Bagian 4 - Pecahan Yupei
Aku berjalan ke luar hutan. Orang-orang dari kuil segera terlihat.
Orang-orang dari kuil: "Youran! Bagaimana? Bagaimana? Kau sudah ke puncak gunung? Apa kau melihat Qilin?"
Di bawah lengan baju, tak terlihat yang lain, aku mencengkram yupei Bai Qi erat-erat. Aku bersandiwara bahwa aku kini sangat kecewa.
Youran: "Aku tak menemukannya. Hanya ada tebing di puncak gunung. Tak ada yang lain."
Orang-orang dari kuil: "Tebing? Kok bisa? Jadi, catatan di kitab kuno sebenarnya salah?"
Karena aku tak pernah berbohong, mereka menerima informasi ini dengan mudah. Namun,
orang yang berdiri di depan tiba-tiba menoleh padaku. Nada bicaranya serius.
Seseorang: "Youran, Tetua sudah mengatakan: jika kami tidak dapat menemukan Qilin, kau harus menjadi Penjaga kuil. Kau harus memberkati desa siang dan malam di kuil. Apakah kau ingat itu?"
Aku mengangguk pelan.
Youran: "Aku ingat."
Ketika kami akhirnya kembali pulang, aku berbalik badan ke arah gunung.
Youran: "Di masa depan, dalam kehidupan ini, kita mungkin takkan bisa bertemu lagi. Jaga dirimu, Bai Qi."
Begitu kami sampai ke kuil, aku pun dikurung.
Waktu berlalu sekian lama. Aku membiasakan diri ditemani kitab-kitab kuno dari kuil. Setiap hari.
Di luar jendela, cahaya bulan terlihat sejuk. Aku mengambil yupei Bai Qi. Kulihat giok itu dari dekat, di bawah sinar bulan.
Youran: "Aku jadi ingin tahu sedang apa Bai Qi sekarang."
Tiba-tiba, embusan angin melintas. Aku buru-buru menutup jendela. Yupei yang kutinggalkan di sampingku terlempar ke lantai. Segera, yupei itu terbelah jadi dua bagian.
Youran: "Kenapa jadi pecah begini?"
Aku buru-buru mengulurkan tangan untuk mengambil yupei berbentuk cincin itu. Namun, angin terlalu kuat bertiup hingga aku tak mampu lagi bergerak.
Angin berembus kian kencang. Daun-daun seketika bergoyang. Di depan mataku, sebuah tanda emas besar muncul seketika.
Tanda itu muncul dengan cepat, mewujud dengan begitu menyolok.
Lonceng angin di bawah atap berdenting untuk terakhir kali, membawa gema dari lembah nan jauh.
Bai Qi: "Akhirnya pecah juga."
Aku mengangkat kepala, terkejut.
Bulan sabit menggantung di langit. Dedaunan lebar di pepohonan kuno bergoyang dalam bayang-bayang dingin.
Seorang pemuda berpakaian putih duduk bersandar di ranting besar. Guci arak dipegang dekat kakinya yang terlipat. Dia memiringkan kepala untuk menatapku. Satu tangan lain memegang pecahan giok yang terbelah.
Bai Qi: "Sudahkah kau memikirkan satu keinginan?"
Aku tertegun. Mataku melirik lelaki di bawah sinar rembulan itu.
Youran: "Bai Qi?"
Seraya tertawa lembut, Bai Qi memiringkan kepala, mendongak. Dia menghabiskan arak di tangannya. Kemudian, dia terbang ke depanku.
Bai Qi: "Hm, ini memang aku."
Bai Qi menatapku dari atas ke bawah, lalu sedikit mengerutkan alis.
Bai Qi: "Kau dikurung?"
Youran: "Tidak juga. Terjadi bencana banjir. Aku gagal mendapatkan Qilin untuk mengusir kesialan. Jadi, aku harus berada di kuil, menggunakan kekuatanku untuk mendoakan desa."
Bai Qi: "Saat itu, di gunung, kau tak memberitahuku kalau kau akan dikurung begitu kembali."
Youran: "Itu karena aku khawatir kau tak mengizinkanku membantu jika aku menyebutkannya."
Bai Qi mengamatiku diam-diam. Cahaya bulan bak angin musim panas nan ringan, terpantul di sudut mata dan alisnya.
Bai Qi: "Kenapa kau membantuku kalau kau harus dikurung karenanya? Kau melakukan itu, hanya karena aku menyelamatkanmu?"
Youran: "Bukankah alasan seperti itu cukup?"
Bai Qi: "Itu tidak cukup. Kau mengorbankan kebebasanmu. Itu harga yang terlalu mahal untuk dibayar."
Manik mata Bai Qi jernih dan cerah. Tatapan matanya terlihat seolah dia sedang menatapku untuk pertama kalinya.
Bai Qi: "Mengapa kau melakukan itu?"
Wajah Bai Qi kini diterangi cahaya lilin. Tatapan itu terlihat gigih dan hangat.
Segera, angin membalik halaman buku di atas meja. Aku sedikit panik. Kuangkat buku untuk menutupi wajah, menyembunyikan emosi tak terjelaskan dalam hatiku.
Youran: "T-tidak ada alasan. Aku hanya tidak ingin kau ditemukan oleh mereka."
Pandangan Bai Qi terhalang oleh buku. Dia tak bicara. Setelah beberapa saat, suaranya terdengar dalam keheningan.
Bai Qi: "Berputar dan berputar ... kayu bakar dalam ikatan. Tiga bintang muncul di angkasa. Malam apakah malam ini ... hingga terlihat seorang insan berbudi?"
[ Cheri Notes: Saya memberikan terjemahan yang sangat bebas dari apa yang dikatakan Gavin (Bai Qi), yaitu: 绸缪 束 薪, 三星 在 天, 今夕 何 夕, 见此 良人.
Itu bagian dari puisi dari 诗经 ("Shi Jing" - "Kumpulan Sajak")
Ada perbedaan pandangan tentang arti puisi ini, tetapi banyak sastrawan percaya puisi ini merayakan pernikahan, di mana kedua belah pihak saling menggoda di kamar pengantin.
Putu Notes: Ada perbedaan gaya penerjemahan ke Inggris. Rasa bahasa dan artinya sedikit melenceng, jadi puisi ini saya terjemahkan langsung dari bahasa Mandarin, dibantu oleh Chendra-laoshi ]
Youran: (terkejut)
Buru-buru, aku meletakkan buku, menyadari Bai Qi perlahan membacakan puisi di halaman yang tanpa sengaja kubalik tadi.
Youran: "Kalau kau tahu artinya, lebih baik kaubacakan untuk orang lain."
Bai Qi bersandar ke jendela. Matanya beralih dari buku ke aku.
Malam yang terlalu indah. Tampaknya bintang-bintang pun bisa terjangkau.
Bai Qi: "Tentu aku tahu. Tapi, kau bergerak begitu cepat. Aku jadi tak bisa melihat baris selanjutnya. Baris selanjutnya apa, ya?"
Ekspresinya begitu serius. Seolah-olah, Bai Qi memang ingin tahu apa baris selanjutnya. Tak lebih dari itu.
Dia memiliki ekspresi serius di wajahnya, seolah-olah dia benar-benar ingin tahu apa baris selanjutnya, dan tidak lebih.
Buku itu hanyalah kumpulan puisi acak yang kubaca waktu bosan. Siapa sangka, angin akan meniup lembaran buku hingga ke halaman ini!
Ini adalah puisi yang ditulis untuk seorang kekasih. Dan aku belum pernah membacakannya kepada siapa pun sebelumnya.
Sudut hatiku seakan tercubit. Aku tak berani melihat wajah Bai Qi. Dengan wajah tertunduk, aku mendeklamasikan dengan lembut–
"Aih! Aih! Duhai sang hati! Bagaimanakah cara mendapatkan insan berbudi seperti ini?"
[ Cheri Notes: Ini adalah terjemahan sangat bebas dari apa yang dikatakan MC (Youran), yaitu: 子 兮 子 兮, 如此 良人 何?
Seperti yang disebutkan sebelumnya, puisi ini dimaksudkan untuk menyampaikan cinta yang hangat dan manis di antara pengantin baru.
Putu Notes: Saya suka trik ini! >< ]
Begitu mendadak, kurasakan sentuhan lembut di dahi. Aku melebarkan mata, mengangkat kepala dan melihat Bai Qi mengambil buku itu seraya menatapku dengan senyuman cerah.
Bai Qi: "Keinginanmu itu telah kudengar jelas. Tunggulah aku!"
[ Putu Notes: *Putu pingsan dengan sukses* ]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro