Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

31.


Wajah Arkhan sudah tak berbentuk akibat pukulan keras Wirya, tapi Arkhan tidak berusaha melawannya. Lelaki itu seperti pasrah saat Wirya dengan emosi yang berapi-api menghajarnya tanpa ampun, tanpa belas kasihan, tanpa menyadari bahwa laki-laki yang sedang dilawannya itu masih bocah kelas satu SMA.

Adel terbelalak saat menatap cairan kental yang tak henti-hentinya merembes keluar melalui celah hidung Arkhan saat laki-laki itu terlihat lemas dan tak berdaya .

Dengan bola mata Adel yang berkaca-kaca, ia berlari menjauhkan tubuh Wirya saat berada di atas tubuh Arkhan.

"Stop! Hentikan, Yah. Kumohon," ucap Adel dengan sesenggukkan. Mencoba melerai keduanya, tetapi percuma. Tubuh Wirya jauh dua kali lipat lebih kuat dari pada tubuh Adel, perempuan itu malah terpental jauh hingga mencium tanah.

Dengan mata yang berkaca-kaca, Adel menatap Arkhan di sisa-sisa tenaganya sedang mengambil sesuatu di saku celana, lalu mengetikkan sesuatu pada benda pipih itu kemudian memasukkan lagi benda tersebut ke tempat semula.

Sekali lagi. Adel bangkit, berusaha melerai perkelahian tersebut. Namun, Wirya semakin beringas, ada kabut emosi yang tampak jelas di bola matanya. Pria itu bukan seperti ayah Adel, ada sesuatu yang merasuki tubuhnya hingga berani menghantam pukulan tanpa ampun, dan membuat bocah SMA yang sejak tadi diserangnya terbatuk-batuk, kemudian disusul satu pukulan yang amat keras, hingga membuat Arkhan terpejam dengan cairan kental yang lengket berbau amis menyembur keluar melalui mulut Arkhan lalu percikan darah tersebut mengenai tubuh Wirya.

"Arkhan!" Adel yang melihat peristiwa itu langsung berteriak histeris. Kemudian cairan bening merembes keluar tanpa henti dari sudut kelopak matanya, hingga meledaklah tangisan Adel saat beberapa menit yang lalu sempat tertahan.

Di menit selanjutnya terdengar suara sound booster motor yang sedang menampilkan beberapa aksi akrobat dengan gaya freestyle di depan gerbang , lalu masuk ke halaman rumah. Salah satu di antara ketiganya tiba-tiba saja berlari dan mendaratkan tendangannya pada selangkangan Wirya hingga terpental jauh, sedangkan salah satunya lagi membawa tubuh Arkhan yang sudah tidak sadarkan diri untuk naik ke atas motor, lalu pengendara bermotor itu pergi menjauhi rumah tersebut.

***

Adel masih berada di tempatnya, menatap kepergian pengendara bermotor tersebut. Ada beribu pertanyaan yang bersarang di kepala. Siapa mereka? Dan mengapa mereka membawa Arkhan?

Beberapa kali Adel menggelengkan kepala. Melihat penampilan pengendara bermotor yang mengenakan sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat, dan baju yang lusuh seperti mencerminkan bukan Arkhan yang selalu berpenampilan rapi, dan sopan. Iya, bukankah circle pertemanan selalu menentukan bagaimana diri kita? Namun, anehnya Adel—yang notabene adalah pacar Arkhan—juga tidak mengetahui kalau Arkhan mempunyai teman seperti itu. Pasalnya yang Adel ketahui teman Arkhan hanyalah Abe.

Adel tertegun sambil merutuki dirinya sendiri, sepertinya status 'pacar' hanyalah sekadar status. Nyatanya Adel tidak pernah mengetahui siapa diri Arkhan yang sebenarnya. Namun, tiba-tiba saja bola mata Adel terbelalak saat rambutnya ditarik sedemikian kuat hingga terasa akar-akarnya mau copot dan membuat perempuan itu berteriak histeris sambil memegangi rambutnya agar rasa sakit itu mereda. "Yah, ampun, Yah. Lepasin!"

Bukannya berhenti, Wirya malah semakin kencang menarik tubuh Adel menggunakan rambut perempuan tersebut.

"Rasa sakit ini tidak akan ada bandingnya dari pada kamu, Anak ayah. Berani berbohong hanya untuk berpacaran sama dia. Lelaki berandalan yang tidak jelas masa depannya!"

"Maksudnya Arkhan, Yah? Dia itu nggak kayak Ayah yang sok jagoan—aw!" sebuah dorongan yang cukup keras menghantam kepala Adel saat Wirya membenturkannya melalui pintu rumah, "seharusnya Ayah saja yang pergi. Jangan Bund—aw!" Sebuah tamparan dahsyat mendarat di pipi Adel, hingga membuat perempuan itu tak bisa berkata-kata lagi dan terhanyut dalam tangisnya. Membiarkan tubuhnya diseret paksa oleh Wirya lalu membawa Adel masuk ke kamar dan menguncinya dari luar.

***

Kabol terlihat mondar-mandir seperti setrika baju yang sedang kepanasan. Sedangkan beberapa kali Attak mencengkeram telapak tangannya sambil memberikan pukulan-pukulan pelan yang ditangkis sendiri menggunakan telapak tangannya yang satunya. Dengan posisi duduk yang mana siku tangan kiri dan kanan menjadikannya sebagai tumuan pada bagian paha kaki. Ada emosi tak kasat mata yang terancar pada bola mata Attak saat Arkhan diperlakukan seperti itu. Entah, sepertinya persahabatan mereka sudah mendarah daging dan bagaikan saudara apabila tangan yang terluka, maka mata akan mengeluarkan air mata.

Puput datang dari lorong rumah sakit, mengenakan potongan rambut bergaya model long feathered, dan di tengah-tengah lidahnya terlihat mengenakan tindik kecil saat perempuan itu berbicara sambil melambaikan tangan dan berjalan mendekati Kabol dan Attak. "Woi, makan dulu yok! Kasian perut kalian kosong entar sakit. Siapa juga yang repot?" Puput menepuk keras di bagian bahu hingga kedua pemiliknya mengadu kesakitan.

"Ya elah, Put. Siapa juga yang mau sakit. Mana ... siniin makanannya. Bagi! Ini gratis, kan?"

Puput tersenyum renyah saat Kabol merebut dua nasi bungkus yang sedang dibawanya lalu duduk di kursi ruang tunggu. Namun, berbeda dengan Attak yang masih lesu dengan aktivitas sebelumnya. "Bol, jangan dimakan semuanya. Bagiin buat Attak satu, noh!"

"Alah siap, Makcik!" Di detik selanjutnya Kabol sudah menyantap nasi bungkus tersebut dengan salah satu kakinya yang diangkat pada kursi ruang tunggu yang berada di depan ruangan pasien. Memakannya dengan lahap, seperti tidak pernah makan sebelumnya.

Di lain sisi Puput memandang Attak dengan pandangan iba, lalu menghampiri dan duduk di sisi pinggir penyangga tempat duduk yang terbuat dari besi tersebut. Mengelus punggung Attak lalu membawa kepalanya dalam pelukan. Di sanalah tangis Attak meledak, ternyata lelaki yang bertato dan terlihat sangar pun bisa menangis selayaknya anak kecil. Puput paham, Attak pasti takut kehilangan Arkhan, sebagaimana sebelumnya pernah kehilangan teman sejati mereka, Badrud.

Mendengar tangis Attak yang tak terkontrol membuat Kabol menoleh dan menghentikkan aktivitasnya. Ia meletakkan nasi bungkus tersebut yang masih setengah dan ikut bergabung untuk berpelukan bersama teman-temannya yang lain.

"Iiih geli, Bol. Dasar, ya, lo gay!"

Kabol tersentak dari pelukan tersebut dan langsung menjauhkan tubuhnya dari tubuh Attak. "Ah dasar lo, Udang rambutan! Giliran gue peluk, malah dikatain gay!"

Jawaban tersebut langsung membuat Puput dan Attak tertawa terbahak-bahak dalam tangisnya. "Dih! Sini nasi gue. Jangan-jangan lo embat juga kali!"

"Noh, noh, noh! Makan tuh nasi bungkus. Gue mau ke kamar mandi!"

Tanpa rasa curiga Attak mengambil nasi bungkus dari Kabol. Namun, saat nasi tersebut sudah dibuka, ternyata tinggal separuh. Alhasil Kabol yang sudah berada di ujung lorong berbalik, mengulurkan kedua jempolnya ke atas lalu diarahkan ke bawah dan berteriak, "Makan tuh gay! Dasar, Udang Rambutan!"

Attak melotot, melepaskan sandal bermerek Swallow dan melemparkan ke arah Kabol. "Dasar, Poci mangkrak! Nggak nyadar apa, rambut siapa yang kayak udang rambutan!"

Sayangnya lemparan sandal tersebut tidak mengenai Kabol karena lelaki itu berhasil kabur dan hanya mendapatkan kekehan kecil dari Puput.

***

Hallo Gaes. Hari ini aku bakalan double up

Jangan lupa meninggalkan jejak 🌟🌟🌟


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro