Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

15

Sementara itu di kerajaan ...

"Apa?! Barrack pergi?!" seruan raja membuat semua prajurit yang tengah menghadap langsung menunduk dalam.

"Maafkan kelalaian kami, baginda."

"Berapa orang yang diutus untuk mengikuti mereka?" tanya raja lagi.

Mereka sempat terdiam selama beberapa saat, sebelum menjawab, "Tidak ada seorang pun. Pangeran Barrack meminta kami untuk tidak mengiku--"

"Kenapa kalian baru mengabariku sekarang?!"

Raja menaikkan satu oktaf, membentak para prajurit yang dirasanya pantas mendapatkan yang lebih buruk dari ini.

Ratu di samping raja, memperhatikan kursi di sebelah kanan raja--kursi putra mahkotanya. Pandangannya berubah sendu. Ditepuknya bahu sang raja agar setidaknya dia bisa sedikit tenang--walau itu tidak membantu sama sekali.

"Semalaman kami mencoba menyampaikan pada baginda raja, sungguh. Tapi pintu besar tidak mau terbuka, yang paduka," jelasnya.

Raja sebenarnya tidak ingin percaya dengan perkataan prajurit-prajurit itu, namun setelah ia mencoba mengingat-ingat, hanya ada satu orang di kerajaan ini yang mampu mengunci pintu besar dan juga memperlihatkan kejadian masa lalu.

Penyihir Flynn.

"Panggil penyihir Flynn untuk menghadap padaku!" titah raja yang membuat para prajurit saling bertatapan bingung.

Sejauh ini, belum pernah ada di antara mereka yang berhasil memanggil penyihir Flynn. Kediaman penyihir Flynn ada di tempat yang tidak dijangkau dalam kastel ini. Hanya orang dengan garis keturunan kerajaan yang mampu memanggil penyihir Flynn. Biasanya, pangeran Barrack yang melakukannya.

Asap tebal tiba-tiba memenuhi satu ruangan besar itu. Butuh beberapa detik bagi mereka untuk menyadari bahwa itu adalah sambutan yang jarang dilakukan penyihir Flynn, karena belum pernah sekalipun penyihir itu melakukan perpindahan tempat di ruangan itu. Itu bukan hal yang sopan, apalagi untuk dilakukan di depan sang raja.

Beberapa saat kemudian, asap menghilang seutuhnya. Semua prajurit yang tadinya menghadap raja dan ratu, sudah membelakangi mereka dalam posisi proteksi dan siap melindungi mereka dalam hidup dan mati. Semula, semua tombak diarahkan ke arah penyihir Flynn, sampai akhirnya mereka menyadari hal itu dan menurunkan tombak mereka.

"Flynn, kau bisa jelaskan apa yang terjadi?" tanya raja, gusar.

Penyihir Flynn duduk bersujud di depan raja dan ratu. Semua prajurit yang menutupi langsung menyingkir membuka jalan agar pandangan raja dan ratu tidak tertutupi.

"Beliau bertanya tentang gadis penyusup itu, saya hanya menjawab apa adanya," terang Penyihir Flynn.

"Apa yang Barrack tanyakan? Dan apa yang kau jawab?"

"Tentang siapa gadis itu sebenarnya. Saya mengatakan sejujurnya, bahwa gadis itu adalah pasangan jiwa pangeran."

"Jadi kau yang membantu Barrack semalam?" tanya raja semakin geram.

"Pangeran ..." Penyihir Flynn terdiam sejenak. "Pangeran yang memintanya, pangeran juga yang ingin menyelamatkannya. Saya hanya memberitahu bagaimana cara--"

"Kemana Barrack dan penyusup itu?!" tanya raja murka.

"Mereka ke ujung jalur rahasia. Di sana, gadis itu bisa kembali. Lagipula kembalinya gadis itu ke dunia asalnya akan membuat salah satu energi incaran Archellia menghilang."

"Tapi bagaimana jika mereka bertemu dengan penyihir Archellia di sana?!"

"Sayang, tenanglah. Barrack bukan anak kecil lagi ..." Ratu lagi-lagi mencoba menenangkan, walau apa yang dipikirkannya dan yang diucapkannya saat ini tidaklah sama.

"Aku tahu, tapi sampai hari ini, belum ada yang berhasil mengalahkan sihir Archellia, kan? Bahkan Flynn juga tidak bisa menandinginya. Penyihir jahat itu pasti akan melakukan segala cara untuk semakin kuat."

Ratu menoleh ke mata emelard milik penyihir Flynn. Sedikit merasa tidak enak karena raja merendahkan penyihir kerajaan itu di depan matanya.

"Bukankah daripada terus berdiam diri di sini, kita seharusnya menjemput Barrack? Jarak dari kerajaan ke jalur rahasia kan tidak terlalu jauh," ucap ratu.

Raja terdiam selama beberapa saat, "Benar."

Saat raja memberikan instruksi untuk mengerahkan beberapa kelompok penjemput pangeran, ratu menatap ke arah penyihir Flynn yang masih menunduk di depan raja dengan tatapan dingin.

Entah kenapa, ratu punya firasat bahwa penyihir Flynn tengah merahasiakan hal lain.

***

Pangeran Barrack dan Flora sedang melewati lautan bunga Felsome, bunga dengan mahkota besar berwarna putih yang sangat rapuh.

Pangeran Barrack dari punggung Frank dan berjalan perlahan melewati satu jalan kecil yang tidak ditumbuhi oleh bunga Felsome. Sambil menuntun Frank agar berjalan pelan, dia memulai perbincangan dengan Flora yang masih menatap kagum dengan hal di sekitarnya.

"Kau belum pernah lihat bunga Felsome?"

"Belum pernah," jawab Flora. "Bunga ini tidak ada di tempat saya tinggal."

Tadinya, Flora hampir ingin turun saat pangeran Barrack turun lebih dulu untuk menuntun Frank melewati padang Felsome. Tapi, pangeran Barrack memintanya untuk tetap berada di atas Frank, karena dengan adanya Flora yang ikut berjalan, peluang rusaknya bunga Felsome semakin berat. Jadi, Flora tetap di punggung Frank yang dituntun pangeran Barrack saat ini

"Kalau begitu, kau pasti belum dengar soal bunga ini." Pangeran Barrack berhenti melangkah, membuat Frank ikut berhenti.

"Ada apa dengan bunga ini?"

"Bunga Felsome adalah bunga yang rapuh, melambangkan sosok perempuan...."

Flora sebenarnya ingin protes, tetapi setelah dia pikir-pikir, perempuan di dunia ini dan dunianya mungkin saja berbeda. Perempuan di dunianya sudah modren, dan sudah mulai ada beberapa gerakan yang mendukung penghapusan perbandingan gender.

Flora memperhatikan pangeran Barrack berjongkok ala pangeran--dia memang pangeran, ngomong-ngomong--dan mencoba memetik bunga itu, namun kelopak bunga itu tiba-tiba saja langsung jatuh di atas tanah.

"Serapuh itu?" tanya Flora tak percaya. Dia yakin, pangeran mencoba memetik tangkai bunga itu dengan lembut dan bunga itu langsung menjatuhkan mahkota mereka.

"Iya," balas pangeran sambil berdiri kembali. "Kau mau mencoba memetiknya, ada arti istimewa yang dipercayai, jika seseorang berhasil memetiknya tanpa menjatuhkan kelopak bunganya."

"Ingin, tapi ..."

Flora memperhatikan kiri kanannya. Semuanya bunga itu, tidak ada satupun tempat pendaratan yang baik di sana. Flora yakin ia akan membunuh puluhan bunga itu jika ia meloncat sekarang.

"Kita berjalan sampai ujung dulu, ya. Setelah itu kau boleh turun dan memetiknya."

Pangeran Barrack menepati janjinya. Karena setelah mereka sampai ujung dan dia mengikat sabuk Frank di dahan yang kuat, Pangeran Barrack membantu Flora turun dari sana dan menemaninya kembali ke padang Felsome.

"Ini ... Rapuh sekali," gumam Flora begitu dia menyentuh sedikit kelopak bunga itu dan bunga itu kembali menjatuhkan kelopaknya. "Tidak apa-apa mencobanya sekali lagi?"

"Tidak apa-apa. Mereka akan tumbuh kembali dari bunga mereka yang jatuh di tanah," balas Pangeran Barrack yang membuat Flora mulai memikirkan alasan mengapa pangeran Barrack memintanya untuk tetap di punggung Frank, jika memang begitu.

Pada percobaan kedua, Flora memajukan tangannya perlahan dan bunga itu terjatuh kembali.

Melihat kekecewaan Flora, Pangeran Barrack mencoba menghiburnya, "Bukan salahmu. Bunga ini memang sangat rapuh. Setiap hujan, padang bunga ini akan dipenuhi kelopak bunga."

Masih tidak ingin menyerah, kali ini Flora langsung memetik satu bunga yang paling dekat dengannya.

Dan bunga itu berhasil dipetiknya tanpa sebuah kelopakpun yang jatuh.

"Pangeran! Lihat!" ucapnya senang. "Saya berhasil."

Pangeran Barrack langsung teringat dengan arti istimewa, jika seseorang berhasil memetik bunga itu tanpa menggugurkannya. Bahwa ....

"Ini, untuk pangeran." Pangeran Barrack baru saja hendak menerima bunga itu, sebelum Flora menariknya kembali. "Tunggu. Pangeran tidak apa-apa kalau menerima bunga dari orang seperti saya?"

Pangeran Barrack tertawa kecil sambil menerima bunga itu, lalu menepuk kepala Flora dengan pelan. "Memangnya ada apa dengan orang sepertimu?" tanya pangeran.

Flora tidak menjawab, hanya menatap ke arah pangeran yang menatapnya hangat.

"Ayo, kita lanjutkan perjalanan. Kita sudah dekat dengan tujuan kita."

Dan mereka akan segera berpisah, begitulah pikir keduanya.

tbc

27 Mei 2018

a/n

Kampreeettt kepenceeet aaaaaa.

Oke deh gapapa. Yang penting udah sempat tulis tbc.

Kuusahain update sekali lagi tengah malam nanti. Amin.

WOI, PAUS NUNGGU TEBAKAN KALIAN NIH. Nanti pas udah sampe end jangan pada "sudah gue duga", "sudah kuduga" KUMAMAM KALIAN.

BTW nait.

-Cindyana

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro