Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

23.


Kelopak mata Adel mengerjap. Sebuah pemandangan beratap dengan ruangan yang tampak tak asing baginya menyambut Adel.

"Del, lo udah sadar?"

Perlahan Adel membuka kelopak matanya, tangannya bergerak memegangi kepala.

"Ini minum dulu." Atta membantu Adel untuk duduk di ranjang UKS.

"Gimana keadaan lo, Del? Udah enakan? Seharusnya kalau nggak kuat bilang aja kali. Nggak usah maksain gitu."

"Siapa pemenangnya?" tanya Adel to the point.

"Masih dirapatkan."

"Kok bisa? Bukannya tadi itu jelas-jelas gue ya, yang pertama ke garis finish, Ta?"

"Iya, karena keadaan lo pas nyampe finish itu nge-drop banget, Del. Juri nilai itu nggak adil dan ya ... mereka bilang itu cuman keberuntungan. Mengingat jarak waktu finish antara lo dan peserta lain beda tipis."

"Hei, nggak bisa gitu juga dong!" teriak Adel penuh frustrasi. Ia mengusap wajahnya pasrah hingga terdengar suara isakan.

Dengan sigap Atta langsung memeluk Adel yang sesenggukkan dalam pelukannya.

Di lain sisi tanpa mereka ketahui, di balik pintu masuk UKS berdiri sosok lelaki yang sedang menguping pembicaraan mereka.

***

Arkhan berjalan cepat melewati koridor sekolah, bola matanya memancarkan kebencian. Ia lihat bagaimana Adel berjuang keras agar sampai ke garis finish, mengapa itu dinilai hanya keberuntungan semata?

Selangkah lagi Arkhan memasuki ruangan bertuliskan 'Ruang Guru' mendadak kedua kakinya lumpuh saat mendengar suatu pernyataan dan mengintip dari luar jendela.

"Baiklah, dikarenakan Adel sakit dan tidak memungkinkan. Maka, saya putuskan yang menjadi juara utamanya adalah Shelly dari SMA 1 Jakarta Utara—"

Braak.

Sontak anggota rapat menoleh ke arah pintu masuk, mereka menatap Arkhan yang memasuki ruangan dengan kedua telapak tangan yang menggenggam erat di bawah.

"Mohon maaf sebelumnya saya menyela dewan juri ...."

Di samping itu Adel memasuki kelas dengan Atta yang membantunya berjalan. Suara riuh langsung memasuki gendang telinga Adel. Teman-temannya satu per satu berjalan menghampiri Adel mengucapkan kata selamat karena sudah menjadi juara satu kebanggan sekolah.

Adel melongo, takjub antara perasaan senang, bimbang semuanya berkecamuk menjadi satu. Kabar kejuaraan tersebut ternyata sudah cepat menyebar ke seluruh sekolah. Rasa capek, letih dan lelahnya terbayar sudah.

"Dih, palingan cuman modal beruntung aja lo menang, Del." Sontak suara tersebut langsung membungkam suasana kelas menjadi hening.

"Heh, maksud lo apa sih, Ris? Kalo lo iri ya bilang aja, Bos!"

Atta maju, tidak terima temannya dibilang seperti itu lantas dengan segera Adel menahan.

"Udah, Ta. Biarin, mulutnya Harris emang pedes, kan?"

Sebenarnya ada perasaan sakit yang menghinggap di benaknya, saat beberapa detik yang lalu Adel merasa menjadi orang kebanggaan lalu dihantam dengan kenyataan bahwa omongan Harris itu memang ada benar juga. Bagaimana bisa seorang Adel yang rentan penyakitan bisa memenangkan juara lomba marathon 500 M?

"Makanya sadar diri dong, Del! Orang berpenyakit asma kayak lo itu nggak pantes ikutan lomba, nyusahin!"

Seperti mendapat tusukkan berkali lipat, lantas Adel berbalik. Berlari meninggalkan kelas menuju kamar mandi.

"Heh, jaga omongan lo!" Atta menatap Harris tajam lalu berlari menyusul Adel, "tunggu, Del."

Di sela-sela Atta mengejar Adel, tiba-tiba saja tangannya ditarik oleh seseorang yang tak lain dari itu adalah Arkhan.

"Kenapa Adel, Kak?"

"Aah lo ngagetin, Ar. Itu ... anu tadi dicengin sama Harris katanya kemenangan Adel cuman keberuntungan semata. Ya udah ya, Ar. Gue mau nyusulin Adel dulu, bye!"

Tidak terima kekasihnya diperlakukan seperti itu, entah keberanian apa yang membuat Arkhan mencari Harris, hingga pertempuran itu pun terjadi.

***

Keesokan harinya berita tentang kemenangan Adel sudah menyebar ke seluruh kota Jakarta, ada pro dan kontra mengenai hal itu. Karena sekolah terpencil tersebut bisa mengalahkan sekolah elit di perkotaan sana. Namun, hal yang membuat Adel sedih adalah saat mendengar informasi bahwa Arkhan dan Harris kemarin berkelahi hebat hingga mengakibatkan keduanya diskor selama dua hari.

Perkelahian itu mengakibatkan tersebarnya hubungan Arkhan dan Adel di seluruh sekolah karena Arkhan tidak terima kekasihnya diperlakukan seperti itu, hingga menghajar Harris habis-habisan.

Seperti sekarang, semua orang sedang menatap Adel dengan tatapan tidak suka. Aneh dan risi itulah yang dirasakan Adel sekarang.

"Wih, temen gue sekarang jadi sorotan publik, nih!" canda Ifa tetapi hanya ditanggapi dehaman oleh Adel.

Adel memarkirkan motornya, bersamaan dengan Ifa yang meletakkan helm ke spion karena hari ini Ifa nebeng motor Adel.

Sepanjang perjalanan menuju kelas, tak henti-hentinya Ifa berbicara. Ia mengungkapkan betapa hebatnya Adel hingga berhasil masuk koran karena prestasi tersebut. Di mading-mading sekolah pun banyak bermunculan wajah Adel di sana. Bahkan perempuan tersebut tidak mengetahui kapan Adel bertemu media, tahu-tahunya hari ini sudah menjadi trending topik saja.

Beberapa detik kemudian Ifa berhenti, sedangkan Adel menoleh. "Bentar, Del. Gue mau ke toilet. Nitip tas ya? Lo duluan aja ke kelasnya!" seru Ifa, mempersilakan Adel untuk jalan duluan ke kelas.

Adel hanya mengangguk pasrah, lantaran mood-nya hari ini benar-benar payah. Seharusnya Adel merasa bahagia atau apalah itu, tetapi tidak hari ini. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di lubuk hatinya yang paling terdalam.

Terdengar bisik-bisik orang di sekitarnya sedang membicarakan Adel, mengenai kejadian kemarin saat Arkhan dan Harris berkelahi hebat dan sekarang mereka diskor. Mengapa berita seperti ini Adel harus mengetahuinya dari orang lain, kenapa bukan dari mulut Arkhan sendiri?

Embusan Adel terdengar berat dengan kedua tangan yang semakin memeluk erat tas Ifa yang tadi dititipkan padanya. Rasanya sesak saat di hari bahagia ini tidak ada Arkhan di sisinya. Bahkan lelaki itu tidak bisa dihubungi sama sekali, padahal ia ingin mendengar Arkhan mengucapkan sepatah kata sesederhana "Selamat ya".

Adel mendongak saat ia sudah berada di ambang pintu kelasnya. Namun, ada seseorang yang sedang berdiri menghalangi.

Matanya terbelalak, sebuah pemandangan tak sedap seakan menyambutnya. Hawa dingin karena hari masih pagi mendadak menjadi letupan api yang panas membara saat melihat Alessa sudah berdiri menghadangnya. Adel tahu, meskipun tidak saling mengenal bahwa perempuan ini sangat mencintai bahkan sedang berada di fase mengejar Arkhan.

"Hai, Del! Oh jadi ini ya, pacarnya Arkhan?"

Adel diam tanpa respons. Ia hanya menatap perempuan di hadapannya tidak suka dengan perasaan was-was saat beberapa kali Adel menggigit bibir bagian bawahnya. Wajahnya berubah ketakutan.

"Kenapa lihat gue kayak gitu? Takut ya, Dek? Santai aja kali."

Suara itu terdengar lembut, saat Alessa berjalan menghampiri Adel dan berbisik di telinganya. "Gue nggak gigit kok."

Adel terpejam, merasakan dorongan hebat saat mendarat sempurna di pintu kelas dan mengunci tubuh Adel dengan lengan Alessa.

Adel tersentak saat Alessa memukul keras pintu—tepat berada di telinga Adel—yang membuat perempuan itu semakin mempererat pejamannya.

"Alessa!"

Sontak pemilik nama tersebut menoleh, membuat Adel dapat bernapas lega.

"Ngapain lo di kelas gue, minggir!"

Bersamaan dengan Adel membuka kelopak matanya, tangannya ditarik oleh seseorang. Berharap itu adalah Arkhan yang menyelamatkan dirinya. 

Jangan lupa meninggalkan jejak 🌟🌟🌟

Sabtu, 29 Juni 2019

Jumat, 05 Februari 2021


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro