Chapter 7
Hidup itu mudah
Huh, jangan bercanda!
Hidup itu sulit
Penuh dengan kesibukan
Semuanya terasa berat
"Pekerjaan yang berat akan menjadi ringan jika dikerjakan bersama-sama."
Kuakui, itu benar. Tapi, itu akan menjadi kenyataan jika dalam satu kelompok benar-benar ada kerja sama yang sebenarnya.
Kerja sama yang sebenarnya? Itu adalah kerja sama yang tidak hanya mengandalkan satu orang saja.
Aku bosan, aku lelah. Kenapa jika diadakan kerja kelompok, selalu saja aku yang ditunjuk sebagai ketua? Aku tak akan mengeluh jika memang kita semua bekerja sama. Namun apa nyatanya?
Aku yang memberikan ide, mereka hanya mendengarkan tanpa mau berpendapat. Aku sudah membagikan tugas dan ternyata mereka tak bisa melakukannya. Saat kubebaskan ingin memilih yang mana, mereka malah tidak mengerjakannya tepat waktu. Lalu pada akhirnya yang harus mempertanggung jawabkan itu semua adalah ketua. Aku harus apa? Aku sudah melakukan semua yang terbaik. Tapi kenapa di kerja kelompok ini aku merasa seperti bekerja sendirian. Dimana rasa tanggung jawab mereka?
Aku sering kali menolak jika ditunjuk menjadi ketua kelompok karena hal tersebut. Dan ketika bukan aku ketuanya, ternyata sang ketua malah cuek dengan tugas yang diberikan.
KERJA SAMA MACAM APA ITU?!
Akhirnya di satu kelompok itu tak ada yang memikirkan tugas. Hanya aku yang terlalu memikirkan tugas tersebut hingga jatuh sakit. Oh ayolah, aku bukan apa-apa di kelompok itu. Tapi kenapa malah aku yang memusingkannya? Padahal sang ketuanya saja tak peduli.
Itulah kenapa aku lebih memilih bekerja sendiri. Karena menurutku, mau bekerja sama ataupun kerja sendiri sama saja. Sama-sama berat. Bahkan lebih berat kerja sama karena ketika hasil kerja samanya jelek, yang disalahkan adalah aku, yang mengoordinir mereka.
Aku mengerti, kenapa mereka sangat senang jika bisa satu kelompok denganku. Karena dengan begitu, mereka tak perlu susah payah mengerjakan tugasnya karena hanya aku yang akan menyelesaikannya. Dan ketika nilai hasilnya jelek, aku yang akan ditindas. Bukankah begitu?
Aku bagaikan habis manis sepah dibuang bukan?
Aku ada hanya untuk dimanfaatkan oleh mereka. Namun aku tak bisa memanfaatkan mereka. Bahkan aku dirugikan disini. Apa ini yang disebut simbiosis parasitisme?
Mereka datang padaku jika mereka butuh dan aku membantu mereka. Tapi ketika aku butuh dan aku datang pada mereka, mereka akan berkata "Bukankah kau lebih pintar dari kami? Seharusnya kau bisa menyelesaikannya sendiri lebih mudah bukan?"
PINTAR?! BULLSH*T!!
Aku tak seperti orang lain. Aku setiap hari sibuk. Bahkan aku bingung. Kapan waktuku untuk beristirahat? Jika aku katakan aku sedang tidak ada pekerjaan ataupun "gabut", asalkan kau tahu. Itu bohong.
Itu artinya aku sedang memikirkan sesuatu.
Sepertinya semakin berkembangnya teknologi, dunia ini berubah. Orang-orang menjadi cenderung sibuk sendiri, tak ada rasa peduli terhadap sesama, pemalas, dan tidak bertanggung jawab. Aku tak suka itu. Kenapa aku harus lahir di zaman yang seperti itu?
Aku merasa seperti seorang manusia diantara patung-patung yang mengelilingiku. Patung tak berperasaan. Apa aku perlu berbicara dengan para patung?
Aku lelah. Sudah sangat lelah dengan aktifitas sehari-hariku mulai dari hari Senin sampai ke hari Senin lagi tanpa henti. Aku juga sudah lelah dengan segala ucapan kalian.
"Untuk apa kau dilahirkan?"
"Sepertinya lebih baik kau tidak ada di dunia ini."
"Kau tidak berguna!"
"Jangan dekati aku, dasar pemisah antara aku dan dia!"
"Dasar iblis!"
"Kalau memang kau tak bisa bersosialisasi, lebih baik kau tak usah memaksakannya. Dasar ansos."
"Untuk apa kau ada disini jika kau saja memisahkan diri dari kami?"
CUKUP! AKU MEMISAHKAN DIRI DARI KALIAN KARENA KALIAN TAK PERNAH PEDULI PADAKU!
Ada yang peduli padaku?
Tidak!
Ada yang menyayangiku?
Tidak! Bahkan seseorang yang sudah melahirkanku ke dunia ini saja berusaha untuk membunuhku. Lantas untuk apa ia melahirkanku?
Ada yang berkata bahwa ia menyayangiku?
Ada, banyak. Namun itu semua adalah kebohongan belaka. Itu tidak tulus dari hatinya. Aku bisa melihatnya.
Cukup, cukup. Jiwa dan ragaku sudah sangat lelah. Jiwa dan ragaku sudah tak sanggup. Jika memang kalian hanya bisa menghakimiku dan menanyai alasanku berada di dunia ini, baiklah. Aku akan pergi. Pergi jauh dan sangat jauh. Tak akan ada satupun dari tangan kotor kalian yang bisa menyentuh diriku.
Aku menusukkan pisau ke jantungku dan gunting ke tenggorokanku.
Selamat tinggal dunia.
Mungkin kalian tak percaya dan merasa semua cerita ini dari awal hanyalah fiksi belaka. Namun tidak. Bagaimana jika kukatakan bahwa ini adalah kisah asliku dari dunia nyata namun hanya berbeda di akhirnya? Apa kalian mempercayainya?
-The End-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro