Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Prince and The Gray Wolf

BoBoiBoy FanFiction Indonesia

Prince and The Gray Wolf
Cerita diadaptasi oleh Cuzhae

BoBoiBoy milik Monsta

Rate: T -- Fantasy, Drama -- Kingdom!AU -- Prince!HaliTauGem, Princess!Yaya, King!Adu Du, King!Kaizo, King!Laksamana Tarung•

Please don't be siders, okay?!

Vote and Comment?

DON'T LIKE, DON'T READ!

.

.

.

Pangeran dan Serigala Kelabu

.

.

Dahulu di Brownge ada seorang raja ada kaya raya dan sangat berkuasa. Kebun istana sang Raja di kelilingi pohon dan bunga indah. Di antara sekian banyak kekayaan, kebanggaannya adalah pohon yang berbuah apel emas. Raja setiap hari pergi melihat dan memeriksa keadaannya.

Pada suatu hari sebuah apel hilang. Hari berikutnya apel lainnya hilang lagi. Ketika apel ketiga hilang juga, Raja menjadi marah. Ia menyuruh orang-orang berjaga, tetapi tak ada yang bisa menemukan siapa pencurinya.

—XoOoX—

Raja memiliki tiga orang putra. Putra pertama bernama Halilintar, kedua bernama Taufan, dan ketiga bernama Gempa. Suatu hari Raja memanggil ketiga putranya.

"Ada seseorang yang mencuri apel emasku!" kata Raja. "Dan aku telah memutuskan barangsiapa bisa menangkap si pencuri ia akan kuberi separuh kerajaanku."

Putra pertama maju, "Aku akan berusaha, Ayahanda. Aku akan mencoba lebih dahulu. Aku akan berjaga di kebun malam ini." Halilintar putra pertama pergi ke kebun untuk berjaga di dekat pohon apel emas. Ia berusaha untuk tidak tidur, tetapi di tengah malam rasa kantuk menyerangnya dengan sangat. Ia tertidur. Esoknya ketika bangun ia baru sadar bahwa sebuah apel dicuri orang lagi.

Raja kecewa sekali mendengar laporan putra pertamanya itu. Taufan putra kedua giliran berjaga, tapi nasibnya tak jauh beda dengan Halilintar. Ia tertidur dan tahu-tahu sebuah apel lenyap lagi dari pohon.

Gempa putra bungsu maju menghadap ayahnya, "Ayahanda ... Saya akan berjaga malam nanti."

Sang Raja tidak terlalu berharap banyak pada putra bungsunya, "Pergilah kalau kau mau, paling-paling kau akan gagal seperti kakak-kakakmu."

Malam hari, Gempa berdiri di samping pohon apel. Ia bertekad untuk tidak akan duduk, ia berjalan mengelilingi pohon itu berjam-jam. Jika ia mengantuk cepat-cepat membasuh matanya dengan embun sehingga ia terus terjaga dan berjaga. Usahanya berhasil, suatu ketika ia melihat kilatan cahaya emas, makin lama makin jelas bahwa cahaya itu berasal dari seekor burung yang bulunya berkilauan. Burung itu terbang menuju pohon apel emas.

Diam-diam Gempa mengawasi makhluk ajaib ini. Ketika burung itu mulai mematuk apel emas dengan paruh yang berbentuk permata, Gempa melangkah sepelan mungkin ke arah burung itu dan menyergap ekornya.

Si burung ajaib kaget dan berusaha melepaskan diri, usahanya berhasil, tapi ada bulu berkilau yang tertinggal di tangan Gempa.

Kesokannya Gempa membawa bulu burung itu kepada ayahnya. Ayahnya merasa senang. "Pasti burung emas dan harganya pasti jauh lebih berharga dari apel emas."

.

.

.

Lalu di kemudian hari, Raja memanggil ketiga putranya, "Kalian harus mencari burung emas untukku, jangan lupa yang berhasil akan memiliki separuh kerajaanku."

Halilintar dan Taufan menyiapkan kudanya dan segera berangkat. Namun, Raja mengatakan kepada Gempa bahwa ia masih terlalu kecil untuk mengembara.

Gempa kecewa dan sedih. Ia memohon dan mengingatkan ayahnya bahwa ia telah melihat burung itu sementara kedua kakaknya sama sekali tidak mengetahuinya.

Akhirnya Raja setuju. Gempa mengenakan baju khas dari kerajaan, lalu berangkat ke hutan. Setelah berhari-hari ia sampai ke sebuah batu besar. Ia naik untuk membaca pesan yang dituliskan di batu itu.

"Jika kau terus, kau akan kelaparan. Belok kiri, kau akan mati terkapar. Belok kanan, kudamu akan hilang."

Gempa berpikir keras, kemudian memutuskan untuk mengambil jalan ke kanan. Ia telah menunggangi kuda sepanjang hari, ketika tiba-tiba seekor serigala besar berwarna kelabu muncul dari semak.

Serigala itu melompat ke tubuh Gempa, membuat pemuda itu jatuh dari kudanya. Si kuda yang ketakutan berlari cepat masuk hutan.

"Kau membaca pesan di batu itu!" seru Serigala berlari menjauh. Gempa terbengong-bengong keheranan melihat serigala bisa berbicara.

Gempa bangkit, kini ia harus berjalan kaki. Ia sangat letih, dan hampir putus asa. "Sepertinya aku tak akan menemukan si burung emas."

—XoOoX—

Setelah tak tertahan lagi lelahnya, ia duduk beristirahat, tiba-tiba serigala itu muncul kembali. "Maaf aku mengejutkan kudamu. Tetapi kau telah melihat pesan di batu itu. Kalau kau kelelahan katakan kau mau kemana dan aku akan mengatarmu pergi."

"Aku mencari si burung emas," jawab Gempa.

"Hanya aku yang tahu tempat tinggal burung emas. Ia milik Raja Adu Du," kata serigala. "Naiklah ke punggungku, aku akan membawamu ke sana."

Begitu Gempa naik, serigala itu berlari kencang menembus hutan dalam waktu yang tidak terlalu lama mereka tiba di tembok batu tinggi.

"Burung itu akan kau temukan di sana," kata serigala. "Tetapi hati-hati apapun yang kau lakukan tidak boleh menyentuh sangkarnya."

Gempa memanjat tembok, benar, burung emas itu ada di sana di dalam sangkar emas. Ia lupa pesan Serigala dan menyentuh sangkar emas.

Seketika lonceng-lonceng berbunyi, dan para penjaga berlarian dari segala penjuru.

"Berhenti! Kembalikan burung itu!" teriak para penjaga ketika Gempa berbalik untuk lari.

Gempa tak berkutik, ia ditangkap dan di bawa menghadap Raja Adu Du. "Mengapa kau mencuri burungku?!" kata Raja Adu Du dengan murka.

Gempa merasa malu, "Tuanku, burung emas milik Tuanku mencuri apel emas Ayahanda, dan Ayahanda menyuruh menangkapnya."

"Mengapa kau tak datang dengan baik-baik meminta kepadaku dan bukan mencurinya?" tanya Raja Adu Du.

Raja Adu Du menatap tajam ke arah Gempa yang merasa sangat malu. "Sekarang, begini saja. Aku bisa melupakan perbuatanmu kalau kau mau melakukan sesuatu untukku. Di kerajaan tetangga ada kuda bersurai emas. Bawa dia kepadaku dan aku akan memberikan burung emas kepadamu."

Gempa setuju dan ia dilepaskan, ia segera menemui Serigala Kelabu yang menunggu di luar tembok.

"Sudah kubilang ... jangan menyentuh sangkarnya!" peringat Serigala. "Tetapi mari, akan kubawa kau ke kerajaan tetangga."

Dengan cepat Serigala membawa Gempa menerobos hutan melalui jurang dan akhirnya mereka sampai di halaman sebuah puri besar. "Pergilah diam-diam," kata Serigala. "Kudanya ada di sana, tetapi kau tak boleh menyentuh tali kekangnya."

Gempa berjingkat-jingkat mendekati kandang, ia bisa mendengar tukang kuda berbicara di balik pintu. Ia melihat seekor kuda bagus yang bersurai emas. Gempa berpikir bagaimana ia bisa menuntunnya keluar kandang. Ia melihat, kekang tergantung di dinding. Tanpa berpikir panjang lagi ambil tali kekang itu dan mengalungkannya ke leher kuda.

Namun, tiba-tiba terjadi keributan, para pelayan dengan marah mengelilingi Gempa.

"Anak muda, kami akan menghukum kamu!"

Gempa di bawa kehadapan Raja Kaizo yang memandangnya dengan marah.

"Dari pakaianmu sepertinya kau seorang pangeran, tapi mengapa kau datang mencuri kudaku?!"

Gempa menundukkan mukanya karena malu. Lalu Raja Kaizo meneruskan ucapannya. "Harus kukatakan kepada semua orang bahwa perbuatanmu sangat tidak terhormat, tetapi mungkin kau bisa menolongku."

Gempa menatap mukanya dengan penuh harapan.

"Di kerajaan sana ada seorang putri cantik, namanya Yaya," kata Raja Kaizo. "Aku sangat mencintainya. Bawa dia kepadaku dan aku akan mengampunimu."

Gempa berkata, "Baik, Tuanku. Saya akan berusaha."

Maka Raja Kaizo melepaskannya, Gempa segera menemui Serigala Kelabu dan menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya.

.

.

.

Serigala Kelabu mengeluh atas kecerobohan Gempa, tapi ia memaafkannya dan segera membawa Gempa menembus hutan untuk mencari Putri Yaya.

Setelah menempuh perjalanan jauh sampailah mereka di sebuah istana yang megah, itulah istana Raja Tarung. Agar tidak terjadi kesalahan lagi, kali ini Serigala yang bertugas. Sementara Gempa menunggu di dekat pohon ek.

Kini Serigala masuk ke dalam istana dan bersembunyi di kebun istana.

Beberapa saat kemudian Yaya keluar diiringi beberapa pelayan wanita dan berjalan di antara bunga-bunga. Pada saat yang tepat Serigala Kelabu keluar dan menangkap sang putri lalu dibawa lari ke arah Gempa yang menunggu di bawah pohon ek.

"Cepat!" kata Serigala. Gempa segera meloncat di belakang Yaya dan serigala itu berlari kencang. Terdengar teriakan-teriakan marah dari istana, dan suara-suara penunggang kuda yang mengejar. Namun, para penunggang kuda itu tak mampu mengejar lari serigala yang kecepatannya bagaikan angin.

Gempa dan Yaya berangkulan di punggung serigala. Sepanjang hari ia melewati hutan dengan maksud kembali ke istana Raja Kaizo.

—XoOoX—

Gempa pemuda tampan, Yaya gadis yang sangat cantik segera saja mereka saling jatuh cinta. Serigala Kelabu merasa ada yang tak beres, maka ia menghentikan langkahnya.

"Ada apa, Gempa? Kenapa kau sedih?"

"Aduh .. Aku tak mampu berpisah dengan Yaya, aku sangat mencintainya dan ia juga mencintaiku."

"Oh, begitu masalahnya."

Tanpa banyak bicara Serigala merubah dirinya menjadi gadis cantik persis dengan Yaya. Dengan kesaktiannya Serigala telah menyamar jadi Yaya.

"Sekarang," kata serigala. "Tinggalkan Yaya asli di tepi hutan ini antarkan aku ke istana Raja Kaizo. Jika kau teringat kepadaku maka aku akan berubah lagi menjadi serigala dan kembali kepadamu."

Kini Gempa mengantarkan Yaya jelmaan Serigala ke istana Raja Kaizo. Raja Kaizo sangat senang dan dengan gembira ia memberikan kuda bersurai emas kepada Gempa. Gempa segera membawa kuda itu ke tepi hutan menemui Yaya.

Gempa dan Yaya menunggangi kuda bersurai emas bersama menuju istana Raja Adu Du untuk mendapatkan burung emas. Saat itu di istana Raja Kaizo berlangsung pesta pelaksanaan pernikahan Raja dan Yaya palsu. Ketika Raja Kaizo hendak mencium pipi pengantinnya yang cantik, tapi pada saat itu Gempa teringat pada Serigala Kelabu. Maka pada saat itu juga Yaya palsu berubah menjadi Serigala dengan leluasa dapat meloloskan diri, ia segera bergabung dengan Gempa dan Yaya.

Pangeran bungsu dari Brownge itu kemudian berkata, "Tinggal satu yang kita lakukan yaitu menukar kuda bersurai emas dengan burung emas. Tetapi aku tak mau kehilangan kuda yang sangat indah ini. Sahabatku, kalau kau mampu merubah dirimu menjadi Yaya, tentunya kau juga mampu merubah dirimu menjadi kuda."

Serigala berpikir sejenak, ia mulai menyukai Gempa dan Yaya. Maka ia bersedia menolong dan mengabulkan permintaan Gempa. Dalam sekejap ia telah merubah dirinya menjadi seekor kuda persis dengan kuda yang ditunggangi Gempa.

"Kalau kau teringat padaku lagi," kata Serigala. "Maka aku akan kembali kepadamu."

Gempa sangat lega, ketika mendekati istana Raja Adu Du, ia meninggalkan Yaya bersama kuda asli. Lalu ia menuntun kuda palsu jelmaan Serigala.

Raja Adu Du sangat gembira melihat kuda bersurai emas itu, dan dengan senang hati ia memberikan burung emas kepada Gempa.

Setelah Gempa membawa burung emas ia kembali menemui Yaya dan mengajak gadis itu menuju istana kerajaan ayahnya.

Dalam perjalanan tiba-tiba Gempa teringat pada serigala kelabu. Pada saat itu Raja Adu Du sedang berburu menunggang kuda bersurai emas. Ia terkejut ketika kuda yang bagus itu tiba-tiba berubah menjadi serigala yang segera berlari menghilang.

.

.

.

Lengkap sudah apa yang dicari Gempa, ia telah mendapatkan burung emas, kuda bersurai emas dan Yaya yang cantik jelita. Serigala Kelabu telah menyusul dan berlari di samping, hingga mereka tiba di tempat Serigala dulu menyerang kuda Gempa.

Serigala Kelabu tiba-tiba berhenti, "Tugasku telah selesai," katanya. "Sekarang aku harus meninggalkanmu."

Gempa sangat sedih harus berpisah dengan sahabatnya yang setia. Gempa kemudian meneruskan perjalanan pulang. Jarak masih sangat jauh dan udara panas. Mereka merasa kelelahan dan harus istirahat. Gempa mengikat kudanya dan mereka berbaring di rumput lalu segera tertidur.

Pada saat itulah dua kakaknya tiba di sana. Mereka telah lama mencari burung emas, tetapi tentu saja tidak menemukannya. Halilintar membisikkan rencana jahat pada Taufan, keduanya saling pandang namun kemudian saling mengangguk. Halilintar mencabut pedangnya dan membunuh Gempa. Yaya kaget dan terbangun, tetapi dengan cepat Taufan menodongkan ujung pedang ke lehernya. "Kau juga akan mati konyol jika buka mulut pada Ayahanda"

Yaya yang malang tak bisa berbuat apa-apa. Taufan menaikkannya ke punggung kuda bersurai emas dan dua saudara yang jahat itu menggiringnya ke istana ayah mereka. Gempa terbaring mati di hutan dan burung-burung gagak muda berkerumun di sekitar tubuhnya. Beberapa hari kemudian Serigala Kelabu datang, ia segera menangkap salah seekor burung gagak muda dan ibu burung gagak itu terbang turun memohon agar nyawa anaknya diselamatkan.

"Aku akan menyelamatkan anakmu kalau kau mau melakukan sesuatu untukku," kata Serigala. "Terbanglah ke atas gunung dan ambilkan untukku Air Kehidupan."

Ibu gagak yang panik lantas setuju dan segera terbang, ia kembali dengan sedikit air di paruhnya.

Segera saja serigala kelabu memercikkan Air Kehidupan ke atas tubuh Gempa. Beberapa saat kemudian Gempa terbangun dengan keadaan segar bugar. "Apa yang telah terjadi?"

"Naiklah ke punggungku," kata Serigala. Sambil berlari menuju istana, Serigala menceritakan apa yang telah menimpa diri Gempa. Ketika Gempa dan serigala itu mendekati istana ayahnya, ia melihat bendera-bendera berkibar dan masyarakat dengan pakaian yang bagus-bagus berbondong menuju pintu gerbang.

"Hari ini Taufan dinikahkan dengan Yaya. Sedang Halilintar akan menerima separuh dari kerajaan ayahmu." Kata serigala.

Gempa bergegas menuju istana, di sana Yaya berdiri dengan pakaian pengantin. Begitu melihat Gempa, Yaya berlari menghambur ke dada kekasihnya itu. Sementara Taufan dan Halilintar tampak berwajah pucat.

Dengan bijak sang Raja mendengar penjelasan Gempa. "Benarkah kalian melakukan perbuatan sekeji itu pada adik kalian sendiri?!"

"Dia bohong, Ayahanda!" seru Halilintar.

"Tidak!" sergah Yaya. "Hamba mengetahui dengan mata kepala sendiri perbuatan jahat mereka berdua!"

Gempa berkata, "Serigala ini juga menjadi saksinya. Jika kalian tetap mungkar serigala ini akan mencabik-cabik tubuh kalian sampai habis!"

"Tidak ...! Kami mengaku salah ...!" ujar kedua saudara itu ketakutan.

Raja segera mengusir dua saudara yang keji itu. Sementara Gempa mendapat separuh kerajaan ayahnya dan dinikahkan dengan Yaya yang cantik jelita.

FIN

---------

A/N:

Mungkin ada yang beberapa sudah kenal kisah ini ya ... Syifa hanya mengganti nama tokoh dan sedikit pengeditan di beberapa tempat :')

And last ... Brownge = Brown and Orange

Terima kasih sudah sudi membacanya.

Jangan jadi silent readers ya~

Mind to vote and comment ^^ ?

Kuningan --- 1.08.2019

with regard

Cuzhae

.

.

.

.

.

[EXTRA]

"Kakanda!" panggil Yaya di kejauhan sambil berlari ke arah Gempa.

"Apa?" Ketika itu Gempa tengah mengurus data kerajaan dan beberapa sedikit keluhan daripada rakyat. Cukup tahu saja kerajaan di bawah kepemimpinan Gempa sejahtera, makmur dan aman.

"Aku .. Umm aku .." lanjut Yaya sedikit ragu.

"Kau kenapa, Adinda?" tanya Gempa seraya mencap sebuah kertas dengan setempel kerajaan, lalu menengok Yaya tertunduk dengan memainkan kedua telunjuknya. Disertai semburat merah di wajahnya. Eh, dia tidak salah lihatkan istrinya yang ada di depannya itu? Benarkan itu permaisurinya?

"Janji jangan kaget dulu, ya, Kakanda?" Yaya merona hebat ketika bertatap langsung dengan mata suaminya.

"Tergantung.. Jadi apa?" Tampak sang Raja menghela napas tetapi penasaran apa yang dikatakan sang Ratu.

"Tebak apa yang ada dalam perutku?" Yaya mengelus perutnya yang nampak sedikit membesar. Butuh beberapa waktu untuk mencerna ucapan Yaya.

"Kau .. hamil?" Setelah tersadar apa yang dimaksud Yaya.

"Ya! Aku hamil! Kita akan menjadi orang tua, Kanda!" seru Yaya bahagia.

Kemudian tak ada sahutan dari sang Raja yang sebentar lagi menjadi seorang ayah. "Gempa? Eh, Gempa bangun!" Ternyata Gempa telah pingsan setelah mengetahui berita menggembirakan itu.

"Pengawal! Tolong Raja! Dia pingsan, bawa ke kamarnya!" teriak Yaya memanggil para pengawal.

"Ba-baik, Ratu." Segera saja Gempa sang Raja dibawa ke kamarnya. Mungkin saja syok, pikir Yaya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro