DS : Colour
Kenapa hidup ini terlihat begitu berwarna? Kenapa apa yang selalu kulihat selalu berwarna? Kenapa ke arah manapun mataku memandang, akan selalu ada warna?
Bagaimana.. jika dunia ini tidak memiliki warna?
Apakah akan hampa?
Apakah akan membosankan?
Ataukah akan menakutkan?
Entahlah, aku tidak pernah bisa membayangkan jika dunia ini tak memiliki warna. Tapi, bukan berarti mustahil jika suatu saat dunia ini tak berwarna. Ya, aku sangat yakin itu bukan suatu kemustahilan. Itu nyata.
Kapan warna warna itu hilang?
Entah.
Aku tidak tahu pasti.
Aku hanya memperkirakan.
Aku terus berfikir, apa yang membuat dunia ini terlihat begitu berwarna? Jawabannya menurutku adalah mata, alias indra penglihatan. Karena tanpa mata, kita tidak akan bisa melihat dunia ini.
Kemudian, mengapa mata bisa membuatku merasa dunia ini penuh dengan warna? Jawabanku hanya satu. Yakni perasaan. Bahkan mungkin tanpa matapun kita bisa merasakan bahwa dunia itu sebenarnya penuh dengan warna.
Ah, perasaan tidak hanya mempengaruhi indra penglihatan. Tapi juga mempengaruhi indra lainnya. Ketika kau merasa senang, pastilah semua yang kau lihat akan terlihat menakjubkan, berwarna warni, dan bercahaya. Namun ketika kau merasa sedih, kurasa kau akan melihat warna-warna tersebut dengan gelap. Sebenarnya apa yang kau lihat itu sama saja dengan apa yang orang lain lihat. Tapi perasaanmulah yang membuat penglihatanmu terlihat berbeda.
Sama sepertiku.
Bagiku, dunia ini berwarna. Namun warna di dunia ini sangatlah menyedihkan. Warna yang gelap. Sekalipun ada yang terang, aku akan mengabaikannya. Sungguh menyedihkan para warna warna itu.
Ah, bukan mereka. Tapi akulah yang menyedihkan.
Dulu, warna yang kulihat sama seperti kalian. Terang, cerah, bercahaya, dan memiliki daya tariknya sendiri.
Ya, itu dulu.
Sekarang, sudah tidak lagi. Yang kulihat hanyalah warna warna gelap, tak menarik, dan menyesakkan dadaku.
Dulu aku dibebaskan. Dahulu orang tuaku membiarkanku untuk melakukan apapun. Mulai dari membaca buku cerita, hingga bermain tanah. Orang tuaku tak memarahiku ataupun melarangku. Dan itu membuatku bahagia. Namun, tak ada sesuatu yang abadi di dunia ini. Termasuk kebahagiaan.
Semakin bertambahnya umurku, semakin banyak warna gelap yang bisa kulihat. Semakin banyak dan mereka mulai menggerogoti penglihatanku. Bahkan aku berfikir sepertinya sebentar lagi aku akan buta.
Ah, bukan kah lebih baik seperti itu?
Buta, berarti tidak bisa melihat apa-apa. Yang bisa kita lihat hanyalah warna hitam sangat gelap dimana mana. Kemanapun kau berlari, seberapa kerasnya pun kau berteriak minta tolong, kau tidak akan menemukan siapa siapa atau warna lain di penglihatanmu. Kau akan lelah terus memberontak dan pada akhirnya kau akan pasrah. Kupikir lebih baik seperti itu. Warna gelap ini benar benar mengganggu penglihatanku. Suara bising yang berteriak memanggil namaku di samping telingaku tak pernah memberiku jeda.
Aku tidak tuli! Berhentilah meneriakiku!
Kalau kalian ingin tahu, aku saat ini merasa seperti melihat warna abu-abu, hitam, dan warna gelap lainnya.
Sama seperti perasaanku, yang dipenuhi warna gelap menyesakkan ini.
Aku ingin terbebas dari sini, aku ingin melihat warna warna indah dunia ini! Mengapa kau tidak pernah mengizinkannya?! Sebenarnya aku ini apa?! Aku ini makhluk apa?!
AKU INI JUGA MANUSIA! SAMA SEPERTI KALIAN! KENAPA AKU DIPERLAKUKAN BERBEDA?! APA SALAHKU?! KENAPA KAU SELALU MENOLAK UNTUK MENGERTI BAHWA AKU JUGA MANUSIA?! MANUSIA YANG SUDAH HAMPIR BUTA KARENAMU!
...
Sudahlah, aku lelah terus terusan memberontak. Mungkin akan lebih baik menjadi buta agar kau senang. Mungkin itu yang kau mau. Kau ingin melihat aku dengan tatapan kosong seperti boneka. Baiklah, aku turuti.
Namun kuharap kau tidak akan menyesal.
Ah, mana mungkin mereka menyesal? Bukankah memang itu yang mereka inginkan selama ini? Membuatku patuh dengan segala yang mereka katakan, membuatku bisu dan buta sehingga tidak bisa menolak apa yang mereka katakan.
Kau puas bukan?
Kau senang bukan?
Kau bahagia bukan?
Apa? Kalian yang membaca ini membantah kata kataku? MEMANGNYA APA HAK KALIAN MEMBANTAH KATA KATAKU?! INI OPINIKU SENDIRI! APA KALIAN JUGA SAMA DENGAN MEREKA?! KALIAN INGIN AKU BISU DAN BUTA?! APA KALIAN SENANG JIKA SETIAP HARI AKU HARUS TERSIKSA KARENA WARNA GELAP INI YANG TERUS MENGGEROGOTI TUBUHKU?! BAIKLAH! AKU MAKLUMI KARENA MUNGKIN KALIAN TIDAK PERNAH MENGALAMI HAL YANG SAMA DENGANKU!
AKU BERDO'A DENGAN HATI KECILKU YANG MASIH BELUM TERGEROGOTI OLEH KEGELAPAN, SEMOGA KALIAN TIDAK AKAN PERNAH MENGALAMI NASIB YANG SAMA SEPERTIKU!
Ini.. ini menyakitkan. Aku benar benar akan menjadi gila jika aku terus memberontak. Sepertinya memang lebih baik menjadi buta dan bisu daripada menjadi gila bukan?
Ya. Memang lebih baik seperti itu.
Aku tidak ingin menempuh perjalanan penuh dosa, dimana jika aku menjadi gila, maka aku akan dengan santai menusukkan sebilah pisau buah ke tenggorokanku. Lebih baik menjadi buta dan bisu karena seluruh tubuhku berhasil tergerogoti oleh warna gelap itu.
Meski keduanya sama pada intinya, yaitu mati.
Jika aku menggila, maka aku akan mati secara fisik dan mental. Jangan lupakan akan ada setumpuk dosa yang menunggu untuk dipertanggung jawabkan.
Jika aku menjadi buta dan bisu, maka perasaanku lah yang akan mati. Ragaku akan tetap hidup. Jantungku akan tetap berdetak dan memompakan darah ke seluruh tubuh, sedangkan hidungku akan tetap mengambil dan membuang udara sebagaimana biasanya.
Lihat? Kedua pilihan ini sama sama buruk, tapi yang paling buruk adalah menjadi gila. Itu sebabnya aku tidak akan memberontak lagi.
Aku akan membiarkan kau menebar warna gelap itu di depan mataku dan kau harus menyaksikannya sendiri, hari dimana aku akan kehilangan indra penglihatanku.
-The End-
Asahina Mizu
Sabtu, 15 Juni 2019
857 words
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro