16
Di tengah keriuhan yang dikarenakan titah raja untuk mengutus kelompok penjemput Pangeran Barrack.
Ada beberapa hal yang ditakutkan oleh sang raja. Selain terancam bertemu dengan Penyihir Archellia, raja juga sangat curiga dengan gadis penyusup yang katanya adalah pasangan jiwa Barrack.
Sebenarnya raja tidak terlalu mempercayai. Bagaimana bisa hal semustahil itu bisa menjadi sekebetulan itu?
Saat ini raja tengah menitah agar kelompok itu tidak lagi lalai dalam menjalankan tugas dan kewajiban mereka.
Di sana, ratu memanfaatkan kesempatan untuk mendatangi kediaman Penyihir Flynn. Namun Penyihir Flynn bukanlah sosok yang tidak menyadari adanya rasa penasaran dari sang ratu. Karena itulah, sosoknya muncul di perempatan lorong yang dilewati ratu.
Ratu mulai waswas dalam hatinya. Namun tetap berusaha anggun dan tenang di depannya.
"Penyihir Flynn," panggil ratu.
"Ya?" tanya sang penyihir, membalas sahutan ratu.
"Apa yang kau rencanakan sebenarnya?"
Penyihir Flynn yang semula menunduk, langsung mengangkat kepalanya, menatap ratu dengan senyuman tipis.
"Maksud ratu?"
"Aku tahu kau menyembunyikan sesuatu, tetapi kau tidak menyampaikannya di depan raja," terang ratu, tetap dengan anggun.
"Saya tidak menyembunyikan apa-apa, dan yang saya sampaikan, semuanya benar apa adanya," jawab Penyihir Flynn dengan sama tenangnya. "Saya selalu menjawab dengan jujur tentang apapun pertanyaan yang dilontarkan raja. Saya tidak akan berbohong."
Ratu menatap ke arah bola mata emelard hijau itu, berusaha mencari tanda-tanda kebohongan di dalam sana.
Sang ratu berdeham pelan, "Aku tidak tahu apa ambisimu, tapi kuharap kau tidak melakukan hal yang aneh."
"Tenang saja, Yang Mulia Ratu."
Ratu memutar tubuh, melangkah pelan-pelan menjauhi Penyihir Flynn yang masih berdiam diri di sana.
Tidak mungkin ratu mempercayainya semudah itu.
***
"Apakah Yang Paduka raja dan ratu tidak pernah melihat wajah pangeran?" tanya Flora, tiba-tiba menyinggung hal yang membuatnya penasaran sejak awal ia mendengar soal kutukan tentang wajah pangeran.
Pangeran Barrack, di belakangnya menjawab dengan dehaman pendek--sambil memikirkan asal mula sesungguhnya. Tentu saja pangeran Barrack masih ingat.
"Kalau menurut Penyihir Flynn, aku dikutuk oleh Penyihir Archellia saat umurku masih belia," terang Pangeran Barrack. "Kalau aku sendiri, aku tidak ingat."
Flora mengangguk mengerti.
"Apa ada cara untuk mematahkan kutukan itu?" tanya Flora lagi.
"Memangnya kenapa?" Pangeran bertanya balik.
Flora menoleh ke belakang sejenak. "Bukankah calon putri yang akan bersama pangeran ... akan sangat ingin melihat pangeran?"
Pertanyaan itu sukses membuat Pangeran Barrack terbungkam.
"Tapi ... Pangeran juga pasti tidak akan membiarkan--"
"Ada cara. Kau mau membantuku?" potong Pangeran Barrack yang membuat Flora tersadar bahwa pertanyaannya barusan sangatlah melewato batas.
Flora sangat menyesal.
"Bagaimana caranya?"
"Nanti akan kuberitahu bagaimana."
Selanjutnya, perjalanan mereka terasa sangat hening. Hanya ada suara sepatu kuda milik Frank yang terus melaju, suara daun-daun yang saling mengipasi.
Flora menunduk, bergumam, "Maaf."
Pangeran tidak langsung menjawab. Diperhatikannya Flora yang masih menunduk amat menyesal, walau membelakanginya.
"Tidak apa, itu hanya masa lalu."
Bersama dengan keheningan yang panjang itu, tangan Flora kembali dilanda kesakitan yang teramat sangat. Butuh beberapa menit bagi Pangeran Barrack untuk menyadari bahwa Flora tengah menekan tangannya dengan harapan agar rasa sakit itu tidak menyebar.
"Kau tidak apa-apa?" Pangeran Barrack menghentikan Frank. Flora menjawabnya dengan gelengan kepala cepat. "Flora."
"Saya tidak apa-apa," ucapnya dengan tegas. "Maaf membuat pangeran khawatir."
Pangeran Barrack hanya bisa mendengar lirihan pelannya, tanpa bisa melihat bagaimana ekspresi wajah Flora yang sesungguhnya. Ia tahu Flora sedang kesakitan. Obat yang diberikan Penyihir Flynn padanya, sudah habis terpakai.
"Hanya tangan yang sakit, kan?" tanya Pangeran Barrack, memastikan lebih dahulu.
Flora mengangguk cepat.
"Bagaimana dengan kakimu?"
"Kaki saya tidak apa-apa," jawab Flora yang membuat Pangeran Barrack berpikir bahwa Flora mungkin berbohong lagi.
Sebelumnya, Pangeran Barrack mendengar dari pelayan kerajaan, bahwa tanaman Euforose telah melilit tangan dan kaki Flora. Tapi sejauh yang pangeran Barrack tahu, Flora belum pernah sekalipun memprotes tentang kakinya yang kesakitan.
Selalu saja, tangan kanan gadis itu.
Sedaritadi, Pangeran Barrack memang mengusahakan agar Flora tidak perlu terlalu banyak berjalan. Hal ini dikarenakan pangeran Barrack mengantisipasi agar kakinua tidak pernah merasakan sakit. Semoga saja.
Akhirnya, kuda Frank berhenti sepenuhnya. Pangeran Barrack turun lebih dahulu, lalu mencegah Flora yang ingin turun juga.
"Mana bagian kakimu yang juga terinfeksi serat Euforose?" tanya pangeran yang membuat Flora memiringkan kepala, bingung.
"Maksud pangeran?"
"Bagian kakimu yang juga terlilit tanaman Euforose, seperti tanganmu," jawab pangeran dengan sabar.
Flora sebenarnya ingin menentang ucapan pangeran, karena dia tidak ingat kalau kakinya juga terinfeksi. Seingatnya, dia hanya terinfeksi di bagian tangan hingga siku.
Tetapi, Flora akhirnya mengganti posisi duduknya menjadi menyamping, lalu menarik gaun yang menutupi semua jari kakinya sampai di bawah lutut.
"Tidak ada, kan?"
Pangeran Barrack langsung menengandahkan kepalanya, menatap ke arah Flora yang menatapnya terheran.
"Flora ..."
Pangeran kembali menatap kaki kirinya dengan serius. Flora mulai merasa ngeri saat pangeran Barrack menyentuh telapak kakinya, membuatnya sedikit tergelitik geli.
Sampai akhirnya pangeran Barrack menunjuk bekas memanjang yang melingkari mata kaki hingga ke betis bawahnya.
"Kapan kau mendapatkan ini?"
Flora rasanya ingin menarik kakinya, sungguh.
"Saat saya masih kecil?" jawab Flora yang lebih terdengar seperti pertanyaan.
Jejak itu memanjang dan berwarna agak keunguan, melingkari bagian pergelangan kaki hingga di bawah betis kirinya.
Jejak yang selalu membuatnya tidak percaya diri setiap dia ingin mencoba memakai dress di atas kaki. Jejak yang membuatnya selalu mencari kaos kaki yang panjang, saat masa sekolahnya dulu.
Selama ini, Flora selalu mengupayakan segala cara agar jejak itu bisa menghilang. Dan sampai hari ini, belum ada hasil yang berarti.
Flora lupa kapan dia mendapat jejak itu. Yang Flora ingat pasti, jejak itu tidak pernah ada di album masa kecilnya dan baru mulai ada saat di album saat dia berumur sepuluh tahun.
Dan kenyataannya, jejak itu adalah ....
"Ini bekas luka dari tanaman Euforose yang telah sembuh, Flora."
tbc
28 Mei 2018
a/n
dooorrr. Yang ngerti, langsung komen aja. Yang ga ngerti, hmm, tunggu penjelasannya besok.
Dan mungkin udah ada yang greget nanyain kemana penyihir Archellia-nya. Kok ga muncul-muncul dst padahal udah mau tamat dll.
Paus masih nunggu kalian berhasil nebak alur atau engga. Kamu madih punya kesempatan. Ayoo, sebelum tamat.
Akan kuusahakan gaada plothole wkwkw.
Met sahur. Paus bubuk dulu. Besok kerja. Byee.
-Cindyana
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro