Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 46 : Malam

Author's PoV

"Lapor, Yang Mulia!!" desak dua prajurit kerajaan Mixolydian di ruang kerja Raja Hallow.

Hallow yang sedang sibuk dengan lembar-lembar kerjanya di meja mengangkat wajahnya dari hadapan tumpukan pekerjaan dan mendapati dua prajurit yang biasa bertugas memberikan laporan tentang keadaan di luar istana.

"Silakan," ucap Hallow dengan tegas memberikan izin kepada kedua prajurit itu memberikan laporan.

Kedua prajurit itu berlutut. Berusaha mereka menyembunyikan ekspresi mereka yang sebenarnya. Tapi, keringat sudah benar-benar bercucuran.

"Kami mendapat kabar! Kerajaan Phrygian beserta kota Phrygistorn diserang secara tiba-tiba oleh kerajaan Ferlendian!" ucap salah satu prajurit sebelah kanan dengan tegas memberitahukan laporan malam terbaru itu.

Hallow terkejut luar biasa. Ia sampai rela menjatuhkan puluhan lembar penting yang ia susun di tangannya ke lantai tanpa sengaja. Ia beranjak dari kursinya dan berdiri menghadap kedua prajurit itu.

"Apa?!"

Kedua prajurit itu takut melihat raja mereka dan tetap memilih berlutut dengan kepala menunduk.

"Ampun, Yang Mulia!" kata kedua prajurit itu bersamaan.

Kepala Hallow langsung dibuat pusing berkat laporan itu. Ia mengacak-acak rambutnya frustasi. Ini sudah malam. Kerajaan Ferlendian menyerang kerajaan Phrygian. Pasti ada maksud kenapa kerajaan Ferlendian malah menyerang kerajaan Phrygian yang tidak memiliki masalah apa-apa dengan kerajaan Ferlendian. Kalau ada, itu artinya...

"AKU PERINTAHKAN SEMUA PASUKAN UNTUK BERJAGA-JAGA! LENYAPKAN SEMUA PASUKAN VAMPIR YANG DATANG KE KOTA MEJIKTORN DAN ISTANA! JANGAN PERNAH BERIKAN MEREKA AMPUN!"

Hallow yakin, Ratu Mona Ferlendian tidak meninggal semudah pada saat ia menewaskan Ratu Mona di dalam raga Mocca.

Perintah itu sudah ia katakan dengan lantang tanpa keraguan. Kenapa ia memerintahkan itu? Karena ia tahu, Ratu Mona tidak hanya akan menyerang kerajaan Phrygian. Sasaran empuk Ratu Mona adalah kerajaan Mixolydian.

Prajurit yang satunya bersuara. "Tapi Yang Mulia, bukankah Ratu Mona sudah--"

"Tidak. Dia tidak mungkin mati secepat itu. Sebelum dia pergi ke neraka, sepertinya dia ingin bermain-main dulu di dunia ini sekali lagi. Dan aku akan mengajaknya bermain. Sebuah permainan yang terakhir kali untuknya," potong Hallow. "Agar itu terwujud, aku memerlukan kalian semua sebagai pendukungku. Segera laksanakan perintahku!"

"Segera, Yang Mulia! Sesuai dengan yang Anda inginkan!" balas keduanya bersamaan.

Kedua prajurit itu memberi hormat dan berlenggang pergi dari ruang kerja Hallow. Sementara Hallow memasang jubah birunya. Mahkota raja sudah sedari tadi terpasang gagah di atas kepalanya. Lupakan soal pekerjaan di meja. Malam ini juga, ia juga harus bergerak cepat.

Hallow melangkah tegas dan terburu-buru keluar dari ruang kerjanya dan menelusuri lorong istana untuk menuju kamar, di mana Mocca sedang belajar pelajaran sekolah. Saat ia mengingat bahwa pasukan vampir bergerak memberantas kota Phrygistorn, ia sangat khawatir dengan kota Mejiktorn. Jika kota Mejiktorn juga berhasil dihancurkan oleh musuh, ia telah merasa sangat gagal menjadi seorang pemimpin mereka. Dan merasa malu sudah membiarkan penduduknya mati sia-sia.

Tapi, ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Kalau kota hancur, maka Akademi Housran dan rumah keluarga Lixadian juga ikut hancur. Ia tidak ingin itu terjadi, karena itu akan membuat Mocca sangat sedih. Ia tidak suka melihat Mocca bersedih. Ia ingin Mocca bahagia. Ia sadar betapa sulitnya mempertahankan kebahagiaan yang telah didapatkan. Tapi, selama ia bisa membuat Mocca senang, itulah keinginan terbesarnya sekarang.

Sampainya di kamar, seperti dugaannya, Mocca masih belum tidur. Mocca sedang membaca buku sambil tiduran di kasur. Hallow menghampiri Mocca dan merampas buku itu dari tangan Mocca. Mocca menatap kaget lalu beralih tajam.

"Bukuku! Kembalikan! Aku lagi baca! Selalu saja menggangguku!" kata Mocca tidak terima bukunya diambil seenaknya.

"Tidak boleh! Membaca sambil tiduran bisa membahayakan mata indahmu itu, tahu! Sebaiknya kau tidur saja dan membacalah di dalam mimpimu sepuas-puasnya!" balas Hallow membentak, membuat Mocca terdiam lama.

Kayaknya marah beneran, nih. Seram. Ada apa dengannya? batin Mocca ngeri.

Hallow meletakkan buku itu ke meja dengan memberikan sedikit sihir dari sentuhan tangannya. Buku itu melayang bersama glitter biru yang menandakan kalau benda itu sedang dipengaruhi oleh sihir Hallow. Sihir itu berhenti bekerja dan menghilang setelah buku itu sampai di tujuan. Tanpa memperhatikan buku itu dipandang takjub oleh Mocca, ia memandang Mocca sambil tersenyum tipis.

Aku harus jelaskan semua padanya, batin Hallow.

Setelah buku itu berhenti membuat Mocca mengalihkan pandangan, ia kembali melihat Hallow yang ternyata sibuk memperhatikannya. Matanya sebentar melihat ke atas kepala Hallow yang terdapat sebuah mahkota raja terletak. Mocca memandang Hallow dengan tanda tanya, seolah sedang bertanya kepada Hallow, kenapa Hallow memakai mahkota pada malam jam tidur? Hallow tahu dan mengerti dengan tatapan Mocca padanya. Ia duduk di tepi kasur.

"Mocca, kau tahu mahkota ini sangat berat untuk diriku pakai diusia sepertiku ini. Apa kau merasa kasihan padaku?" Hallow menunjuk ke atas kepalanya.

Mocca mengernyitkan alis. "Untuk apa aku kasihan? Itu sudah menjadi tugasmu memakai mahkota itu. Kau adalah raja. Seharusnya kau tidak boleh mengeluh karena hanya masalah sepele. Aku mau tanya. Kenapa kau memakai mahkotamu disaat aku ingin mengajakmu tidur? Kau mau pergi ke mana?" tanya Mocca. "Dan jubah birumu itu."

Hallow berdiri. Dia memutar badannya 180°. "Bagaimana penampilanku? Apa aku terlihat seperti seorang raja?"

Mocca tertawa kecil. "Kenapa kau tanya lagi? Memangnya kau terlihat seperti seorang putri kerajaan?"

"Mungkin saja, kan?"

"Kusarankan kau berhadapan dengan cermin saja."

Hallow tersenyum seraya kembali duduk di kasur. Ia menggapai tangan Mocca lalu menggenggamnya.

"Mocca, ada banyak hal yang harus kukatakan padamu. Kau belum mengantuk, kan?"

Melihat ekspresi Hallow yang serius, Mocca mengalihkan sedikit posisi duduk bersilanya agar lebih enak lalu mengangguk. "Katakan saja. Aku belum mengantuk. Karena itulah aku tadi membaca buku."

Hallow segera memulai kata-katanya. "Ini... berkaitan dengan Ratu Mona Ferlendian."

Mocca sedikit terkejut. Namun ia kembali mengangguk, bertanda agar Hallow melanjutkan kata-katanya. Hallow kembali tersenyum.

"Kerajaan Ferlendian menyerang kerajaan Phrygian beserta kotanya. Entah apa keinginan Ratu Mona dalam mengadakan perang mendadak itu. Sepertinya, dia berusaha memancingku untuk keluar dan berhadapan dengannya. Dan... ingin menemuimu juga."

Mocca terkejut mendengar kerajaan Phrygian diserang oleh kerajaan Ferlendian. "Ya Tuhan, semoga di sana baik-baik saja. Hallow, apa Ratu Mona masih hidup? Dia menyerang kerajaan Phrygian. Lalu, apa kau akan menemui Ratu Mona?"

Hallow mengeratkan pegangan tangannya, membuat Mocca melihat ke arah kedua tangannya yang menghangat. Mendengar Hallow kembali berkata, ia menatap Hallow.

"Walaupun aku tidak mau, aku tetap harus bertemu dengannya. Tapi, kau tidak boleh bertemu dengannya, Mocca. Di luar sana benar-benar berbahaya. Aku sudah memerintahkan semua pasukan beserta penjaga untuk menyebar ke seluruh kota Mejiktorn dan menjaga istana ini agar tidak dimasuki oleh musuh. Entah bagaimana cara mereka menghidupkan Ratu Mona, yang paling penting sekarang adalah keselamatanmu dan semua yang kulindungi di Mejiktorn."

Mocca menggeleng kuat.

"Aku ikut!" kata Mocca lantang. "Kau ingin aku bersembunyi? Tidak. Aku ikut. Aku juga ingin bertarung melindungi orang lain. Aku tidak ingin berdiam di sini saja tanpa melakukan apa-apa selain menunggu kedatanganmu dan kabar."

Hallow menunduk. "Aku tahu kau akan membantahku. Tapi, aku tidak mau--"

"Kau tidak mau apa?? Tidak mau diriku terbunuh oleh vampir-vampir itu? Kalau kau tidak mau itu, jangan sembunyikan aku! Kau khawatir denganku? Bawalah aku bersamamu! Kau punya kemampuan untuk melindungi orang lain, kan? Itu artinya kau bisa melindungiku juga! Tidak ada tapi-tapian lagi! Pokoknya aku ikut!"

Hallow kembali mengangkat wajahnya. Ia tertegun dengan tekad Mocca untuk ikut dengannya. Mata biru malam Mocca berkaca-kaca dan setetes air matanya yang turun menandakan kalau Mocca sedang serius. Hallow menghela napas pelan. Ia menggapai pipi Mocca yang tergenang air mata. Ia kembali berkata.

"Kalau kau bersikeras untuk ikut denganku, ada syarat agar kau bisa ikut. Aku tidak yakin kau akan menyetujuinya. Ini demi menghabisi Ratu Mona," kata Hallow.

"Apa itu, Hallow? Katakan saja. Aku akan melakukan syarat itu demi ikut denganmu dan membantumu melindungi kota dan istana," kata Mocca dan air mata menetes lagi turun di punggung tangan Hallow dan pipi yang satunya.

Pada awalnya, Hallow merasa tidak yakin untuk mengatakan syarat itu kepada Mocca. Syarat itu mungkin akan membuat Mocca kecewa. Tapi, ia tak bisa menyusun permainan yang baru untuk Ratu Mona. Kalau Mocca ikut, itu artinya Mocca juga harus ikut dalam permainan. Setelah menarik napas panjang, ia pun menjawab.

"Hari ini juga, kau harus menikah denganku."

Hallow mengatakan itu dengan mata terpejam. Ia mulai teringat tentang ia pernah melamar Mocca secara blak-blakan saat pertama kali bertemu. Ekspresi terkejut Mocca juga membuatnya rindu dengan hari itu. Seperti baru kemarin ia bertemu dengan Mocca dan hari ini ia mengajak Mocca menikah dengannya lagi, namun bedanya ada tujuan lain yang harus dicapai.

Mocca meraih tangan Hallow yang menyentuh pipinya, lalu menggenggamnya. Hallow membuka matanya. Ia pikir, Mocca akan menepis tangannya karena marah sudah mengatakan syarat itu. Sebaliknya, Hallow dibuatnya terkejut. Melihat mata Mocca, ia seakan berhadapan dengan api yang tak membakar dan menyakitkan, melainkan terasa hangat dan berkobar-kobar.

"Baiklah," ucap Mocca.

Hallow memegang kedua pundak Mocca. "Kau serius?"

"Apa tampangku kurang serius? Jangan bego sekarang, Hallow. Lihat mataku. Kau pasti bisa melihat dan merasakan betapa seriusnya aku sekarang."

Hallow menatap mata Mocca dalam diam. Entah kenapa ada sesuatu yang membuat matanya terasa panas.

Matanya... Api? Ada api di matanya, batin Hallow.

Hallow menarik Mocca ke dalam pelukannya.

"Maafkan aku. Kau pasti mar--"

"Aku tidak marah. Jangan meminta maaf. Aku tahu kenapa menikah menjadi syarat aku ikut berhadapan kepada Ratu Mona."

Mereka melepas pelukan. Sementara, mereka saling menatap penuh kehangatan. Senyuman mereka saling terpancar membangun ketenangan. Hallow mendekat dan mencium dahi Mocca. Ia akan melindungi Mocca, meskipun nyawa menjadi taruhan. Mereka beranjak dari kasur dan saling menggenggam tangan, seolah tak akan ada yang bisa memisahkan.

Kedua prajurit yang tadi sebelumnya Hallow temui, berlenggang masuk ke kamar dan memberi hormat. Mereka ingin memberikan informasi lagi. Keduanya berlutut sambil menunduk dan mengatakan semua yang terjadi di luar istana.

"Yang Mulia! Pasukan kerajaan Ferlendian telah berhasil memasuki kawasan kota! Kami berusaha menyerang mereka, tetapi mereka sangat kuat!" lapor prajurit yang sebelah kanan.

"Kami tidak sempat mengevakuasi penduduk kota dikarenakan pasukan kerajaan Ferlendian lebih cepat dibandingkan kami! Hanya sedikit yang bisa kami evakuasi! Mereka menyerang penduduk kota dan membakar rumah penduduk! Ampuni kami, Yang Mulia!" lapor prajurit yang sebelah kiri.

Lantas Mocca yang mendengar itu merasa syok. Air matanya turun membasahi kedua pipinya.

Ayah... Ibu... kalian baik-baik saja di sana, kan? batin Mocca begitu khawatir dengan keadaan orang tuanya di kota.

Hallow juga tidak kalah terkejut. Hatinya terasa terkelupas mendengar penduduknya menangis di luar sana. Raja macam apa ia membiarkan mereka tersiksa? Benar-benar di luar dugaan, pasukan kerajaan Ferlendian lebih kuat dibandingkan dengan pasukannya. Tidak pernah ia merasa kalah dengan kerajaan lain. Ia harus bergerak lebih cepat dibandingkan vampir-vampir sialan itu.

"Selamatkan mereka semua yang masih ada di kota! Buat mereka aman dari kawasan berbahaya! Dan, panggilkan pelayan-pelayanku ke sini sekarang!" titah Hallow lantang.

"Baik, Yang Mulia!" Mereka berdua keluar dan memanggil semua pelayan istana untuk berhadapan dengan Hallow dan Mocca.

Hallow menoleh melihat Mocca. Hatinya langsung tercabik-cabik melihat Mocca menangis deras tanpa suara. Informasi itu membuat Mocca sangat terpukul. Brengsek untuk Ratu Mona Ferlendian. Jika bertemu nanti, Hallow akan langsung menghabisinya. Kalau bisa, ia ingin mencemplungkan sendiri Ratu Mona ke neraka.

"Mocca, semua akan baik-baik saja. Tolong, jangan bersedih," kata Hallow sambil mengusap air mata Mocca.

Sakit rasanya melihat Mocca menangis. Sekarang, ia tidak tahu cara agar Mocca tidak merasa sedih. Hallow tahu Mocca pasti mengkhawatirkan orang tuanya. Mocca hanya diam, tetapi matanya menatap Hallow. Tak ada sepatah kata pun yang ia lontarkan.

Reo, Beethov, Greethov, Colla, Hella, dan Ai masuk ke dalam kamar. Tidak lupa mereka memberi hormat kepada penguasa mereka.

"Yang Mulia, kami siap melayani dan melindungi Raja dan Ratu kami," ucap mereka berenam bersamaan.

Alis Hallow mengernyit. "Mana Lof dan Chino?"

"Mereka sedang melawan pasukan vampir yang sedang berusaha menerobos gerbang istana, Yang Mulia. Tadi, kami juga bertugas melenyapkan pasukan vampir di luar istana. Mendengar Anda memanggil, kami pun ke sini," jawab Ai.

"Baiklah, biarkan mereka bertarung. Aku ada tugas untuk kalian. ADAKAN ACARA PERNIKAHAN! Colla, buatkan aku dan Mocca pakaian pengantin! Waktumu 10 menit! Hella, aku mempercayakan cincin pernikahannya di tanganmu! Jaga baik-baik! Beethov dan Greethov, dekorasikan ruang aula istana untuk acara pernikahannya! Waktu kalian 13 menit! Reo dan Ai, jadilah penjaga Mocca! Waktu kalian tidak terbatas! Dan, aku memberikan kalian izin untuk menggunakan kekuatan sihir kalian! LAKUKAN!"

Perang dan pernikahan. Malam itu akan menjadi malam yang panjang untuk Mocca, Hallow, dan semua yang terlibat di dalam satu konflik. Untuk pernikahan, semoga berjalan lancar. Untuk perang, semoga perang itu dimenangkan oleh kerajaan Mixolydian.

🎃TO BE CONTINUE ...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro