5
.
.
.
.
.
"Tadaima!"
[Name] masuk ke rumah dengan perasaan bahagia--seperti itukah kelihatannya. Senyum tak berhenti ia pasang di wajahnya. Tapi senyum itu tak bertahan lama ketika melihat member Knights berada di rumahnya--kecuali sang leader. Tatapan heran ia layangkan ketika memasuki dapur, semuanya mengeluarkan aura tak mengenakkan terutama sang kepala merah.
"Hn? Tidak biasanya kalian kesini. Ada hal apa?" tanya [Name].
Ia menaruh tasnya kemudian berjalan menuju lemari, menyiapkan minuman untuk para tamu yang datang seenaknya tanpa diundang.
"Ara~ [Name]-chan, tidak perlu repot-repot. Tapi, sini mari kubantu~"
Arashi berinisiatif untuk membantu gadis itu. Membuat teh dan minuman yang lain agar para tamu itu bisa bersantai sejenak setelah membahas masalah serius mengenai tuan rumah.
Tsukasa menegak ludahnya, menahan rasa gugup yang sedari tadi melandanya semenjak [Name] menginjakkan kaki, pulang ke tempat ini. Padahal bukan dirinya yang menjadi akar permasalahan namun tetap saja tak menghilangkan rasa gugupnya.
"Oneesama, tidak biasanya kau pulang dengan cepat. Biasanya 'kan kau pergi bersama leader. Berduaan dengannya."
Nada cemburu terdengar sangat jelas, terlebih di bagian berduaan yang ditekankan. Gugup yang melanda Tsukasa hilang entah kemana. Perkataan yang Tsukasa ucapkan tidak mengenal tempat dan waktu, seolah mengabaikan keberadaan tiga makhluk tak penting lainnya.
Crang!
Kali ini, [Name] yang memecahkan cangkir dengan cara menjatuhkannya. Perasaan kikuk kini menguasai dirinya, dengan kaku kepalanya menoleh, menatap Tsukasa.
"Haha, Tsukasa-kun bicara apa? Aku dan Leo-senpai sedang membicarakan sesuatu yang tidak penting kok," elak [Name] lalu memungut pecahan-pecahan kaca tersebut, mengabaikan tangannya yang bergetar.
Tsukasa makin curiga dengan sikap istrinya ini, "Dan itu belum selesai dari beberapa hari kemarin, huh?" tanya Tsukasa menginterogasi.
Kedua sosok yang berikatan itu benar-benar larut dalam keadaan kurang mengenakkan saat ini. Ketiga makhluk itu? Mereka menonton drama gratisan di hadapan mereka sembari menikmati minuman juga makanan milik tuan rumah.
Memang, dasar tamu kurang ajar.
"Kau benar Tsukasa-kun, urusan yang kita bahas betul-betul belum selesai."
"Belum selesai dan tidak penting. Oneesama, lebih baik kau tidak usah beralasan lagi. Kau dan leader--maafkan kelancanganku. Tapi ..., kalian berdua berselingkuh 'kan!"
Iris ungu Tsukasa menatap lekat iris [eye colour] milik [Name]. Terbongkar, terbongkar sudah kedok mereka berdua.
"Hmm, tontonan bagus ...." Ritsu menginterupsi dengan tidak elitnya.
"Ritsu-chan, kau tidak boleh mengganggu klimaksnya lho~" sahut Arashi.
Izumi menggerutu, "Tau nih."
Perempatan imaginer muncul di dahi Tsukasa. "Senpaitachi ... Aku tidak akan segan-segan mengusir kalian dari sini." Kemudian, helaan nafas terdengar darinya.
"Ok maaf, kembali ke topik. Oneesama?"
[Name] menunduk, lalu menghela nafas panjang. "Tsukasa-kun memang benar, aku ... selingkuh. Tapi sebelumnya ..." Ia menggantungkan kalimatnya, membuat Tsukasa membeo, mengulangi perkataan [Name].
"Tapi sebelumnya?"
.
.
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro