Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Modus #10: Ajakan Kencan


Tips #10:

Lo harus tahu semua kontak media sosial doi. Itu akan memudahkan lo buat stalking dan berkomunikasi dengannya.

***

"Kali ini lo nggak ngibulin gue, kan?" tanya Joya. Matanya menyipit menatap Ghazi. Menyelidiki perkataan Ghazi kali ini bisa dipercaya atau tidak.

Saat itu jam istirahat. Ghazi dan Joya duduk di bangku besi di taman belakang lab sains. Bangku itu dicat warna putih, namun sekarang warnanya sudah memudar dan sedikit berkarat.

Ghazi memutar bola matanya saat mendengar tuduhan Joya. "Kali ini gue serius," jawabnya.

"Ya kali aja lo ngibulin gue lagi buat balas dendam karena lo kena hokum Pak Kamal."

"Masalah itu gue anggap kita impas. Nggak perlu kita bahas lagi. Deal?"

"Deal!" jawab Joya cepat, lalu cewek itu pun tertawa.

"Sekarang lo tinggal pikirin gimana caranya agar Gailan pergi dengan lo," kata Ghazi sambil menyandarkan punggung ke sandaran bangku. Kepalanya mendongak ke atas. Menatap rimbun dedaunan akasia yang menjadi kanopi hijau memayungi mereka dari sinar matatahari.

Joya menjentikkan jarinya. "Tenang aja gue udah punya rencana. Gue yakin ini berhasil."

Ghazi menggeleng sambil mengulum senyum melihat kepercayaan diri Joya. Cewek di sampingnya itu benar-benar punya semangat yang tidak tertandingi. Entah kenapa secara tidak langsung semangat itu menular pada Ghazi.

"Gue boleh tanya satu hal?"

Joya menoleh kepada Ghazi dan mengerjapkan mata. Kemudian cewek itu mengangguk. "Boleh," katanya.

"Apa yang membuat lo jatuh cinta sama Gailan?"

"Itu mah pertanyaan gampang. Tentu aja karena Gailan itu tampan, keren, dan kece."

Ghazi mengangguk-angguk mendengar jawaban Joya. Ternyata jatuh cinta tak pernah lepas dari penilaian fisik seseorang. Semakin bagus penampilanmu, semakin besar pula probabilitas seseorang jatuh hati kepadamu.

"Lo sendiri, kenapa jatuh hati pada Hazel?"

"Karena dia cantik."

***

"Kak Ilan!"

Setelah latihan taekwondo berakhir, Joya menghampiri Gailan. Bibir JOya melengkungkan senyum terbaiknya saat berjalan menuju Gailan.

"Hari Minggu ini Kak Ilan ada acara nggak?"

"Nggak ada. Kenapa?"

"Begini. Aku mau ngajak Kak Ilan nonton. Katanya lagi ada film bagus. Mau, ya, Kak? Tenang aja, aku yang traktir, kok."

Gailan tersenyum, lalu berkata, "Lo ngajak gue nge-date, ya?"

Wajah Joya seketika memerah dan teras panas. Cewek itu menunduk dan menekan-nekan ujung kakinya ke lantai. Perkataan Gailan barusan berhasil membuat Joya merasa grogi.

"Hmm ... iya," jawab Joya.

Kemudian Gailan tertawa. Merasa lucu dengan tingkah Joya yang malu-malu begitu.

"Oke."

Yes! sorak Joya dalam hati. Ia tidak menyangka Gailan akan menyetujui ajakannya dengan begitu mudah. Pasti Kak Ilan juga suka sama gue, nih!

"Lagipula lo yang bayarin. Nyokap bilang pamali nolak rejeki. Dosa."

Khayalan Joya buyar seketika mendengar ucapan Gailan. Ternyata Gailan menyetujui bukan karena suka sama Joya, tapi karena ditraktir Joya. Ternyata semua manusia sama, tidak menolak barang gratisan.

Meskipun begitu, Joya tetap senang. Setidaknya ia punya kesempatan buat kencan dengan pujaan hatinya.

"Aku bisa minta Line atau Whatsapp Kak Ilan? Buat ngasih tahu jam berapa kita pergi."

***

Sesampainya di rumah, yang diingat Joya adalah Ghazi. Ia harus segera menelepon cowok tersebut dan memberitahu kabar gembira ini.

Joya megeluarkan ponsel dari dalam tas, dan mulai mencari nama Ghazi di kontak. Setelah menemukannya, Joya menyentuh icon dial dan menempelkan ponsel di telinga. Terdengar nada sambung, lalu ...

"Zi, Kak Ilan terima ajakan gue!" teriak Joya setelah Ghazi menerima panggilannya.

Di kamarnya, Ghazi terlonjak mendengar teriakan Joya. Seperti biasa, Joya tidak pernah mengucapkan salam terlebih dahulu.

"Bisa nggak kalo nelepon itu ngucapin salam dulu? Lo bikin gue jantungan, tau!" gerutu Ghazi seraya menutupi telinganya yang berdenging.

Seperti biasa Joya hanya menggapi gerutuan Ghazi dengan kekehan. Lalu, "Gue cuma mau ngasih tau lo kabar gembira itu aja."

Tut ... tut ... tut ....

Sambungan pun diputus. Ghazi menatap ponselnya dan berdecak. "Dasar cewek aneh," bisiknya kemudian.

***

Minggu siang, Joya terlihat sibuk di kamarnya. Beberapa helai baju berserakan di atas ranjang. Sejak tadi ia menyoba pakaian yang akan digunakannya berkencan dengan Gailan. Meski hampir semua baju dicobanya, Joya belum menemukan yang pas. Terlebih Ghazi mengatakan bahwa Joya harus berpenampilan girly, sesuai dengan tipe yang disukai Gailan.

Joya menghempaskan tubuh di atas tempat tidur. Merasa lelah. Ia tidak pernah menyangka bahwa mencari pakaian yang pas untuk berkencan akan seribet ini. Terlebih pakaian yang ia punya selama ini kebanyakan t-shirt dan jeans. Ia sama sekali tidak punya pakaian yang bisa dikatakan girly. Mau beli baju baru, uangnya hanya cukup untuk mentraktir Gailan makan dan nonton.

Joya menatap jam yang tergantung di dinding kamarnya yang berwarna biru langit, lalu mendesah. Dua jam lagi Gailan akan menjemputnya. Tapi, ia belum bersiap-siap. Jangankan dandan, mandi pun Joya belum.

Lalu, Joya kembali berdiri. Diraihnya handuk yang tergantung di balik pintu kamar. Lebih baik ia mandi dulu. Masalah pakaian, ia akan pakai baju yang membuatnya merasa nyaman saja. Toh itu lebih baik daripada ia tidak pakai baju.

***

Jam tiga sore, Joya sudah duduk di teras rumahnya. Menunggu kedatangan Gailan. Sambil menunggu, Joya kembali mengecek tampilannya. T-shirt biru langit yang dipadukan dengan celana jeans. Untuk rambutnya, Joya sengaja memakai bando. Memang, penampilannya tidak girly banget, tapi ini sudah cukup lumayan. Setidaknya ia tidak akan malu-maluin jalan bersama Gailan yang super ganteng.

Joya melihat ke arah jalan raya. Tapi, belum ada tanda-tanda Gailan akan datang. Kemudian Joya mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan Line kepada Ghazi. Menanyakan apakah Gailan sudah berangkat atau belum.

Tak sampai semenit, ponsel Joya berdenting. Pesan balasan dari Ghazi sudah masuk. Cowok itu bilang Gailan sudah pergi setengah jam yang lalu.

"Mungkin terjebak macet di jalan," kata Joya untuk menenangkan dirinya.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Tak lama kemudian orang yang ditunggu Joya datang juga. Joya segera berdiri dari posisi duduknya dan berlari kecil menghampiri Gailan yang turun dari mobil.

"Sorry, gue telat," kata Gailan sambil tersenyum. Senyum yang membuat hati banyak cewek meleleh.

Joya menggeleng dan berkata, "Nggak apa-apa, kok, Kak. Aku juga baru siap."

"Kita cabut sekarang?" tanya Gailan yang dijawab Joya dengan anggukan.

Gailan membuka pintu belakang mobil. Tentu saja itu sedikit mengecewakan Joya. Ia berharap bisa duduk di depan, di samping Gailan. Tapi, Joya menepis rasa kecewa itu. Setidaknya hari ini ia akan kencan dengan Gailan. Momen yang sudah ia tunggu-tunggu sejak lama.

Saat Joya masuk ke dalam mobil, sebuah suara lembut menyapanya. Joya menoleh ke asal suara, dan ia menemukan seraut wajah—yang harus ia akui—cantik tersenyum padanya. Joya mematung sesaat dan menelan ludah. Di bangku depan—tempat yang tadi ia harapkan—sudah diduduki oleh cewek yang paling tidak ia harapkan. Joya tersadar ketika Gailan sudah masuk dan duduk di depan kemudi.

"Lo nggak keberatan Hazel ikut dengan kita, kan?"

***

Halo semua. Akhirnya MODUS bisa menyapa kalian lagi. Semoga part ini tidak terlalu buruk, ya. Maklum, ini baru gue tulis jam 3 dini hari tadi. Soalnya beberapa hari ini kerjaan gue sedang banyak banget, dan diperparah kondisi badan yang nggak fit. Seharusnya gue nggak perlu cari pembelaan, tapi gue harap kalian bisa memakluminya.

Oke, segitu aja sih. Sampai jumpa di hari Kamis lagi.

Bubay

K.Agusta

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro