4
.
.
.
.
.
Kemarin, sebelum pulang, Tsukasa memfoto adegan tersebut sebagai bukti agar ia bisa membahas hal ini dengan [Name]. Walaupun begitu, tetap saja rasa gelisah tidak hilang dari dadanya.
Kriiet ...
Pintu kamar dibuka sedikit, ia mengintip sebentar, berusaha mencari pasangan yang tinggal serumah dengannya itu. Tapi harapannya pupus, tak terpenuhi. Ditambah lagi perasaan kecewa memenuhi ruang dadanya saat ia membuka lebar pintu tersebut. Menampilkan ruangan yang hanya ditemani oleh perabotan, sisanya kosong layaknya tak berpenghuni.
"Hhh, oneesama keluar lagi dengannya 'kah?" tanya Tsukasa pada dirinya sendiri.
Kakinya pun berjalan, melangkah menuju dapur. Di meja makan, terlihat sarapan sederhana beserta dessert yang telah disiapkan sama seperti kemarin. Bedanya, kali ini ada sebuah sticky note di samling makanan itu.
Tsukasa pun mengambil note tersebut lalu membaca isinya.
Tsukasa-kun, makanlah dengan baik!
Aku sudah menyiapkan kesukaanmu.
Bon appétit--eh, itu bukan bahasa inggris yah.
Hehe, pokoknya selamat makan~
Semoga mood-mu membaik.
-tertanda
[Name]'
Tsukasa mendesah malas, "Mana mungkin mood-ku membaik setelah kejadian kemarin."
Sekarang, ia harus menunggu [Name] untuk pulang. Ia tidak tahan jika harus menguntit seperti kemarin. Melelahkan rasanya. Daripada melakukan kegiatan seperti itu, lebih naik Tsukasa menikmati makanan kesukaannya. Toh, pagi-pagi tidak baik jika diawali dengan kepala panas.
Ia pun duduk tenang, memakan dessert-nya terlebih dahulu sarapannya. Sesuap ia nikmati, pada saat itu juga pintu rumahnya didobrak oleh opnum-opnum yang tak bertanggung jawab.
"Tsukasa-chan! Berita gawat~!" sahut si surai pirang dengan wajah khawatir. Diikuti dengan surai hitam dan abu-abu yang masuk tanpa memasang wajah bersalah.
Tsukasa hanya sweatdrop akibat tingkah mereka. Masih melanjutkan sarapannya dengan tenang, sebelah alisnya terangkat. "Gawat kenapa? Narukami-senpai terlihat sangat panik."
Izumi mendelik sebal akan respon Tsukasa, "Anoo saa--" ujarnya yang tiba-tiba terhenti karena dipotong oleh si surai hitam.
"--Ou-sama dan [Name] selingkuh, mereka berdua selingkuh di belakangmu," potong Ritsu, sang pelaku.
Kompor. Iya Ritsu kompor memang. Mengatakan hal seperti itu dengan wajah mengantuknya juga tanpa rasa bersalah. Beruntungnya, Tsukasa menjadi kebal karena kejadian kemarin. Walau memang ia tambah panas karena kena kompor dari Ritsu.
Oh iya, mereka kemarin 'kan ikut menguntit juga ...? Tsukasa membatin.
"Jadi? Apa yang akan kau lakukan, Kasa-kun?" tanya Izumi, menyilangkan kedua tangannya sembari menatap serius pada kouhai-nya itu.
Tsukasa lebih mendahulukan untuk menghabiskan dessert-nya daripada menjawab pertanyaan Izumi. Membuat surai abu-abu itu menjitak sang kepala merah karena kelamaan.
"Ittai, Sena-senpai!"
"Salahmu sendiri, kusogaki!"
Tsukasa hanya berdecak sebal lalu menggigit sendoknya, menggumam pelan. "Henhu haja, ahu hakan memhertahankan oheehama."
"Hah?! Kalau bicara yang jelas."
"C-ck. Tentu saja, aku akan mempertahankan oneesama!"
.
.
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro