Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

27.


Teet ... teet ... teet.

Bel istirahat berbunyi, Adel langsung ditarik oleh Atta, sedangkan Ifa mengekor. Mereka berhenti di bangku paling belakang. Tatapan Atta seolah mengintimidasi.

"Jadi ... lo udah putus sama Arkhan? Kok bisa?"

Adel diam, bingung harus menjelaskan bagaimana. Tatapan Adel berganti menatap Ifa, hanya dia satu-satunya pelaku yang tahu kejadian tersebut.

Seperti tahu makna tatapan Adel, Ifa akhirnya angkat suara, "Sorry ya, Del. Kemarin gue ngelihat lo sewaktu sama Arkhan. Kalian berantem di sana, gue tebak pasti kalian putus. Mengingat kemarin lo teriak-teriak nggak je—"

"Ayolah, Del. Cerita! Masak gue tahu info itu dari mulut Ifa. Gue pengin denger ceritanya langsung dari lo sendiri. Kita temen, kan?" ucap Atta yang tiba-tiba saja memotong pembicaraan Ifa sambil memohon kepada Adel.

Melihat ekspresi Atta yang membuat jiwa Adel bergejolak sambil mengembuskan napasnya kasar, terpaksa Adel pun bercerita. Di mulai dari perubahan sifat Arkhan, kemunculan Arkhan tiba-tiba yang membawanya pergi sewaktu les private bahasa Inggris sampai kejadian Arkhan yang memutuskan hubungannya secara mendadak lusa sore.

Ada perasaan sakit sewaktu menceritakan ulang kejadian tersebut, tiba-tiba saja buliran bening menetes, merembes membasahi pipi Adel.

Dengan sigap Ifa membawa kepala Adel dalam dekapannya, menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Ifa.

Mendengar cerita Adel, membuat Atta terbawa emosi. "Udah, Del! Orang kayak gitu gak usah ditangisi!" murka Atta dengan emosinya yang meledak-ledak, "lupain dia! Gue adalah orang pertama kali bilang lo bodoh kalau lo sampai balikkan sama Arkhan! Ucamkan itu!"

Mendengar pernyataan itu membuat jiwa Adel memanas, bahkan sahabatnya sendiri pun tidak merestui hubungan mereka.

Di lain sisi Adel mengamati telapak tangannya yang tadi dipegang oleh Arkhan sewaktu perjalanannya menuju warung Ibuk. Entah, di lubuk hati yang paling terdalam Adel meyakini bahwa Arkhan masih mencintainya. Mengingat ekspresi memohon Arkhan tadi yang berhasil membuat Adel berada di zona kebimbangan; menuruti kemauan sahabatnya atau mengikuti kata hatinya.

***

Bel pulang sekolah kali ini tidak menggairahkan bagi Adel, berbeda dengan murid lainnya. Seakan tergambar jelas dalam wajah mereka yang tampak berseri, berteriak sambil meninju-ninju tangannya ke udara. Begitu juga dengan Liana yang masih bersiap-siap untuk pulang.

Tidak tega melihat sahabatnya bersedih, Atta langsung menghampiri meja Liana sebelum beranjak dari bangku—menanyakan apakah Paskib terlibat dalam putusnya hubungan Adel dengan Arkhan—mengingat Liana adalah senior Paskib di sana.

Betapa terkejutnya Adel saat mengetahui suatu fakta tersebut, mata Adel melebar. Keringat dingin seakan membanjiri tubuhnya.

"Seminggu yang lalu kalo nggak salah, sewaktu tersebar hubungan Adel sama Arkhan. Gue sama senior yang lain emang langsung menanyakan hal ini sama Arkhan. Di organisasi kita punya aturan tegas kalau nggak boleh pacaran ... dan mereka tahu itu! Kenapa dilanggar? Itu resiko!"

Mendengar cerita tersebut membuat naluri Adel sebagai perempuan juga ikut merasakan, pasti Arkhan tertekan diperlakukan seperti itu dan terpaksa memutuskan hubungannya meskipun Adel yakini bahwa Arkhan masih mempunyai perasaan yang sama.

"Tapi, Na. Bukankah angkatan lo juga banyak yang pacaran, ya?" sangkal Atta tak terima.

Di angkatan Liana memang banyak senior Paskib yang sedang menjalin Cinlok di sana, lalu mengapa junior dilarang pacaran sedangkan seniornya tidak?

Tidak ada tanggapan apa pun dari mulut Liana, tiba-tiba saja ia berdiri sambil berucap, "Masalah itu gue nggak tahu. Tanya sendiri sana sama ketuanya!" Setelah itu Liana pergi meninggalkan kelas.

Buru-buru Atta ingin mencegahnya, tetapi Adel tahan. "Udahlah, Ta, terpenting itu masalah udah jelas, kan? Nggak usah diperpanjang!"

Mau tidak mau akhirnya Atta menurut, perempuan itu mendesah panjang. "Oke, kalau itu mau lo, Del, tapi jangan langsung balik dulu, ya? Kita nongkrong!"

Mendengar hal tersebut Adel dan Ifa mengangguk, lalu berangkat terlebih dahulu menuju kafe Baca, sedangkan Atta menyusul karena masih ada keperluan sebentar mengenai Proker bidang Osis.

Adel dan Ifa sudah sampai di tempat tujuan, mereka memilih tempat duduk di luar ruangan. Alasannya karena ingin menghirup udara segar sekaligus menyembuhkan luka tak kasat mata yang sedang Adel rasakan.

Di bagian luar kafe Baca ini terdapat payung-payung cantik yang di tata sedemikian rupa dan dijadikannya sebagai atap. Hanya sebagai hiasan karena payung-payung tersebut tidak akan bisa melindungi diri dari teriknya sinar matahari maupun hujan.

Beberapa menit setelah itu waiters datang membawakan menu makanan dan minuman, bersamaan dengan itu Atta datang dengan ekspresinya yang terngah-engah seperti habis dikejar serigala.

"Lo kenapa sih, Ta? Dateng-dateng juga. Lo ke sini naik motor, kan? Nggak lari?" ketus Ifa dengan logatnya yang ngegas, "oh iya ... makasih ya, Mas." Lalu pandangan Ifa beralih ke waiters tersebut yang pergi setelah memberikan buku catatan. "Kalian mau pesen a—"

"Gue tadi lihat Arkhan pulang bareng sama Kak Alessa!"

Deg.

"Hah? Lo serius, Ta?" jawab Ifa terkejut.

Adel yang mendengar hal tersebut tidak bisa berkata-kata lagi. Beberapa menit setelah itu ponsel Adel berbunyi.

Ping.

Ternyata itu adalah BBM dari Arkhan.

Melihat ekspresi Adel membuat Ifa dan Atta langsung merebut ponsel yang ada di genggaman Adel.

"Whaaat? Kenapa nih cowok masih aja hubungin lo, Del? Dasar ya, nggak tau malu ... sini biar gue aja yang bales!"

Adel pasrah saat ponselnya diambil alih oleh sahabatnya. Entah setelah itu hanya terdengar omelan-omelan kecil dari mulut mereka.

"Padahal gue tadi pas ke sini ngelihat Kak Rawnie pulang sendirian sama motornya. Kenapa tuh nggak bareng aja. Iya nggak, Del?"

Adel hanya berdeham. Ada benarnya juga yang dikatakan Ifa. Saat perjalanan ke kafe Baca memang Adel dan Ifa sempat disalip oleh Rawnie. Bahkan Ifa hampir saja mengumpat di jalanan saat Rawnie dengan sengaja menyalakn bel dengan keras.

"Iya sih. Mungkin itu cuman alesan Kak Alessa aja biar bisa nebeng si Arkhan," jawab Atta tak kalah julid sambil terus membalasi pesan BBM dari Arkhan.

***

Setelah pulang dari kafe tersebut. Adel harus menyiapkan jawaban seribu alasan agar Wirya tidak memarahinya, mengingat ia datang terlambat. Cepat-cepat Adel pulang, memutar setang motornya dengan kuat hingga sampailah di halaman rumah.

Ternyata guru private-nya sudah menunggu Adel di depan pintu. Seketika bibir Adel menyungging, ia bisa bernapas lega saat Wirya bisa dipastikan belum pulang dari kantor.

Dengan cepat Adel turun dari motor sambil melepas helm lalu berjalan mendekati wanita berumur puluhan tahun tersebut. "Maaf, Bu. Nungguin lama, ya?" ucap Adel seperti tanpa dosa. Ia mengambil kunci rumah yang berada di tasnya lalu membuka pintu.

"Nggak kok, Del."

Mendengar pernyataan itu, Adel hanya cengengesan sambil masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum bunda!" Adel berteriak, melakukan kebiasaan lamanya saat keluarga kecil itu tidak terasa berantakan seperti sekarang. Padahal keinginan Adel hanya sederhana; berkumpul dengan keluarga lengkap dan merasakan masa remaja pada umumnya.

Sepi, rumah itu terasa kosong, bahkan suaranya sendiri pun menggema di sana. Melihat suasana tersebut, hati Adel bagaikan dicubit. Biasanya saat pulang sekolah Rose dengan senang hati akan menyambutnya. Memberikan kasih sayang padanya. Namun, berbeda dengan sekarang.

"Gimana sekolahmu? Lancar?"

Adel menoleh, biasanya Rose akan menanyakan hal itu kepadanya. Namun, seketika senyuman itu memudar saat yang berdiri di hadapan Adel bukanlah Rose, melainkan Ana—guru private-nya.

Entahlah, padahal ini bukan pertama kalinya Adel bertemu dengan Ana. Namun, ada yang sedikit berbeda dengan wanita ini; ingin terlihat asyik dan dekat dengan Adel.

Satu jam berlalu, akhirnya pembelajaran itu selesai juga. Adel membereskan buku-bukunya lalu langsung kembali ke kamar. Ia tidak ingin berbasa-basi karena bertepatan dengan itu, Wirya baru saja pulang dari kantor.

*** 

Jangan lupa meninggalkan jejak 🌟🌟🌟

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro