Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 2

Kau tau? Aku benci kelompok.

Aku benci suatu kelompok yang selalu bersama dan tidak bergaul dengan  individu lain.

Ah, bukan seperti itu. Aku benci diriku sendiri.

   Aku bukannya benci berada di sekitar kelompok orang. Hanya saja aku selalu merendahkan diriku ketika melihat hanya aku yang tidak mengobrol.

   Ketika kelas 6 SD, aku menyadari ini. Aku ingin berteman dan bersahabat dengan 1 orang. Namanya Miku. Aku ingin bersahabat dengannya. Tapi kau tau? Aku selalu saja terlambat. Dia sudah memiliki sahabat lain. Yaitu Rora.

   Akhirnya aku mengurungkan niatku untuk bersahabat dengannya. Aku tidak ingin menjadi pemisah diantara persahabatan mereka. Ah! Aku belum menceritakan asal usul mengapa aku merasa menjadi pemisah persahabatan orang lain jika tiba-tiba masuk di persahabatan mereka.

   Awalnya, aku sering mengobrol dan bermain dengan Miku. Kemudian aku sadar bahwa Rora juga dekat dengan Miku. Kemudian aku sadar kembali hal yang sangat penting. Bahwa ketika Miku bersamaku, ia akan menceritakan suatu hal yang tidak dimengerti Rora. Dan akan berakhir dengan Rora yang hanya mendengarkan tanpa berbicara. Aku sadar akan hal itu. Sejak itulah perlahan aku menarik diriku dari kerumunan orang-orang. Aku sadar bahwa jika ada aku, maka Rora tidak akan merasa dianggap ada oleh Miku. Jika seperti itu terus, maka persahabatan mereka akan hancur. Kemudian Rora akan membenciku. Aku tidak mau itu. Aku memutuskan akan menerima siapa saja yang mau mendekatiku.

   Maksud "menerima" disini adalah aku akan tetap menanggapi mereka yang mendekatiku.

   Suatu hari, ada seorang anak perempuan yang dijauhi dikelasku. Sebenarnya anak itu sudah dijauhi sejak kami kelas 1 SD. Setahuku, alasannya adalah karena rambutnya yang mereka bilang kribo. Namun menurutku itu tak adil. Hanya karena fisiknya, mereka menjauhi anak itu. Sebenarnya aku tidak menjauhinya. Namun seperti yang kubilang tadi. Aku hanya menerima dan tidak mendekati.

   Nama anak itu adalah Lisa. Suatu hari Lisa mendekatiku. Kemudian aku tahu bahwa rumah kami searah. Rumahku dengan rumah Miku pun searah. Rumah Miku dan Rora pun saling bertetanggaan. Kami sering pulang ber-4.

   Kuulang, aku kembali menerima orang yang mendekatiku dengan tulus. Aku sama sekali tidak terpengaruh dengan rumor yang beredar tentang anak itu. Bahkan, Miku dan Rora sekalipun sudah tercemari oleh rumor tersebut.

Suatu hari, ketika seharusnya kami pulang ber-4 namun Miku dan Rora sudah pulang duluan, keesokan harinya aku bertanya kepada Miku.

"Mik, kemaren kamu gak bareng kita. Kenapa?" Tanyaku.

"Ish, aku males kalo ada Lisa! Jadi---" Miku menjelaskan semua alasan mengapa ia tidak menyukai Lisa.

   Kau tau? Mungkin ini bisa dibilang munafik karena pada saat tidak ada orangnya, ia membicarakan Lisa. Namun ketika ada Lisa, ia bersikap sangat baik.

Ah, tidak cuma "ia". Tapi "mereka".

Mereka semua munafik.

   Sudah sangat lama aku dan Lisa mulai dekat. Tapi, ingat prinsipku? Aku menerima siapa saja yang mendekatiku. Kemudian aku sadar ada beberapa hal yang tak kusukai dari Lisa.

Silahkan panggil aku munafik. Namun jika mau memanggilku munafik, baca dulu sampai selesai.

   Walau hal yang tidak kusukai ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan rumor, tapi inilah yang membuatku tidak nyaman bersamanya :
1. Jika aku membeli suatu jajanan, ia akan memintanya dan berkata bahwa ia minta hanya sedikit. Namun pada kenyataannya ia mengambil setengahnya.
2. Ketika aku ke kantin atau pulang bersamanya, ia akan memintaku untuk menjajaninya. Dan jadilah hampir beberapa kali dalam seminggu aku menjajaninya.
3. Ketika ia ingin bercerita, aku bosan mendengarnya. Karena setiap hari yang ia bicarakan topiknya selalu sama. Misalkan, bayangkan dirimu memiliki seorang teman. Ia setiap hari selalu memaksamu untuk mendengarkan ceritanya. Dan ceritanya selalu seperti ini : "Tau gak? Kemaren tetanggaku melihara kucing loh!! Lucuuu banget!" Dan selalu seperti itu. Kalian harus selalu menanggapinya. Apa kalian tidak bosan? Ditambah, yang ia ceritakan selalu saja orang yang ia suka.
4. Jika ia menyukai seseorang, ia akan memberi tahu seseorang akan hal itu. Tapi yang menyebalkan adalah, padahal dia sendiri yang menyebarkannya hingga 1 angkatan tahu. Bahkan tak jarang kakak kelas pun mengetahuinya. Tidak heran, karena ia mempunyai banyak kenalan kakak kelas. Namun yang ia salahkan adalah orang lain. Padahal itu salahnya sendiri karena tidak mengingat kepada siapa saja ia menyebarkannya.
5. Ia akan selalu menarikku kemana-mana. Bahkan karena aku tidak pernah menolak, ia menjulukiku "boneka". Menurutnya aku cantik dan imut sehingga ia menjulukiku boneka. Sejujurnya aku baru paham sekarang. Selain itu, boneka juga memiliki makna lain. Boneka adalah benda mati. Ia tidak akan menolak mau diapakan pun oleh pemiliknya. Boneka adalah sosok yang penurut. Dan itulah gambarannya terhadapku. Penurut.

Kenapa aku tidak pernah menolaknya? Ingat prinsipku? Aku menerima siapa saja yang mendekatiku. Jadi aku tidak pernah bisa menolak ketika tanganku ditarik kesini dan kesana.

   Hanya itu yang tidak kusukai darinya. Namun, aku tidak pernah suka untuk memendam rasa ketidak sukaanku terhadap orang lain. Akhirnya aku pun memutuskan untuk memberi tahunya dengan cara halus. Yaitu dengan permainan Truth or Dare. Tapi seluruh pertanyaan dan tantangan ditulis dalam kertas kecil dan digulung. Setelah itu dikocok. Dan begitulah, caraku untuk memberi tahu hal yang tidak kusuka padanya.

   Mau tahu hal yang konyol? Ini terjadi ketika aku kelas 5. Pada saat kelas 5, aku sudah dekat dengan Lisa. Suatu hari ia merasa terancam akan dilabrak oleh kakak kelas. Dan kau tau apa reaksinya?

   Ia tidak pernah ingin sendiri. Menurutku itu normal. Yang tidak normal adalah dia memanggil teman-temannya dari golongan kakak kelas untuk melindunginya disaat hari yang ditentukan untuk melabraknya. Yang lebih tidak normalnya lagi, jika ia benar-benar dilabrak, ia akan menghubungi pamannya yang notabenenya seorang tentara.

Yah, aku mengerti itu adalah saat saat SD dimana aku bahkan tidak mengerti harus berbuat apa saat itu. Saat itu aku benar-benar polos. Bahkan aku tidak tahu arti "melabrak" itu sendiri. Sudah dijelaskan berkali-kali pun aku tetap melupakan artinya.

   Tapi kau tahu? Hal yang masih membuatku kesal hingga kini? Miku dan Rora yang dahulu ketika aku masih memberikan seluruh pandangan positif kepada Lisa membenci Lisa, namun ketika aku mulai tidak menyukai Lisa, mereka justru merasa nyaman dengan Lisa.

Sungguh konyol. Aku tidak pernah bisa mengerti jalan pikir mereka. Dan mau tau hal yang membuatku miris?

   Di suatu hari, dimana puncak hari dimana aku memiliki banyak lovers, dan aku memiliki satu dugaan dimana orang yang disukai Lisa menyukaiku. Kau tau alasanku berpikir demikian?

   Aku ditag berkali-kali lewat instagram pribadiku olehnya. Dan ia mentag-ku dimana ada suatu postingan gambar mesum, lalu captionnya adalah "Tag pacarmu!" Selalu saja dan berulang kali. Bukankah itu aneh?

   Hipotesis ku pun hanya ada 2 untuk kasus ini. Yaitu akunnya dibajak atau memang itu serius darinya. Jujur saja, aku lebih memilih hipotesis pertama. Tapi jika dilihat kesehariannya, memang ada sedikit perubahan dalam sikapnya terhadapku. Tapi tetap saja, aku berfikir bahwa akunnya saat itu sedang dibajak saja.

   Kemudian aku menceritakan hal ini kepada Miku. Memang sudah menjadi kebiasaanku memberi tahu Miku jika ada seorang laki-laki yang kucurigai menyukaiku. Dan hebatnya, dugaanku tidak pernah meleset.

   Suatu hari, aku sedang asyik mengobrol dengan orang yang kusukai (ini disaat aku berada di bangku kelas 6). Tiba-tiba saja Lisa memanggil seseorang, tapi Lisa nampak melihatkan pandangannya ke arahku. Awalnya kukira aku salah dengar.

   Namun suatu hari terbukti saat aku memposting foto di instagram pribadiku. Aku memposting sebuah hasil screenshot dari lagu Electric Angel yang dinyanyikan Kagamine Len & Kagamine Rin. Dan captionnya berupa keinginanku bahwa lirik itu ditujukan padaku. Kemudian Lisa berkomentar.

"Gak usah banyak ngayal lo, tukang tikung!"

   Itulah komentarnya. Tentu saja aku shock. Kemudian aku dibela oleh orang  yang aku sukai. Ah! Saat itu orang yang kusukai juga menyukaiku.

   Karena aku dikelas sering sendiri, aku bisa mendengar jelas setiap omongan orang karena posisiku yang terlihat tidur. Tidak, aku tidak menguping. Namun jika ada suatu topik yang menarik, aku akan terus mendengarkannya.

   Di kelas 6, aku dan Lisa tidak begitu dekat karena ia sudah bergabung dengan kelompok lain dikelasku. Dan jumlah kelompok itu bisa dibilang 1/3 kelas. Cukup banyak jika sampai mereka terpengaruh oleh omongan Lisa. Aku sudah pasrah. Aku pasrah jumlah pembenciku semakin banyak.

   Namun, sudah kubilang bukan? Aku hanya mendengarkan topik yang menarik. Setelah berminggu-minggu stress karena itu, aku mendengarkan sesuatu yang menarik lagi.

   Ini menarik. Karena Lisa yang menjelek-jelekkanku di kelompok itu justru tidak dipercayai oleh kelompok yang bahkan sudah Lisa percayai sebagai sahabatnya. Sungguh kasihan. Tapi sungguh, Yuzu tertawa sangat puas karena ini. Karena, selain Lisa tidak dipercaya, Lisa juga sering dibicarakan. Bukan yang baik, melainkan yang buruk. Sebuah timbal balik perbuatan huh?

   Padahal aku belum menyusun rencana apapun untuk memberikan serangan balik. Tetapi ia sudah kalah duluan. Bukankah itu lucu? Yang membuatku heran dan semakin ingin menertawakannya adalah ia sama sekali tidak sadar bahwa ia dibenci oleh sekelompok orang yang ia anggap sebagai sahabatnya sendiri. Apa ini? Ini terlalu lucu saking lucunya pun aku ingin tertawa sepuasku di ruang kedap suara.

   Tapi lama kelamaan jiwa Kuzu bangkit. Jiwa Kuzu yang memang baik hati, ia memberi tahu Lisa bahwa sekelompok orang itu membencinya. Tak masalah jika Lisa tak percaya. Toh, aku sudah berbaik hati untuk memberi tahunya. Awalnya ia memang tak percaya. Kemudian ia mendengarnya sendiri dan sakit hati karena itu.

   Jujur saja, hari itu pikiranku penuh oleh tanggapan Yuzu dan Kuzu yang sangat berlawanan.

"Rasain tuh! Lu pikir gw gak pernah denger kalo lu nyindir gw dengan kata 'tukang tikung' mulu?! Rasain tuh! Itu gegara lo suka ngefitnah gw! Sekarang lo yang diomongin ama mereka! Makan tuh tukang tikung!! HAHAHAHAHA!!!!!" -Yuzu-

"Tapi, bukannya kasian? Lisa kan sekarang perasaannya sama kayak aku. Harusnya kamu lebih ngerti dong, diomongin tuh seberapa sakitnya?" -Kuzu-

"Halah! Jadi orang tuh jangan terlalu baik! Naif ah lo Kuz!" -Yuzu-

"Tapi kasian. Aku ngerti banget rasa sakitnya sekarang. Rasa sakit dimana orang yang selama ini kamu anggap sahabat tapi ternyata musuh." -Kuzu-

"Biarin gw seneng napa, Kuz! Kayaknya gak seneng banget gw bahagia. Bahagia kayak gini tuh limited edition tau gak! Soalnya si Mizu tuh jarang banget ngikutin saran gw." -Yuzu-

Bersambung...

Anjay sekali~ Bisa-bisanya gw bikin cerita kea gini :v  Oh iya, perlu kutag gak ya orangnya? miku_nyaan Selamat!! Namamu masuk cerita ini :v

See you next chapter!!

-Mizu-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro