Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

─7─

Decitan pintu terdengar, [Name] berjalan cepat menuju kamar. Dia menyambar ponsel dengan baterai masih terisi setengah dan segera memasukkan ke tas kecil.

"Aku pulang. "

[Name] terdiam. Kakinya berjalan cepat kembali, Tamaki berada di depan pintu. Sepertinya baru saja sampai.

"Tamaki-kun! Syukurlah kau sudah baikan. Aku baru saja ingin ke rumah sakit, " ujar [Name] dengan kelegaan yang luar biasa.

"[Nickname], kau pilih aku atau sepupumu itu? "

[Name] terdiam, rautnya mengatakan tidak mengerti apa yang dimaksud Tamaki.

"Jawab aku, [Nickname]. Aku tadi melihatmu bersama sepupumu itu, bahkan kalian bermesraan! "

Mulut [Name] terbuka, sayang tak ada kata yang lulus terdengar hingga tertutup kembali diikuti kepalanya yang tertunduk.

"Pikirkanlah baik-baik. Setiap pilihan mempunyai resiko. Pilihlah resiko yang bisa kau hadapi, dan tentunya kau pilih dari hatimu. "

Tamaki dengan kasar memegangi kedua pundak [Name]. Ringisan kecil terdengar, namun tak ada yang peduli.

"Hei! JAWAB AKU, [NICKNAME]! "

[Name] mendorong paksa Tamaki, tetesan air menimpa lantai. Hawa di sekitar terasa berat, mendampingi pertengkaran dari pasutri yang jarang adu mulut.

Istrinya belum bicara, membuat Tamaki bertambah geram. Tangan Tamaki terulur, hendak melakukan hal yang sama. [Name] refleks menepis keras, wajahnya mendongak dengan raut wajah yang tak bisa dijelaskan.

"AKU MASIH MENCINTAIMU, TAMAKI-KUN! "

[Name] terlihat terkejut dengan apa yang dia lakukan─membalas dengan nada tinggi juga. Tamaki terkejut, tak percaya dengan apa yang dilakukan istrinya. [Name] menarik napasnya dengan susah payah saat berusaha menahan diri agar tidak menangis.

"[Name] itu lemah dengan bentakan dan kekerasan fisik. "

Tamaki masih mengingat kata peringatan dari seseorang yang cukup ia benci. Matanya menatap [Name] perlahan, lalu tidak bergeming.

"Maaf ... hiks ... A-aku tahu aku salah ... hiks ..."

[Name] dengan susah payah berkata. Napasnya sesenggukan bagai orang yang memiliki penyakit asma. [Name] berniat menggigit tangannya untuk menahan diri agar tidak menangis.

"M-maaf ... maafkan aku ... "

Pelukan hangat, sangat nyaman. Napas [Name] mulai membaik, tangannya mulai membalas pelukan Tamaki.

"A-aku tahu... M-maaf, aku emosi melihatmu begitu senang setelah bertemu dengannya. "

[Name] menggeleng pelan, mengusapi air matanya yang kemudian dibantu tangan Tamaki.

"A-aku juga salah, j-jadi, k-kita impas, " tukas [Name] yang kemudian tersenyum tipis. Tamaki semakin merasa bersalah, mendekap [Name] kembali.

Ah, sungguh suasana yang mengharukan.

"Kata dokter bagaimana? " tanya [Name] membuka percakapan ditengah acara makan malam mereka.

"Aku kelelahan. Manajer memberiku off selama seminggu ke depan. "

[Name] mengerutkan alisnya sesaat.

"Tidakkah itu terlalu lama? " dan tertawa kecil kemudian. Berbalik dengan Tamaki yang mengalihkan pandangannya.

"Kau juga, [Nickname]. Seminggu ke depan ambil cuti lagi. Kita liburan, mau? " ajak Tamaki malu-malu.

[Name] mengangguk pelan, dan tersedak beberapa saat kemudian. Pipinya bersemu merah.

"Beneran? "

Tamaki mengangguk.

Takdir memang adil, kan?

"Ngomong-ngomong, Tamaki-kun tahu Yama-san sudah memiliki anak? "

Sekarang, Tamaki yang tersedak.

"[Nickname], darimana kau tahu? "

"Aku bertemu keluarga kecilnya, tadi. Warna rambut anaknya sama seperti ayahnya, malah. "

Tamaki menatap [Name] tak percaya, istrinya mengangguk mantap.

Yama-san, bersiaplah mendapatkan 'hadiah' dari kami semua.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro