28.
Setelah Adel mandi—mengingat tadi setelah pulang dari kafe Baca langsung les—ia membuka ponselnya dan membaca ulang chat BBM tadi sore, sebuah percakapan antara Arkhan dengan Atta— menggunakan ponsel Adel sewaktu di kafe Baca yang membalas pesan dari Arkhan.
Sebuah fakta baru yang membuat Adel terlonjak kaget, ada perasaan bahagia yang mematahkan teori teman-temannya terkait sosok Arkhan di mata Adel. Ternyata Arkhan terpaksa pulang sekolah bersama Alessa karena tidak enak menolak—yang notabe adalah kakak kelas—saat memohon pada Arkhan agar diantar pulang. Namun, tetap saja Atta menganggap bahwa Arkhan adalah laki-laki buaya darat yang bersembunyi di balik muka polosnya yang harus dihindari.
Hati Adel terenyuh membaca ulang chat tersebut, Arkhan memang tipe lelaki yang sulit ditebak. Lelaki itu jarang sekali mengeluarkan ekspresi emosi yang ada. Ia selalu tersenyum, memang baik ke semua orang, terkadang Adel berpikir apakah kebaikan yang selama ini diberikan Arkhan juga diberikan kepada orang lain?
Beberapa menit setelah itu ponselnya berdering.
Ping!
Bibir Adel tersungging saat mengetahui nama Arkhan tertera di layar. Sebuah pesan yang ia rindukan, ketika beberapa hari ini ada jarak tak kasat mata yang membuat mereka menjauh.
Ping! balas Adel tanpa basa-basi. Kalau boleh jujur, Adel masih sangat mencintai lelaki tersebut.
"Sibuk ya?"
Perempuan itu menggigit bibir bawahnya saat Arkhan membalas cepat pesan yang ia kirimkan. Tak henti-hentinya bibirnya menyungging dengan detak jantung Adel berpacu lebih cepat tidak seperti biasa. Beberapa kali Adel memejamkan kelopak matanya sambil memeluk ponsel tersebut. Merasakan atmosfer bila seandainya saja mereka bertemu dan bertatapan secara langsung.
Aneh, saat beberapa jam yang lalu perempuan itu menangis. Namun, di waktu bersamaan ia bahagia karena orang yang sama. Iya, hanya dengan perhatian sederhana yang diberikan oleh Arkhan. Perasaan Adel bagaikan menaiki roller coaster yang memiliki perasaan tak menentu di setiap detiknya, hingga bola mata Adel membulat saat Arkhan menuliskan sebuah pesan.
"Mau tidak, mengulang semuanya dari awal?"
***
Hari ini adalah penutupan serangkaian perlombaan Run Away . Beberapa kali Adel menengok ke jendela, melihat penampilan Arkhan yang sedang bermain band di atas panggung sana. Suara riuh penonton dengan jeritan alay seorang ciwi-ciwi yang sedang memanggil nama 'Arkhan' terdengar jelas dalam indra pendengaran Adel.
Ia ingat betul setelah seminggu lalu Adel pernah menangis sesenggukkan hingga membolos sekolah dan mengatakan pada semuanya bahwa ia sakit, sebuah kebohongan klasik yang sudah menjadi rahasia umum di kalangan remaja. Cuman sosok itu yang berhasil membuat Adel terjerat oleh pesonanya, seakan mampu menjungkir-balikkan perasaan Adel. Entah, berita putus hubungannya dan berita Arkhan yang berselingkuh karena ketahuan pulang bersama Alessa akhir-akhir ini menjadi kabar terhangat yang selalu dibicarakan di lingkungan sekolah.
Adel tersentak saat namanya dipanggil oleh seseorang. Matanya mengerjap, detak jantungnya memompa lebih cepat tidak seperti biasa, bahkan saat mengingat laki-laki tersebut dadanya masih terasa nyeri dan ngilu.
"Del, ayo persiapan. Bentar lagi kita tampil!"
Dalam keheningan Adel melangkah sambil menatap laki-laki di atas panggung sana dengan tatapan terpukau.
Sekarang Adel dan teman lainnya sudah berdiri di bawah panggung, mempersiapkan timnya karena sebentar lagi akan naik dan mempertunjukkan penampilannya di hadapan orang banyak.
Acara penutupan perlombaan tersebut mengharuskan setiap kelas mengeluarkan perwakilan untuk tampil di atas pentas. Kebetulan pada kesempatan ini kelas Adel menampilkan tarian daerah. Jangan tanyakan kenapa pemenang lomba bisa ikut serta juga dalam meramaikan acara penutupan lomba, kalau bukan karena paksaan Atta yang memohon-mohon pada Adel agar ia mau mewakili kelas, Adel tidak akan mau. Sedangkan Ifa ia tetap bersikukuh memilih menjadi tim belakang panggung karena perempuan itu terlalu malas mengikuti kegiatan seperti ini.
Adel menoleh saat pundaknya disenggol oleh seseorang, tatapan perempuan itu bertemu dengan mata Ifa. "Lo dari tadi diliatin mulu sama Arkhan." Adel melotot. "Bukannya udah putus ya? Kalian balikkan? Tatapan mata Arkhan dalem banget soalnya."
Adel tertegun mendengar pernyataan tersebut, ia menoleh. Adel baru menyadari bahwa Arkhan berada di dekat tangga sebagai akses naik-turun ke pentas sedang menatapnya. Adel blushing ditatap sedemikian rupa oleh Arkhan. Tiba-tiba saja sudut bibinya terangkat, membalas senyuman malu-malu dari seberang sana.
Sejak mereka putus, Arkhan lebih sering menghubunginya, memberi perhatian tidak seperti biasa. Mungkin laki-laki itu takut kehilangan dirinya lagi. Mengingat Adel menerima pernyataan Arkhan yang mengajaknya untuk balikkan, tetapi dengan syarat bahwa mereka berdua akan menjalani hubungan tersebut dengan backstreet. Terlalu banyak pasang mata yang menginginkan mereka berpisah, terlalu banyak luka yang membuat Adel masih belum bisa menerima keadaan tersebut.
"Del, bengong lagi! Ayo giliran kelas kita yang tampil." Atta berteriak sambil mengetuk-ngetukkan jam tangannya. Membuat Adel mengerjap saat kehadiran Atta memutuskan pandangan Adel dengan Arkhan saat perempuan itu berdiri tepat di dekat Arkhan.
Dengan perlahan Adel mengembuskan napas. Menginjakkan kaki di atas panggung di hadapan orang banyak sebenarnya tidak ada di dalam daftar kehidupan Adel. Untuk pertama kalinya Adel menampakkan diri untuk mewakili kelas saat diadakannya sebuah event. Dalam bayang-bayang samar, Adel melihat Arkhan berdiri di samping panggung. Menatapnya lekat-lekat penuh makna.
***
Adel masih fokus memainkan ponselnya di depan gerbang sekolah. Sudah sejam yang lalu bel pulang sekolah terdengar. Namun, perempuan itu masih terjaga dan sengaja pulang paling akhir karena masih menunggu Arkhan untuk latian Paskib.
Pikiran Adel melayang tepat di kejadian setelah ia bersama tim yang lain sudah selesai menari. Cepat-cepat Ifa menarik tangan Adel saat ia baru saja turun dari tangga pentas, membawanya di sebuah tempat yang agak sepi, kamar mandi.
"Lo jujur sama gue. Lo balikkan, ya?"
Adel masih tersentak kaget. Bisa-bisanya Ifa langsung menariknya saat Adel baru pertama kali turun dari pentas, apalagi ini adalah pertunjukkan pertama baginya. Pasti, masih menyimpan perasaan takut dan was-was.
"Apaan, sih, Fa. Lo ngagetin gue." Dengan kening yang berkerut, Adel melepaskan genggaman tangan Ifa.
"Gue dari tadi merhatiin Arkhan. Sewaktu lo tampil, pandangan Arkhan selalu tertuju ke lo. Seperti pandangan apa ya—"
"Iya, gue balikkan sama Arkhan." Potong Adel cepat. Percuma saja bila Adel mengelak. Ia paham betul watak Ifa. Bisa-bisanya nanti Ifa berbuat nekad dan akan membuat ke depannya bertambah runyam jika ia dibiarkan terus bertanya.
"Del, udah lama nunggu, ya?" Adel mengerjap, kesadarannya kembali. "Ngelamunin apa, sih?"
"Oh, Arkhan! Udah selesai latihannya?"
"Iya. Ayo naik!"
Latihan Paskib kali ini berada di persawahan di belakang sekolah, sehingga Arkhan menyuruh Adel menunggu di depan gerbang sekolah agar tidak ketahuan dengan yang lain.
Selama perjalanan hanya keheningan, sesekali melirik ke arah spion motor. Menatap Arkhan dari balik kaca spion, membuat pipi Adel merah seperti tomat yang sudah kelewat matang. Tanpa sadar tiba-tiba saja sudah sampai di depan gang komplek rumah Adel. "Turun situ aja, Ar."
Seperti biasa, Arkhan hanya diam tanpa pernah menanyakan alasan kenapa Adel tidak mau di antar hingga di depan rumah. "Makasih, ya." Di detik selanjutnya hanya suara mesin yang melaju meninggalkan Adel.
Selanjutnya Adel berjalan gontai menuju rumahnya. Namun, saat di halaman rumah, langkahnya terhenti. "Tumben sekali ayah sudah pulang?"
Perempuan itu tertegun saat melihat dua motor sudah terparkir di sana. Motor satunya Adel sudah paham bahwa itu adalah motor milik Wirya, tetapi yang satunya? Sedangkan les hari ini libur karena guru private-nya mengambil cuti kemarin.
"Ayah?" Adel memanggil Wirya saat pria tersebut sudah membuka pintu rumahnya. Namun, senyuman Adel perlahan berubah masam saat Atta tiba-tiba muncul di balik tubuh ayahnya dan berpamitan pulang.
Ada yang aneh dengan Atta hari itu, ia tidak seperti biasa. Atta tampak ketakutan dan buru-buru pulang meninggalkan rumah ini. Sesaat setelah kepergian Atta, tiba-tiba saja Wirya berjalan menghampiri Adel dengan tatapan gelap hingga terdengar suara deguman hebat yang menjalari tubuh. Ternyata Atta melaporkan kepada Wirya bahwa selama ini Adel sembunyi-sembunyi mempunyai kekasih tanpa sepengetahuan Wirya.
***
Jangan lupa meninggalkan jejak
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro