Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

22.


Kejadian tewasnya Badrud masih menyimpan rasa sakit yang mendalam. Arkhan menoleh, tempat distro ini sepi tidak seperti biasa. Padahal sudah seminggu atas kematian sahabatnya tersebut. Namun, tetap saja Kabol, Attak dan Puput masih terlihat murung dengan tatapan sedu yang penuh keputusasaan.

Di lain sisi, ingatan Arkhan kembali saat kematian Badrud. Siapa sangka tiba-tiba saja di rumahnya sudah terdapat gerombolan anak Paskib di ruang tamu. Arkhan memang sengaja tidak sekolah pada hari itu karena ingin mengurus pemakaman Badrud. Embusan napas Arkhan terdengar berat, saat atmosfer di sekelilingnya terasa panas. Arkhan ingat betul kejadian seminggu yang lalu, bagaimana ia di dudukkan seakan disidang yang mana untuk kasus ini Arkhan-lah yang menjadi tersangka. Bahkan anehnya, mengapa mereka mengetahui rumah Arkhan?

Tanpa basa-basi lagi Bang Joni—ketua Paskib—langsung menjelaskan inti permasalahannya. Arkhan tertegun, mengapa dengan detail Bang Joni bisa mengetahui peristiwa kebersamaan Arkhan dengan Adel?

"Ar, gue tegesin sama lo! Putusin Adel atau lo dapat SP dari gue." Perkataan tersebut masih terngiang jelas di benak Arkhan. Entah, mengapa mereka tahu bahwa Arkhan menjalin hubungan dengan Adel, bukankah hanya orang tertentu yang mengetahui bahwa Arkhan mempunyai seorang kekasih? Karena di organisasi ini, dilarang untuk anggota junior berpacaran.

Arkhan hanya diam mematung pada waktu itu. Tatapannya lurus ke depan dan sesekali melihat ke sekeliling ruangan. Benar, semua yang dikatakan Bang Joni itu kenyataan. Lalu, apalagi yang harus dibicarakan bahwa Arkhan memang tersangka, bukan lagi tersangka. Namun, pelaku. Dengan pasrah lelaki ituh hanya mengangguk, mengiyakan konsekuensi apabila Arkhan tidak menaati perkataan ketua.

Peristiwa tersebut yang membuat Arkhan menghilang selama seminggu dari hadapan Adel. Sebenarnya malam itu, kejadian saat Arkhan yang datang secara tiba-tiba menemui Adel dan mengajaknya pergi pada waktu les adalah ia ingin mengucapkan perpisahan dengan Adel sebelum masalah ini bertambah runyam. Namun, gagal karena Abe yang terus menelepon dan bibir Arkhan yang terlalu kaku untuk mengatakan bahwa "Lebih baik kita putus!"

***

Adel terbaring ke kanan dan kiri, tetap saja kelopak matanya tak kunjung terpejam. Ada perasaan gelisah dan takut di benaknya, besok adalah hari perlombaan itu tiba.

Keesokan harinya Adel berangkat kesiangan. Entah, tiba-tiba saja motor yang ditunggangi harus berada di bengkel. Terpaksa mau tidak mau Adel harus menaiki angkutan umum, jarum jam menunjukkan pukul 06:45 WIB.

Sesampainya di sekolah Adel langsung menuju ke kamar mandi untuk berganti baju olah raga. Sesaat ia melewati kamar mandi cowok, menatap pakaian serba putih dengan pakaian lengkap Paskibra. Iya, itu adalah Arkhan. Pacarnya terlihat mempesona dengan pakaiannya. Lelaki itu sedang bersiap-siap dengan kawan-kawannya yang lain untuk membuka jalannya acara perlombaan.

Beberapa menit setelah itu Adel keluar dari kamar mandi. Kini ia sudah mengenakan baju olah raga dan berlari bersama atlet pelari lainnya.

Dalam hal ini atlet dibagi menjadi dua kubu dan berbaris memanjang. Liana—teman sekelas Adel—yang merupakan anggota Paskibra bertugas memegang papan nama dengan tulisan besar "Atlet Putri", sedangkan dibarisan satunya berdiri lelaki tegak yang sedang memegang papan nama bertuliskan "Atlet Putra". Adel tersenyum menatap lelaki itu dari belakang. Sayangnya Adel berada di baris paling akhir, sehingga hanya mampu menjangkau Arkhan dari kejauhan.

Terdengar sayup-sayup, suara bisikan dari atlet putri yang berdiri tepat di hadapan Adel. "Eh, cowok yang megang papan nama itu ganteng juga, ya?"

Suara mic terdengar, membuat dua perempuan tersebut menghentikan obrolannya. Para atlet digiring untuk memasuki lapangan.

"Inilah wajah-wajah atlet kebanggaan sekolah!" ucap kepala sekolah yang sedang berdiri di atas mimbar yang sedang bertugas menjadi pembina upacara.

Suara tepuk tangan bergemuruh hebat. Semua atlet melambaikan tangan, begitu juga dengan Adel. Ada perasaan bangga menyelinap di benaknya.

Sepasang mata menatap para atlet yang sedang berjalan ke tengah lapangan. "Adel, semangat!" Entah, suara siapa itu. Pemilik nama tersebut hanya bisa tersenyum menatap peserta upacara yang tak henti-hentinya menyebut nama Adel.

Di sanalah ada wajah-wajah penuh harap. Pengharapan agar Adel mampu memberikan sebuah kemenangan. Ketakutan tiba-tiba saja menyerang kepercayaan diri Adel, ia takut tidak bisa memberikan apa yang seharusnya ia persembahkan untuk sekolah. Mengingat sekolahnya yang ditunjuk menjadi tuan rumah. Adel takut mengecewakan mereka.

***

Upacara selesai, peresmian pembukaan kegiatan "Running Away" sudah resmi dibuka. Terdapat jeda waktu istirahat sebelum melaju ke tahap perlombaan. Adel memanfaatkan waktu ini untuk menemui Arkhan karena sudah melaksanakan tugas dengan baik.

"Ya, kok udah ganti baju aja, sih! Kan, aku pengin foto bareng sama kamu pakek baju Paskib," ucap Adel dengan wajah yang ditekuk sambil memeluk minuman isotonic dingin. "Ini minuman buat kamu."

"Makasih ... hm kamu nggak bilang kalau mau foto bareng," balas Arkhan dengan mengambil pemberian dari Adel.

Adel mengamati gerak-gerik Arkhan yang terlihat gelisah bahkan sesekali Arkhan menatap gerombolan anak Paskib lainnya di ujung sana. "Ada apa, sih? Aku ganggu ya, Ar?"

"Em ... nggak kok. Ada yang mau aku omongin ke kamu."

"Apa? Eh, bentar," Adel mengambil sesuatu dari dalam tasnya, "keringetan iih, sini aku lap."

"Itu—"

"Adel! Dicariin juga. Ayo cepetan, lombanya mau dimulai." Terdengar suara pelatih. Sontak membuat Adel menoleh ke sumber suara.

"Iya, Pak. Sebentar!"

Dengan segera Adel mengambil telapak tangan Arkhan, meletakan sarung tangannya di sana. "Buat kamu." Lalu ia pergi tanpa mendengarkan ucapan Arkhan yang lirih.

Adel sekarang berada digaris start, hingga terdengar suara tembakan dan semua atlet berlari meninggalkan tempat.

Sedangkan Arkhan yang bertugas menjadi panitia lomba, melajukan motornya di belakang Adel. Takut bila perempuannya terjadi apa-apa. Di sana Arkhan benar-benar memberikan kebutuhan Adel. Memberikan dorongan bila terlihat lelah, memberikan air minum bila Adel merasa kehausan. Adel merasa beruntung memiliki kekasih seperti Arkhan.

Banyak peserta yang gugur di medan tempur. Terpaksa Arkhan harus berpisah dengan Adel untuk membantu peserta lainnya yang membutuhkan pertolongan. Perlombaan marathon kali ini memang sedikit berbeda. Bukan diadakan di stadion megah dengan jalanan yang mulus. Tidak! Perlombaan marathon 500 M ini diadakan di jalanan lepas, melewati perkampungan warga.

Di sanalah Adel mulai merasa bahwa perjalanan lari ini sangat berat. Aneh memang, saat beberapa detik yang lalu ia merasa baik-baik saja. Apa mungkin karena ada Arkhan semua terasa ringan?

Prinsip Adel saat berlari adalah jangan pernah membiarkan seorang pun yang berani berlari melewatinya. Itu akan membuat Adel merasa jauh dan tertinggal. Mengingat Adel mempunyai penyakit asma, sehingga tidak kuat bila harus berlari cepat dengan waktu yang lama. Hal itulah yang menjadi alasan utama Adel memilih untuk pelari jauh daripada pelari cepat. Ia hanya perlu mengontrol diri agar tidak kehabisan pernapasan.

Ketika melewati tikungan dan memasuki jalanan beraspal, tiba-tiba saja penyakit asma Adel kambuh. Untung saja hal ini sudah ia persiapkan jauh-jauh hari, sehingga ia menyimpan obat semprot di dalam saku celananya.

Ternyata momen ini dimanfaatkan oleh lawan untuk menyerang Adel. Perempuan itu tidak menyadari bahwa ia sedang tersalip jauh oleh lawan. Maka dari itu Adel mengerahkan semua tenaganya agar mampu menyalip dan memimpin jalan, sehingga terjadilah perang salip-menyalip dan entah bagaimana tiba-tiba saja pelatih Adel dan pelatih lawan berada di sana. Mendukung anak didiknya atau saling memberikan ejekan kepada setiap lawan. Di momen seperti ini sebenarnya yang Adel butuhkan hanyalah Arkhan.

Sial! Lagi, lagi asma Adel kambuh, sehingga ia harus mengambil sesuatu yang ada dalam sakunya dan menghirup obat sebanyak-banyaknya lalu ia berlari sekuat mungkin. Sesak, itulah yang Adel rasakan sekarang. Penglihatannya mulai mengabur saat garis finish itu sudah terlihat. Langkahnya semakin cepat hingga tali kemenangan itu sudah terputus dan Adel terjatuh ke tanah, hingga semuanya terlihat gelap.

Jangan lupa meninggalkan jejak 🌟🌟🌟

R1: Selasa, 25 Juni 2019

R2: Jumat, 29 Januari 2021.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro