Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

─6─

Chika terlihat berpikir keras setelah mendengar cerita Name. Tangan [Name] menepuk pucuk kepala Chika sambil tertawa kecil.

"Tidak usah dimengerti tak apa, kok."

Chika menggeleng cepat.

"Tunggu, kak! Chika punya kata-kata dari buku mama! "

[Name] tidak tahu harus merasa bersalah atau bersyukur karena bertemu anak pintar.

"Ehem. Jika dilimu memiliki dua pilihan, pilihlah pilihan kedua. Tidak akan ada pilihan kedua jika kau mencintai pilihan peltama, " jelas Chika yang mengangkat telunjuknya mengarah ke atas.

Bibir [Name] mengatup, senyumannya luntur.

Logikanya menyetujui. Tapi hatinya....

[Name] tersadarkan dari pemikirannya setelah seorang wanita yang berkisar beberapa tahun lebih tua darinya menghampiri.

"Mama! "

"Maaf telah merepotkanmu, Yotsuba-san, " sapa wanita tersebut terlebih dahulu. [Name] menggeleng pelan, tersenyum kembali.

"Tak apa, Chika anak yang pintar. "

Chika menghamburkan diri memeluk mamanya, kemudian bercerita. Kali ini, bangku tersebut terlihat menyisakan sedikit space karena Mama Chika ikut duduk. [Name] kembali mengalihkan pandangan, namun terdiam kembali.

Mengapa Mama Chika tahu namanya, bahkan marganya setelah menikah?

"Kau pasti bertanya kenapa aku bisa tahu margamu, karena pernikahanmu dengan Tamaki-kun adalah rahasia publik. "

Bulu kuduk [Name] merinding seketika sebelum tawa terdengar dari sang pemilik suara sebelumnya. Mama Chika menepuk pelan pundak [Name]...

"Jangan tegang begitu, aku pasti merahasiakannya, kok. Demi ayah Chika juga. " Kalimat terakhir sangat pelan, namun masih bisa di dengar [Name].

Ayah?

Mata [Name] berfokus kepada Chika yang masih sibuk bercerita kepada Mamanya yang setia mendengarkan.

Hijau tua?

[Name] tenggelam dalam teorema yang belum tentu benar. Setahunya, leader IDOLiSH7 itu belum menikah, apalagi memiliki anak cantik nan pintar seperti Chika.

"Nikaido-san? " tebak [Name] dengan ragu.

Kali ini, Mama Chika yang memasang raut nahlhoketahuankan. Tawa kecil terlepas sembari jari yang mulai menggaruk kecil pipi.

"Ketahuan, ya? Ah, sudah kuduga aku tidak punya bakat akting seperti Baka-Ossan itu. "

[Name] speechless. Wanita ini, sepertinya benar-benar istri dari leader unit suaminya.

"Maaf ya, siang ini kami ada rencana keluarga. Aku tidak bisa menemanimu bercerita. "

Ibu-anak itu segera beranjak. [Name] mengerti sekarang, Chika tadi bercerita tentang dirinya.

"Tidak apa, saya senang karena Chika juga hafal kalimat dari anda."

Mama Chika tersenyum tipis.

"Pikirkanlah baik-baik. Setiap pilihan mempunyai resiko. Pilihlah resiko yang bisa kau hadapi, dan tentunya kau pilih dari hatimu. Kami pulang dulu, ya. "

"Dadah, kakak!! "

[Name] membalas lambaian Chika dan Mamanya yang mulai berjalan menjauh . Beban pikirannya sudah terasa lebih ringan sekarang. Waktunya menuju rumah sakit, pikirnya.

"[Name]-chan! "

Tangannya tertarik, [Name] dipeluk.

"H-Haru-nii?! "

[Name] spontan membalas pelukannya.

"Kenapa kau tidak mengabariku? Aku cemas sekali, 3 hari kau mengambil cuti dan tidak mengatakan apapun kepadaku, " cecar Haru yang memberi jarak tanpa melepas pelukan.

"Maaf, Haru-nii, aku harus menjaga Tamaki-kun. "

Ekspresi Haru sekelebat berubah, tangannya melepaskan pelukan.

"Tamaki-kun kenapa? Dia sakit? "

[Name] mengangguk, "sampai dirawat di rumah sakit. "

Pria berkacamata itu tersenyum tipis.

"Begitu. Baiklah, jangan memaksakan diri, [Name]-chan. Senang melihatmu baik-baik saja. " Haru memegangi pipi [Name] lembut, membuat wanita itu bersemu tipis.Tangannya hendak membalas Haru, namun ia urungkan. [Name] menyingkirkan tangan Haru dengan lembut.

"Haru-nii tidak ingin menjenguk Tamaki-kun? " Haru menggeleng, menepuk pucuk kepala [Name] lembut.

"Aku ada pekerjaan. Aku juga yakin dia akan sembuh secepatnya. "

Walau aku berharap sebaliknya.

Wajah [Name] terlihat lebih berseri, "terima kasih, Haru-nii. "

[Name] berjalan meninggalkannya setelah berpamitan, senyuman Haru memudar ketika jarak mereka sudah terbentang. Dirinya berbalik, menatapi sebuah pohon besar tak jauh dari posisinya berada.

"Sekarang, bisa anda menunjukkan diri? "

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro