14.
Setelah selesai les privat, Adel segera membereskan buku-buku yang berserakan di meja ruang tamu, lalu kembali ke kamar.
Perasaannya masih dilanda kebingungan. Namun, Adel masih terus memikirkan Arkhan. Dengan segera ia mengambil ponsel yang tergeletak di meja belajar, lalu menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur.
Ping!
Ping!
Ping!
Pesan masuk beruntun saat perempuan itu baru saja mengaktifkan jaringan internet di ponselnya yang berasal dari notifikasi aplikasi BBM. Pesan dengan suara yang khas di pendengaran langsung membuat Adel tersenyum, tetapi di lain sisi juga masih ada perasaan kesal terhadap cowok tersebut.
Berulang kali Arkhan mengirim pesan yang panjang, berulang kali juga Adel membalasnya jutek.
Di balik dari sikap Adel yang membalas pesan Arkhan cuek, sebenarnya ia sedang menyembunyikan ekspresinya agar kelihatan marah, sehingga Arkhan bisa menyadari kesalahannya. Bukankah perempuan memang begitu? Berharap laki-lakinya peka dan bisa menebak jalan pikiran perempuan.
Perlahan perasaan jengkel Adel menghilang saat tak henti-hentinya Arkhan membuat Adel sakit perut. Arkhan berhasil menciptakan tawa dengan tingkah kepolosannya melalui chat. Cowok itu menuruti keinginan random Adel yang menyuruhnya untuk mengenakan jilbab dan gilanya Arkhan malah menuruti keinginan tersebut.
'Cantik,' balas Adel singkat saat Arkhan mengirim foto yang sedang mengenakan jilbab milik Melly.
Beberapa menit setelah itu, Arkhan izin pergi ke kamar mandi. Karena bosan, perempuan itu beralih dari room chat ke umpan BBM sembari menunggu balasan pesan dari Arkhan.
Betapa terkejutnya Adel saat melihat story umpan BBM. Kenyataan pahit saat melihat screenshoot pesan antara Arkhan dan perempuan lain yang sedang bersenda gurau, lalu pesan tersebut dijadikan story BBM. Matanya memanas saat melihat siapa pelaku yang membuat umpan tersebut. Ternyata tak lain adalah kontak BBM yang bernama Alessa.
***
Dengan napas terengah, Ifa turun dari ojek online, lalu mengetok pintu rumah Adel dengan kasar. Beberapa menit setelah itu, Wirya membukakan pintu dan mempersilakan Ifa untuk menghampiri Adel di kamarnya.
Adel membukakan pintu kamar, setelah beberapa detik lalu terdengar suara ketukan dari sana. Ia langsung memeluk tubuh Ifa dengan keadaannya yang tampak kacau. Mata Adel sudah merah karena air mata.
"Lo be-benar, Fa. Se-seharusnya emang dari awal gue nggak deket sama dia."
Adel sesenggukkan. Napasnya tersengal, perempuan itu sedang menangis hebat, bahkan air matanya kini kering, seakan air matanya sudah habis karena terlalu banyak menangis.
"Makanya bales pesannya Arkhan. Lo mau ditembak sama dia."
Deg.
Seakan ada aliran listrik yang menjalari tubuh Adel. Ia menegang sesaat.
"Maksud lo apa, Fa? Kalau bercanda ... sumpah! Bercanda lo keterlaluan, ini bukan waktu yang tepat." Adel mengatakan hal itu setelah melepaskan pelukannya dari tubuh Ifa. Ia mengusap air matanya dengan kasar.
Aneh, biasanya yang tahu semua aktivitas Adel tanpa ia bercerita sekalipun adalah Atta. Sedangkan, sekarang Adel tidak melihat keberadaan gadis itu di sini. Tidak masuk akal saja bila Ifa mendadak ke rumahnya seolah paham masalah yang sedang dihadapi. Lalu, siapa yang menyuruh Ifa datang ke rumah Adel?
"Gue serius. Makanya baca dulu itu BBM dari Arkhan. Angkat teleponnya juga. Jangan sering menyimpulkan sesuatu tanpa ada penjelasan, Del."
Adel sudah terbawa emosi dan kesal, sehingga tidak sanggup lagi memegang ponsel. Mungkin cowok itu paham saat beberapa menit yang lalu Adel sudah bisa bertingkah biasa dan sekarang tiba-tiba saja sikapnya berubah. Arkhan melihat umpan BBM yang dibuat oleh Alessa dan bisa menyimpulkan sendiri saat Adel mendadak tidak membalas pesannya, padahal sedang online.
Bukannya menuruti permintaan Ifa, Adel malah memberikan senyuman licik. Bahkan sekarang wajah Adel tampak menyeramkan saat matanya yang memerah bercampur dengan tawa dan tangisan.
Melihat dari pandangan Adel yang meremehkan. Ifa tiba-tiba saja lepas kendali. "GUE SERIUS, ARKHAN TADI MINTA BANTUAN KE GUE!" teriak Ifa tepat di hadapan Adel.
"Apa sih, Fa? Bercanda lo benar-benar kampungan!" Adel berbalik, membiarkan Ifa berdiri sendirian, sedangkan dia duduk di tepi ranjang. "Kalau emang Arkhan minta bantuan ke elo. Sekarang gue tanya ... dapat dari mana dia pin BBM lo, Fa?"
"Arkhan minta ke Atta. Mereka, kan, satu organisasi, Del. Atta juga sih marah-marah duluan ke Arkhan, padahal dia belum jelasin yang sebenarnya ... gue juga males kalau disuruh ke sini, tapi apa salahnya bantu teman."
Melihat nada kekecewaan Ifa, membuat Adel menyakinkan hati untuk membuka room chat-nya. Benar saja, bahwa di sana Arkhan sedang mengirimi pesan beruntun dan panggilan yang tidak terjawab. Adel membalas pesannya saat Arkhan ingin bertemu dengannya detik itu juga.
'Oke, Ar. Kita ketemu di pasar baru.'
Send.
***
Sudah hampir lima belas menit Adel menunggu Arkhan di pasar baru. Iya, pasar tradisional itu baru saja selesai dibangun, hingga penduduk setempat menamainya demikian. Sebelumnya, pasar ini hanya hamparan tanah kosong yang disulap menjadi pasar oleh penduduk setempat.
Adel memilih pasar baru karena ucapan tersebut spontan keluar dari mulutnya. Lidah Adel terasa kelu dan kaku, hingga sewaktu meminta izin kepada Wirya untuk pergi, ia beralasan ingin membeli sesuatu di sana. Untuk pertama kalinya, Adel berani berbohong kepada Wirya.
Sepeda motor Vespa itu sekarang sudah berada di hadapan Adel. Seperti biasa, Arkhan memakai celana kain warna cokelat susu dengan atasan kaos lengan pendek bergambar tengkorak. Kali ini jaket hitam yang biasa ia kenakan hanya disampirkan di lengan atas bagian kiri.
Suasana mendadak canggung dengan hawa panas-dingin yang melekat. Pasar tradisional ini kalau malam tidak terlalu sepi, masih ada beberapa penjual yang hanya berada di bagian depan pasar.
"Kak Adel," sapa Arkhan sopan kepada Adel sambil tersenyum. Seakan jiwa Adel meleleh, senyuman Arkhan memang sudah menjadi candu buatnya.
"Marah, ya?"
Adel hanya diam, tanpa merespons. Tidak berani menatap Arkhan. Adel melihat ke bawah, memainkan kertas catatan daftar apa saja yang akan ia beli, hingga lusuh tak berbentuk.
Melihat wajah Adel yang habis menangis. Arkhan mencoba meraih tangan Adel, tetapi perempuan itu seketika langsung melepaskan genggaman Arkhan.
"Dia siapa, Ar?" Dengan memberanikan diri, Adel mencoba menanyakan hal itu. Kali ini yang diucapkan Ifa benar, bahwa ia tidak boleh asal menyimpulkan sesuatu tanpa penjelasan.
"Siapa?"
"Kak Alessa. Gue dengar kabar lo dekat sama dia. Sewaktu pulang sekolah juga gue nggak sengaja ketemu teman-temannya yang lagi ngomongin lo dan Kak Alessa yang sedang mencoba ... bunuh diri."
"Jangan salah paham, gue nggak ada apa-apa sama dia. Emang Kak Alessa tadi ke kelas gue buat kenalan, bahkan pas pulang sekolah dia nyatain perasaannya. Mungkin karena gue tolak, dia mencoba bunuh diri, dia nekat minum sabun di kamar mandi."
Seakan beban berat berton-ton itu luluh dari pundak Adel. Perasaan lega dan plong menjalari hatinya yang semula terasa sesak.
"Kenapa lo tolak? Kak Alessa itu idaman semua cew-"
"Karena gue sayangnya sama elo." Arkhan mendekat, mengambil kertas yang sedari tadi Adel cengkeram lalu meraih tangan Adel. "Lo mau, kan, jadi pacar gue?"
Sejujurnya Adel tidak merasa terkejut saat Arkhan berkata demikian. Dasar, Ifa! Seandainya bila Ifa tidak memberitahukan terlebih dahulu rencana Arkhan, mungkin malam ini akan terasa berbeda.
"Iya, gue mau." Tanpa berpikir panjang Adel langsung mengiyakan ungkapan tersebut. Begitulah perempuan. Padahal sedetik lalu ia kesal, tetapi pendiriannya dapat berubah saat bertemu dengan seseorang yang dicintai.
"Serius?" tanya Arkhan sekali lagi.
"Iya."
Seakan ada bunga bermekaran di sekeliling Adel, Arkhan tersenyum lebar.
"Berarti sekarang gue ... eh, kamu kalau manggil bukan 'Kak' lagi, kan? Nanti dikira 'Adik-kakakan'."
"Cie ... sekarang manggilnya 'Kamu'."
"Apa sih, Sayang."
Ucapan tersebut langsung membuat mereka tertawa terbahak-bahak. Jika orang biasanya memilih tempat romantis untuk cinta pertamanya mengatakan perasaan. Adel cukup berada di pasar tradisional dengan banyaknya penjual cilok, siomay yang berjejer dan menjadikan saksi bisu kisah awal mula percintaan mereka.
***
Salam manis dari author 😍
Jangan lupa meninggalkan jejak 🌟🌟🌟
20920
AlfinNifla
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro