlalu memedulikan hal tersebut. Terpenting baginya saat ini adalah selamat masuk ke dalam gedung sekolah tanpa ketahuan.

Namun Ghazi lupa kalau Joya adalah kesialan baginya. Memercayai Joya adalah kesalahan besar. Buktinya saat ini. Gara-gara mengikuti cewek itu, Ghazi harus berakhir di toilet sekolah dengan alat pel di tangan. Ternyata jalan tikus yang disebut Joya itu sama sekali tidak aman. Di sana sudah ada guru piket yang menunggu. Sudah bisa ditebak, Ghazi dan Joya dihukum membersihkan toilet karena datang terlambat.

"Ini semua gara-gara lo!" tuding Ghazi seraya melempar alat pel tersebut ke lantai.

Dasar ajaib, Joya malah menyeringai lebar. "Kok salah gue?"

"Lo bilang tadi tahu jalan pintasnya."

"Lha ... yang kita lewati tadi kan emang jalan pintas."

"Iya. Tapi, sama sekali nggak aman."

Joya tertawa keras. Setelah tawanya reda, ia kembali berkata, "Emang tadi gue ada ngejamin jalan itu aman? Nggak kan? Kalo ketahuan, jangan salahin kakak ipar lo ini dong."

Ghazi terdiam sebab apa yang dikatakan Joya benar. Cewek itu sama sekali tidak menjamin jalan yang mereka masuki itu akan aman. Dasar bego! Ghazi mengumpati dirinya.

"Kalian berdua jangan ribut!" Tiba-tiba guru piket yang tadi menangkap mereka muncul. Wajahnya sangar dengan kumis tebal. Ghazi buru-buru mengambil alat pel yang tadi dibuangnya. Lalu mulai mengepel lantai tolet yang kotornya luar biasa.

Setelah guru itu pergi, Joya kembali bertanya, "Gimana? Lo udah bikin apa yang gue minta kemarin malam?"

Ghazi jadi teringat chat Joya kemarin malam. Cewek itu meminta Ghazi menulis list hal-hal yang disukai dan tidak disukai Gailan.

"Belum," jawab Ghazi ogah-ogahan. "Kemarin gue udah ngantuk."

"Kapan lo mau kasih ke gue?"

"Entar kalo gue udah nggak sibuk."

Hening. Tidak ada sahutan. Ghazi lalu menatap Joya, dan melihat seringai di bibir cewek tersebut. Bukan seringai yang menyenangkan.

"Gue punya teman anak mading. Kalo diari lo ini dipajang di sana, menurut lo gimana?"

Wajah Ghazi seketika memucat. Saat ia menelan ludah, tenggorokannya terasa sakit. Ghazi bergidik ngeri membayangkan reaksi anak-anak satu sekolah jika mengetahui rahasianya.

"Oke-oke. Gue akan kasih ke lo istirahat nanti. Puas?"

Joya tersenyum lebar. Lalu ditepuknya punggung Ghazi. "Gitu dong. Ini baru namanya adik ipar yang baik."

"Jangan ngimpi lo!" balas Ghazi sewot.

Joya tertawa. "Ini bukan mimpi, tapi takdir."

Takdir? Omong kosong! Sejak dulu, Ghazi tidak pernah percaya dengan yang namanya takdir.

***

"Tumben lo telat," kata Dimas, teman sebangku Ghazi.

Saat itu jam istirahat. Ghazi baru menyelesaikan hukumannya. Seragamnya basah dan lengket karena keringat.

"Panjang ceritanya," jawab Ghazi, malas untuk bercerita.

"Dikali lebar sekalian nggak? Kalo iya jadi luas tuh ceritanya."

Ghazi menjitak kepala Dimas dengan kesal. " Eh, kutu kupret! Lo pikir ini rumus persegi panjang?"

Dimas tawa keras melihat Ghazi yang keki berat. Ghazi sudah siap ingin menjitak Dimas lagi, tapi Dimas keburu kabur.

Sepeninggalan Dimas, Ghazi menjatuhkan bokongnya di bangku, lalu mulai mengipasi wajahnya dengan buku tulis.

Ah ... hari ini benar-benar sial! rutuk Ghazi.

***

Halo semua. Gue balik lagi. Nah, menurut lo, Ghazi akan pasrah aja diperalat atau melakukan perlawanan?

Kuy di vote!

1. Ya

2. Tidak

Oh iya, ada banyak hadiah yang menunggu bagi pembaca teraktif bagi vote dan komen, lho. Salah satunya paket buku selama setahun dari Bentang.

Nah, sampai jumpa lagi hari Kamis, ya. Masukin kisah ini di library agar lo nggak ketinggalan update kisah Ghazi, Joya dan Gailan. Dan ... gue masih tetap setia kasih tips-tips ngemodus buat lo semua.


Bubay!


K. Agusta


dobok: Seragam Taekwondo


dwi chagi: Tendangan Belakang

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro