Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian 1 - Setelah Perpisahan

Tetesan hujan menitik turun di luar jendela. Tak sadar, aku mengeluarkan ponsel. Otakku linglung menatap layar tanpa notifikasi itu.

Sudah dua bulan sejak aku dan Gavin terakhir bertemu.

[ Dua bulan sebelumnya ]

Saat itu tengah malam. Aku sedang bersiap tidur saat tiba-tiba terdengar suara ketukan di jendela.

MC: "Sekuat itukah angin hari ini?"

(suara seseorang): "MC!"

Panggilan tak terduga itu membuatku takut. Aku menepuk wajah. Sadar kalau tidak sedang bermimpi, aku bergegas ke jendela tanpa memakai alas kaki.

MC: "G-Gavin?!"

Seberkas cahaya bulan terhalang oleh Gavin yang berdiri di luar jendela. Mata lelaki itu seolah memerangkap seluruh cahaya bintang di langit malam.

MC: "Mengapa begitu mendadak?"

Buru-buru, aku membuka jendela. Reaksi yang kuterima adalah pelukan terlingkupi angin malam. Suara napas Gavin terdengar dalam dan lega.

MC: "Kenapa kau memberikan serangan kejutan lagi?"

Gavin: "Aku sudah mengetuk jendela kali ini."

Aku menatap Gavin dengan pandangan kosong. Ku teringat apa yang terjadi sebelumnya dan menyadari apa yang dimaksud lelaki ini.

MC: "Bukan itu maksudku!"

Walaupun memprotes, aku lanjut memeluk Gavin erat-erat.

MC: "Mengunjungiku larut malam begini bukan hanya untuk memelukku, kan?"

Gavin: "Aku berjanji kepadamu. Lain kali, itu akan menjadi satu-satunya alasan."

MC: "Kalau begitu, ingatlah untuk tidak selalu membawa angin dingin. Lelucon Tuan Gavin jadi agak melempem."

Mendengar candaanku, Gavin tersenyum tipis. Penuh kerinduan, dia mencium wajahku.

Hingga kini, Gavin masih belum mengatakan apapun. Namun, kurang lebih, aku bisa menebak apa maksud kedatangan mendadaknya.

MC: "Kapan kau pergi?"

Gavin: "Sekarang."

Mendengar jawaban tegasnya, aku memeluknya semakin erat, enggan berpisah.

MC: "Jaga dirilah!"

Gavin: "Kau juga. Kurangilah lembur. Jangan berjalan pulang sendirian di malam hari. Juga, jangan sampai masuk angin. Suhu akan menurun dalam beberapa hari lagi."

MC: "Mm! Ingatlah untuk tidak memaksakan diri. Kalau kau terluka, aku akan marah!"

Gavin: " .... Aku akan berusaha sebaik-baiknya."

Hening sejenak. Lalu, perangkat komunikasi di pinggang Gavin mengeluarkan bunyi bip pengingat.

MC: "Apakah kau akan pergi sekarang?"

Gavin: " ... Untuk misi ini, aku mungkin akan pergi lebih lama. Jadi, biarkan aku memelukmu sekejap lagi."

Gavin: Tiga puluh detik terakhir.

[ Masa Kini ]

Sejak Gavin pergi, dia belum mengirim kabar apapun.

Puluhan hari berlalu sudah. Di malam 31 Desember pun, dia tidak terlihat kembali.

Tidak ada kabar bisa berarti kabar baik terkait keselamatannya.

Seseorang: "Eh, kau sedang memikirkan apa?"

Suara seseorang menarikku dari lamunan ke kenyataan.

Refleks, aku berbalik. Aku melihat seorang pria berdiri di depanku. Dia mengenakan setelan jas berpinggiran rapi. Pria itu mengedip padaku perlahan.

MC: "Kak Chen."

Chen Yi: "Terlalu dingin di sini. Kita bicara di dalam, yuk! Aku tak mengerti mengapa ada orang yang mengadakan pesta pertunangan di hari Tahun Baru Imlek. Apanya yang spesial dari Hari Valentine? Lagipula, kakak ipar perempuanmu itu! Dia tidak mau meluangkan waktunya untuk menemaniku. Sungguh tidak berperikemanusiaan!

MC: "Kakak sudah mengeluh sedari tadi. Tampaknya, kakak harus beristirahat dulu."

[ Catatan Cheri: Kakak Chen bukan saudara kandung MC. Dalam bahasa Mandarin, koko (kakak lelaki) tidak menegaskan hubungan darah. Panggilan kakak ipar/Sausau juga digunakan secara casual.)

Tahun ini, Tahun baru Imlek datang agak terlambat. Hari raya itu jatuh bertepatan dengan Hari Valentine.

Putri seorang senior dari industri perfilman mengadakan pesta pertunangan hari ini. Dia mengundang teman-teman dari dalam dan luar komunitas bisnis. Aku cukup beruntung bisa menerima salah satu undangan.

Satu sisi, aku memang harus hadir sebagai bentuk kesopanan junior. Di sisi lain, karena tidak ada hal yang bisa dilakukan dengan Gavin, aku setuju saja.

Kebetulan juga, seorang senior yang dekat denganku di universitas dulu menerima undangan. Dia datang dengan cukup enggan, hanya memenuhi etiket bisnis.

Kami pun sepakat pergi ke perjamuan bersama.

Chen Yi: "Kau terlihat tidak sehat. Sepertinya kau tidak tidur nyenyak semalam. Haha, apakah kau terlalu bersenang-senang dengan pacarmu jelang tahun baru?"

Seraya menunjukkan ekspresi 'aku mengerti sepenuhnya' dia menundukkan kepala lalu mencondongkan tubuh lebih dekat. Mata Kak Chen bersinar-sinar, mengingatkanku akan lampu-lampu ribuan kilowatt yang tergantung di tengah aula besar.

Aku mati-matian menekan keinginan mengeluarkan kritik. Aku sedang berencana mendorong kepala Kak Chen menjauh ketika tiba-tiba embusan angin dingin melintas keras di tengah-tengah kami.

Chen Yi: "Aduh!!! Dingiiiin! Dingin sekali!!!"

Ketika itu, walau tak bisa menjelaskan alasannya, aku merasa sedang diawasi seseorang.

Kebingungan, pandanganku mengelilingi sekitar. Saat itu, tamu lain sedang berjalan ke ballroom. Aku juga tidak dapat melihat wajah-wajah yang kukenali di kerumunan.

Chen Yi: "Kok melamun? Ayo! Ayo!" (sepertinya sambil menggigil, kasihan kasihan kasihan – Putu)

Kak Chen mengulurkan lengannya. Kusambut lengannya, mengesampingkan kebingunganku, aku berjalan dengannya menuju ruang perjamuan.

Saat berjalan pun, aku sekali lagi merasa sepasang mata menatapku tajam dan dingin. Karena itulah, tanpa sadar, aku berbalik ....

Lelaki itu bersandar di dinding samping jendela. Cahaya bulan yang dingin menyelimutinya dengan lapisan keperakan. Gesturnya seolah berkata 'jangan dekat-dekat denganku'. Meski demikian, orang lain masih menatapnya penasaran.

Lelaki itu mengenakan setelan formal yang pas, terlihat sedikit asing di mataku. Lamat-lamat, ia mengayunkan gelas wine. Seolah warna wine menimbulkan selapis lapisan, menegaskan aura berbahaya pada matanya.

Acuh tak acuh, dia menyugar rambut. Sehelai rambutnya menyapu mata yang menatap langsung ke manik mataku.

Pemilik tatapan itu akhirnya kutemukan.

Gavin ... sorot mata sedingin esnya terasa menusukku.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro