Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

15.

Terlihat Rawni dan Rien berjalan dengan congkak saat memasuki kantin. Jam tangan dan sepatu branded yang mereka kenakan menarik perhatian hampir seluruh penghuni kantin. Dengan sengaja mereka menginjak kaki Adel saat berjalan melewati gadis tersebut. Kebetulan Adel sedang duduk di kursi paling samping dengan salah satu kakinya yang keluar dari meja.

"Aw!"

Adel meringis kesakitan sambil mengangkat salah satu kakinya pelan. Hal tersebut membuat kedua orang tersebut-Rawni dan Rien-menoleh sambil tersenyum kecut, tampang meremehkan begitu tercetak jelas dalam indera penglihatan.

Saat dirasa kedua orang tersebut berjalan menjauh mencari tempat duduk. Cepat-cepat Atta menanyakan kondisi Adel.

"Del, kaki lo nggak apa?"

"Nggak kenapa-kenapa, Ta. Santai aja," jawab Adel sambil tersenyum.

"Gue kok nggak ngelihat emak-emakannya mereka, ya? Tumben banget mereka nggak bareng," tanya Ifa sambil sibuk menyeruput minuman.

"Siapa maksud lo, Fa?"

"Siapa lagi kalau bukan Mak Lampir, Ta. Itu Kak Alessa. Tumben mereka nggak bareng."

"Mungkin ada di rumah sakit ... opname," jawab Adel santai.

"Emang iya?" Kali ini Ifa menanggapi ucapan tersebut dengan serius.

"Kalau kata Arkhan yang bilang ke gue sih, gitu."

"Kok bisa, Del?" tanya Atta penasaran.

"Overdosis sabun kayaknya."

Ucapan tersebut langsung membuat Ifa tersedak dan terbatuk-batuk. "HAH, LO SERIUS, DEL?"

"Iyalah, gue serius. Lo ingat nggak waktu pulang sekolah kemarin. Kita ketemu rombongan Kak Alessa yang sedang ngobrolin sesuatu?"

Secara serentak Atta dan Ifa mengangguk seperti ada yang mengomando.

"Ternyata itu habis kejadian Kak Alessa nembak Arkhan sampai nekat minum sabun di kamar mandi."

Mendengar penjelasan Adel bukannya perihatin, Ifa malah tertawa terbahak-bahak. "Childish banget, sih, jadi orang. Udah tua juga," kata Ifa sambil terus tertawa, "nggak ingat umur kali ya? Padahal bentar lagi mau ujian kelas tiga, masih aja mikirin cinta-cintaan."

Dengan segera Atta yang duduk berhadapan dengannya langsung refleks menginjak kaki Ifa yang berada di bawah meja.

"Aw! Sakit, Ta."

"Jangan keras-keras. Di belakang ada gengnya itu ...." Atta mengatakan hal tersebut pelan, seperti berbisik agar tidak terdengar orang-orang yang mereka maksud.

***

Tepat sepulang sekolah Adel sudah berdiri di depan gang rumahnya. Hari ini pulang lebih awal karena semua dewan guru sedang rapat dadakan.

Pikir Adel karena ada waktu senggang sebelum bimbingan belajar, ia ingin latihan lari untuk mempersiapkan lomba karena waktu lalu sempat gagal saat mempunyai janji bersama Arkhan.

Hari ini Adel mengenakan jaket kaos khusus olah raga dengan bawahan berjenis skort yang terdapat celana di bagian rok di atas lutut. Pikirnya ia ingin tampil feminin, meskipun sedang berolah raga sekalipun di hadapan pacar barunya lengkap dengan topi pantai yang dikenakan.

Nyatanya pakaian tersebut terkesan aneh saat digunakan untuk lari yang mana lebih cocok dipakai untuk olahraga tenis meja.

Arkhan tertegun dengan style yang dikenakan Adel. Sekuat tenaga ia menahan tawa.

"Aneh ya bajuku? Apa aku ganti aja di rumah?"

"Nggak usah. Kamu cantik."

Adel tersipu malu dengan ucapan Arkhan barusan. Sepertinya kupu-kupu yang berada di perut Adel mulai meledak dan berterbaran, hingga membuat pipinya merah bagaikan buah tomat.

"Apa, sih. Kamu-"

"Ya udah. Ayo, naik!"

Adel menurut sambil celingukan ke arah rumahnya. Semoga Wirya tidak tahu dan Arkhan tidak pernah menanyakan penyebab Adel tidak ingin dijemput langsung di rumahnya.

Selama perjalanan menaiki motor mencari tempat yang cocok untuk latihan lari. Mereka berdua terlihat duduk berjauhan karena memang masih canggung dan belum terbiasa.

"Kamu tahu nggak, Kak ... eh, Del. Kalau tanganku ini udah lama dililit sarang laba-laba."

"Maksudmu?"

"Iya, udah lama nggak ada yang gandeng, makanya sampai dihuni sarang laba-laba. Sini duduknya majuan, gandeng tangan aku," ucap Arkhan sambil cengengesan.

Hal tersebut berhasil membuat Adel tersipu malu dan memukul pelan ke arah Arkhan. "Apa sih. Kucubit ya, kalau nakal." Setelah itu Adel tertawa terbahak-bahak, sedangkan Arkhan hanya menampilkan senyuman termanis yang dimiliki.

"Kamu tahu nggak, Del. Kenapa lumba-lumba itu dikasih nama lumba-lumba?"

"Kenapa memang?" tanya Adel sambil bersandar di pundak Arkhan.

"Karena kalau namanya Adel, itu milikku."

"Ih, nggak nyambung. Sekarang kamu jago gombal ya, kayak Dilan."

Kali ini Arkhan juga ikut tertawa bersama Adel di atas motor dengan angin yang berembus.

"Iya, Milea."

Arkhan berhenti di sebuah rumah penitipan kendaraan untuk memarkirkan motor. Siang itu sinar matahari memang terasa menyengat, membuat Arkhan mengenakan kacamata besar hitamnya dengan celana training dan atasan jaket hitam yang biasa ia kenakan.

"Ar, emangnya kita mau ke mana, sih? Kok gaya kita aneh gini?"

"Mau ke pantai." Arkhan tertawa. "Katanya mau latihan lari. Ayo, aku juga ikut nemenin."

"Aneh tahu."

"Apanya?"

"Aneh aja. Biasanya manggil lo-gue, sekarang bilangnya aku-kamu."

"Udah, ah. Ayo, lari!" ajak Arkhan disusul Adel di belakangnya.

Selang beberapa menit setelah itu, tiba-tiba saja muncul seseorang yang berdiri di antara Adel dan Arkhan.
"Cie, cie yang udah jadian!"

Deg.

Refleks Adel dan Arkhan langsung menoleh ke sumber suara. "ABE!"

Iya, benar. Ternyata dari tadi Abe mengikuti keberadaan Arkhan hingga sampai di tempat ini. Musnah sudah bayangan Adel tentang hari romantisnya bersama Arkhan yang ia tunggu-tunggu sejak lama.

Selama perjalanan lari. Abe tak henti-hentinya berbicara tanpa henti. Hal yang paling memuakan adalah Abe berlari sambil membawa Pablo yang ditaruh dalam aquarium kecil hingga muat dalam dekapan, lalu ia berdiri menengahi antara Adel dan Arkhan.

Langkah Arkhan terhenti saat suara knalpot motor yang dimodif sedemikian rupa berkendara menyalip mereka bertiga.

"Ar, kenapa berhenti?" tanya Adel sambil menoleh saat Arkhan berdiri di belakangnya.

Arkhan tetap mematung di tempat. Mengamati para pengendara bermotor itu turun. Salah satu di antara mereka datang menghampiri Adel, cepat-cepat Arkhan berbalik membelakanginya.

Abe yang berdiri di samping Adel juga mengamati wajah-wajah menyeramkan mereka. Bukankah mereka yang pernah mengeroyok Arkhan, hingga babak belur beberapa hari yang lalu?

Belum Adel menanggapi cowok yang menghampirinya, Arkhan tiba-tiba langsung menarik lengan Adel secara paksa hingga tubuh Adel juga ikut terhuyung ke belakang.

Kaget karena perbuatan Arkhan yang mendadak. Abe juga berlari ketakutan, hingga menabrak pundak Arkhan dan menyebabkan kacamata besar yang sedang dikenakannya terjatuh. Hal tersebut langsung menarik perhatian Budi dan teman-temannya untuk melihat ke arah Arkhan.

Dalam posisi seperti itu. Mata Arkhan membulat, tanpa basa-basi ia langsung berlari memasuki pasar tradisional yang berada di seberang desanya dan membuat mereka yang membawa motor tidak bisa memasuki kawasan tersebut.

Ternyata dugaannya salah. Mereka cukup pintar dari perkiraan Arkhan. Sekarang Budi dan teman-temannya memarkirkan motor itu dan juga ikut berlari mencari keberadaan Arkhan.

"Ar, gimana nih. Seharusnya gue tadi nggak ngikutin lo," gerutu Abe ketakutan sambil terus memeluk Pablo.

"Nggak usah cengeng. Taruh aja Pablo di situ. Lagian pasar jam segini sudah tutup, pasti aman. Nanti atau besok kalau keadaannya aman, kita ambil."

Ketika Abe sedang mencari tempat yang pas untuk menyembunyikan Pablo, tangan kiri Arkhan menggenggam tangan Adel seerat mungkin, sedangkan tangan kanan Arkhan sibuk menelepon seseorang di seberang sana. "Bang, mereka ngejar gue di pasar tradisional Kenari jalan Ponorogo!"

Mereka bertiga terus berlari menelusuri pasar tradisional ini, hingga mendapati jalan buntu yang menyebabkan mereka mau tidak mau harus menghadapi komplotan tersebut.

Arkhan berada di posisi kanan dengan Abe yang berada di posisi kiri. Adel berada di tengah-tengah mereka membawa balok kayu yang terdapat paku di ujung kayu tersebut. Sedangkan Budi dan komplotannya yang hanya beranggota lima orang berdiri mengelilingi mereka.

Dengan teknik yang benar, Arkhan melawan tiga orang sekaligus dengan Abe yang hanya satu orang, begitu juga dengan Adel yang asal pukul. Perkelahian tersebut terus berlanjut hingga Badrud, Kabol dan Attak datang membantu menuntaskan perkelahian itu dan berhasil membuat lawan menyerah, lalu memilih untuk kabur dari tempat tersebut.

***

Jangan lupa meninggalkan jejak 🌟🌟🌟

20920

AlfinNifla

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro