Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian 2 - Li Zeyan

Untuk menghindari para petugas pengadilan dan prajurit yang muncul kembali kapan saja, kami sangat berhati-hati mengambil jalan pulang. Namun, saat aku membuka pintu, suara yang tidak ingin kudengar terdengar di belakangku.

(seseorang): "Wah! Bukankah ini penyamun kecil itu? Aku tak menyangka akan bertemu orang yang belum diringkus pemerintah ini sekarang."

Pemilik Toko Jianzhu ternyata menyuruh sekelompok orang berjaga di rumahku! Aku buru-buru menyembunyikan Pedang Persik di belakang punggung dan maju menamengi Naga Hitam.

Youran: "Kau mencuri barangku lalu merasa dipermalukan sampai-sampai ingin pemerintah menangkapku?"

Bos Toko: "Tidak ada yang melihatku mencuri barangmu, tapi, banyak orang melihatmu mencuri barang dari tokoku! Kau mau mencoba mengelak dengan cara apa lagi?"

Sebagian besar orang di belakangnya mulai bereaksi dan mulai mengepungku. Aku tiba-tiba gugup dan bingung. Namun, kulihat Naga Hitam berdiri di sampingku dengan tangan sedikit terangkat.

Mereka yang mencoba mendekat sepertinya menabrak tembok tak kasat mata. Satu persatu mereka terpental lalu jatuh begitu saja. Tak peduli berapa kali mereka mencoba, tetap saja tidak berhasil.

Bos Toko: "Ini ilmu sihir! Kau siluman!"

Gerombolan itu memandang kami dengan ngeri lalu mengambil langkah mundur. Si bos memberi tanda agar orang-orang itu enyah lalu menghunus pedang.

Bos Toko: "Ternyata kau punya siluman yang menolongmu. Tapi, jangan harap ini bisa menakutiku!"

Setelah bicara, dia menerjang dan melompat ke depan. Ujung tajam pedangnya mengarah langsung ke wajahku. Aku memejamkan mata, tapi dinginnya sabetan pedang tak datang seperti yang kupikirkan.

Aku ragu-ragu. Namun, kubuka mataku. Kulihat si bos telah terhenti begitu saja di udara kosong. Ujung pedangnya terhenti kurang dari tiga inci dari wajahku. Detik berikutnya, dia juga terpental jauh seperti orang-orang tadi. Pedang di tangannya jatuh berkelontang dengan keras.

Bos Toko: "Siluman macam apa ini (terbatuk) dia sangat kuat!"

Aku diam-diam melirik Naga Hitam di samping. Dia masih berdiri tenang, seolah tidak menghiraukan pemandangan tadi.

Bos Toko dengan susah payah berdiri, mengambil pedang, lalu berjalan ke arah kami. Namun, langkahnya terhenti. Di tengah jalan, dia tunduk oleh tatapan Naga Hitam.

Bos Toko: "Bagaimanapun, aku bukan tandinganmu. Jadi, mari jujur satu sama lain. Aku ingin pedang itu untuk menaklukkan naga hitam. Kau sudah mendengar legendanya, bukan? Pedang Persik yang membasmi banyak iblis di seluruh dunia, jika pedang itu terkena darah Penjaga Suci, makhluk itu akan takluk kepadaku."

Bos: "Sekarang, pedang itu ada di tanganmu. Selama kau setuju bekerja sama denganku, aku akan memberimu sebagian hadiah sebagai kompensasi."

Youran: "Itu adalah hal yang sia-sia!"

Bos Toko: "Umat manusia telah membasmi siluman selama bertahun-tahun. Bukankah menguasai mereka jadi dibenarkan?"

Suhu di sekitarku sepertinya turun dengan drastis. Aku segera memegang pedangku erat-erat.

Youran: "Jangan pernah berani memikirkan hal itu! Xiao Li, jangan dengarkan omong kosongnya! Ayo, ikat dia dan kirim dia ke petugas pemerintah!"

Aku meneriakkan ini dengan tenaga yang kuat. Namun, jari-jariku yang tersembunyi di bawah lengan menyelinap mencari tangan Naga Hitam lalu menggoyangnya sedikit. Aku berharap, dia tidak keberatan dengan nama yang tidak sopan itu.

(Putu: Xiao Li atau Si Kecil Li adalah panggilan yang sangat akrab, bahkan bisa digunakan untuk nama panggilan ke hewan peliharaan).

Naga Hitam melirikku dengan tatapan tidak senang. Namun, dia masih menggerakkan jari, membuat Si Bos Toko tak mampu bergerak.

Melihat beberapa orang menonton di dekatnya, aku menarik mundur Naga Hitam. Aku ingin mengakhiri adegan garing ini secepat mungkin.

Youran: "Semua orang sudah melihatnya! Kalau kau masih ingin mempertahankan Toko Jianzhu, kau harus segera enyah dan melupakan ide yang tidak seharusnya ada di kepalamu!"

Bos Toko: " .... "

Youran: "Kau tidak menjawab, berarti setuju!"

Naga Hitam: "Dia memang sedang tak bisa bicara sekarang."

Aku terbengong-bengong. Kulihat Si Bos yang semakin merah. Tapi, aku melihat Naga Hitam dan tiba-tiba mengerti yang dia maksudkan. Jadi, aku berdeham lalu sengaja berkata keras-keras.

Youran: "Sekarang, setelah kau menyadari kesalahanmu, pergilah ke kantor pengadilan dan akui kesalahanmu dengan jujur. Kalau kau setuju mengatakan kebenaran, kali ini, aku takkan perhitungan lagi. Aku yakin, pengadilan akan memberi keputusan yang adil."

🐲

Setelah memberi kesaksian di pengadilan, aku mengunci pintu rumah, lalu menyalakan api di sudut halaman. Sejak Naga Hitam tersegel di balik tabir dunia sini, banyak kabar burung telah muncul. Secara bertahap, kabar mengenai kekuatan digdayanya maupun cara menaklukkannya menyebar seperti wabah.

Banyak tetua yang percaya kalau Pedang Persik akan disalahgunakan oleh orang-orang yang memiliki niat jelek. Para tetua dulu ingin menghancurkan pedang ini. Namun, dulu pedang ini menjadi simbol kehormatan keluarga sekaligus warisan ayahku. Aku selalu sangat menghargai pedang ini hingga tak ingin menghancurkannya.

Sampai mengalami kejadian itu, aku belum benar-benar sadar gangguan yang bisa diakibatkan oleh pedang ini.

Aku melemparkan pedang kayu ke api. Nyala api itu sepertinya menerima semua kegundahanku. Dengan cepat, bara api melalap pedang kayu hingga tak bersisa. Aku menunggu sampai api benar-benar padam lalu menyiram api dan bersiap kembali ke rumah.

Naga Hitam tidak ada di dalam. Jendela yang menghadap pekarangan belakang terbuka. Aku bergegas ke jendela lalu kudengar suara kecil dari kolam.

Segera setelah aku mengendap-endap keluar, kulihat Naga Hitam membenamkan diri di air kolam, sepertinya sedang menimbang-nimbang kekuatannya sendiri. Air di sekitarnya tampak merebak dan menguncup. Namun, ini berlangsung hanya sesaat. Setelah itu, air tiba-tiba berjatuhan kembali ke dalam kolam, menampakkan sosoknya.

Dengan santai, Naga Hitam bersandar di tepi kolam. Jari-jarinya yang ramping sedikit terulur.

Guguran bunga di atas air melayang-layang lalu terempas ke bawah akar pohon. Oleh kendalinya, tirai air terjun tak jauh dari sana berubah menjadi kabut tipis. Tak lama, tirai itu jatuh ke cabang lain dengan suara gemuruh keras.

Untuk beberapa saat, aku sangat terkejut hingga tak mampu mendengar apapun kecuali detak jantungku sendiri.

Inikah ... kekuatan yang selalu melindungi dunia?

Dalam satu kelembutan yang menyebar luas, momen biasa ini seakan membungkam seluruh alam semesta.

Ada luka-luka yang sedikit mengeluarkan darah di tubuhnya. Namun, sepertinya, Naga Hitam tak peduli. Pada saat ini, dia telah lama menurunkan kewaspadaan dan kecurigaan awal. Seolah-olah, dia baru saja menemukan suaka untuk memulihkan kelelahannya.

Saat melihat pemandangan ini, tiba-tiba, aku berpikir ... kalau saja aku menatap matanya lebih lama saat pertama berjumpa, aku pasti takkan salah paham tentang identitasnya. Sorot mata jernih dan tenang itu hanya bisa dimiliki oleh sosok makhluk agung.

Naga Hitam: "Jangan bersembunyi! Keluar!"

Youran: "Maaf, aku tidak bermaksud mengintip ... kupikir, Anda sudah pergi."

Naga Hitam: "Aku memang bersiap pergi."

Mendengarnya mengatakan ini, hatiku mendadak sedikit lebih berat.

Naga Hitam: "Tapi, aku masih punya pertanyaan untukmu."

Youran: "Ada pertanyaan apa?"

Naga Hitam: "Kenapa kau menolak tawaran orang itu tadi?"

Sejenak, aku tertegun. Kemudian, aku menyadari apa yang dia maksudkan.

Youran: "Orang yang mencuri barang orang lain tidak bisa dipercaya. Aku juga tak tertarik dengan syarat yang dia ajukan. Terlebih lagi, pedang itu telah diwariskan dari generasi ke generasi untuk membasmi siluman jahat. Seharusnya, itu tidak digunakan untuk melukai Penjaga Suci yang melindungi perdamaian."

Tanpa sadar, aku melirik lukanya. Kebetulan, aku menemukan sapu tangan di saku. Aku segera mengulurkan sapu tangan itu kepadanya.

Youran: "Kenapa kau terluka?"

Naga Hitam berbalik. Ekspresinya sedikit terlihat asing.

Naga Hitam: "Pekarangan ini terlalu kecil juga terlalu banyak pohon."

Aku memperhatikan cabang-cabang kecil yang tersebar di sekitar kolam lalu menyeringai diam-diam. Secara logika, tempat ini memang tidak bisa dibandingkan dengan hutan nan luas. Dia jelas belum beradaptasi dengan daerah yang baru.

Youran: "Darahmu sepertinya sangat penting. Jadi, biarkan aku membantumu membalutnya."

Naga Hitam menatapku seraya tersenyum tipis. Dia lalu meraih pergelangan tanganku.

Naga Hitam: "Legenda Pedang Persik itu tidak benar."

Youran: "Apa?"

Naga Hitam: "Apa kau benar-benar ingin mendengar lebih banyak tentang itu?"

Aku nyaris kehilangan kewarasan saat menatap senyuman dalam pandangan matanya. Aku mengangguk tak sadar. Dia menariku mendekat hanya dengan sedikit tarikan. Lalu suara rendah itu terdengar di telingaku.

Naga Hitam: "Kondisi yang membuatku takluk tak pernah datang dari hal lain. Kau pernah menanyakan namaku sebelumnya. Tahukah kau makna dari itu?"

🐲

Naga Hitam: "Tidak mungkin!"

Youran: "Aku baik-baik saja!"

Naga Hitam: "Jika aku bilang tidak, itu berarti tidak."

Youran: "Tapi, tidak ada cara lain lagi! Anda adalah tamu dan tuan pelindung yang mulia. Aku tak mungkin membiarkan tamu tidur di atas tanah, bukan?"

Naga Hitam: " .... "

Mempertimbangkan kalau Penjaga Suci terluka di rumahku, dengan hangat, kuundang dia untuk menginap dan menebus kesalahan di masa lalu. Aku telah berinisiatif membalut lukanya dan membuatkan makan malam. Namun, setelah malam merayap tenang, aku tiba-tiba terbentur dinding saat tidur.

Aku lupa kalau bilikku ini sempit dan hanya ada satu tempat tidur. Aku tadinya hendak tidur di lantai dan dia tidak mengizinkanku. Aku telah melupakan kemungkinan harus tidur di ranjang sama. Namun, setelah mempertimbangkannya lagi, aku mengambil selimut dari bawah, lalu naik ke tempat tidur.

Mengabaikan tatapan kagetnya, aku naik ke sisi paling dalam tempat tidur. Kubelakangi dia lalu menepuk ruang kosong di belakangku.

Youran: "Jika tidak ada yang lain lagi, aku akan tidur!"

Aku menguping pria di belakang. Setelah keheningan panjang, akhirnya aku mendengar suara selimut diangkat sekali lagi.

Masih larut malam, tapi, kami berbaring diam dalam waktu lama. Aku masih tidak bisa tidur. Ingatanku kembali pada apa yang dia katakan kepadaku di pinggir kolam.

Naga Hitam: "Nama adalah ikatan terkutuk."

Youran: "Tuan Pelindung, apakah Anda tertidur?"

Naga Hitam: "Belum."

Youran: "Aku ingin bertanya. Karena nama adalah semacam kutukan, kenapa aku tidak merasakannya? Padahal, orang-orang memanggil namaku."

Naga Hitam: "Karena kalian semua adalah orang biasa."

Youran: "Benar juga."

Rasa penasaranku bangkit lagi.

Youran: "Tuan Penjaga, namaku Youran. Karena aku ini orang biasa, bisakah aku meminta Penjaga Suci yang tidak biasa ini untuk menyebutkannya?"

Lama sekali aku menunggu. Pria di belakangku tidak merespons, seolah tak mau mempedulikan permintaanku. Aku mulai gelisah. Jadi, aku mengencangkan sudut selimut lalu bersandar di tempat tidur."

Naga Hitam: "Li Zeyan (李泽言)."

Youran: "Apa?"

Li Zeyan (Naga Hitam): "Itu namaku. Tidurlah sekarang dan kau akan tetap mengingatnya."

Youran: " ...!"

Youran: "Anda benar-benar memberitahukanku hal itu? Apa boleh?"

Li Zeyan: "Kalau kau tak berani menerimanya, aku bisa membuatmu lupa sekarang."

Youran: "Tunggu! Tunggu! Aku menerima ini! Namun, kalau ini mengikat, apakah akan berefek kalau aku menyebutkannya begitu saja?"

Li Zeyan: "Kau bisa mencobanya."

Youran: "Li Zeyan."

Li Zeyan: "Bagus."

Li Zeyan menanggapi dengan enggan lalu memadamkan lilin. Aku menunggu sebentar lagi. Di belakangku masih sunyi, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Hatiku buncah oleh kegembiraan mengetahui namanya. Bahkan dalam kegelapan, aku tak dapat menutup mata.

Youran: : "Li Zeyan."

Aku dijawab dengan sebuah keheningan lain.

Aku meraih selimutnya. Dorongan tak terkendali menguasai pikiranku. Sudut-sudut bibirku bergetar membentuk senyuman. Selama otakku berputar, tiga kata itu tiba-tiba keluar.

Youran: "Li-Ze-Yan."

Segera setelah aku selesai bicara, aku merasa tempat tidur sebelahku tiba-tiba terlesak. Bahuku dicengkeram dan aku ditarik begitu saja. Sebelum aku bisa menjerit, aku telah bertemu wajahnya.

Li Zeyan: "Apa yang sedang kau coba lakukan?"

Setiap kali aku di dekatnya, aku seperti tidak bisa berpikir jernih. Aku hanya bisa mengeluarkan pemikiranku secara blak-blakan.

Youran: "Aku hanya berpikir kalau namamu itu indah terdengar. Aku ingin menyebutkannya lagi."

Li Zeyan tampak terkejut. Tangan yang mencengkeramku juga mengendur.

Li Zeyan: "Sudah cukupkah kau menyebutkannya? Kalau sudah cukup, diam dan tidurlah!"

Youran: "Tapi, aku masih ingin mendengarmu memanggil namaku. Kau tahu, semuanya harus imbang di dunia manusia. Aku hanya akan tidur kalau kau menyebutkannya."

Li Zeyan mungkin belum pernah mendengar permintaan seperti itu sebelumnya. Dia berhenti bicara. Sepertinya, dia sedang menilai apakah aku sedang bercanda atau tidak. Melihatku masih menatap matanya dengan tegas, dia mengucapkan kata demi kata.

Li Zeyan: "Youran."

Youran: " !!! "

Aku menutupi wajah, melepaskan diri dari lengannya, lalu mundur ke sisi lain tempat tidur.

Youran: "A-aku berjanji akan berhenti bicara! Aku akan tidur sekarang!"

Li Zeyan: "......"

Sayangnya, meski ruangan kembali sunyi, detak jantungku yang berpacu tak juga mereda. Apakah ini yang disebut kutukan? Kenapa kutukan ini sangat kuat? Tidak! Tidak! Pastilah ini hanya kekuatan hebat Penjaga Suci yang tidak biasa itu!

Aku mendesah pelan. Sepertinya, aku takkan tidur nyenyak malam ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro