2
.
.
.
.
.
Adegan kemarin terus saja berulang seperti film di memori Tsukasa. Membuatnya merasa malas untuk bangun dari tempat tidur untuk memulai hari. Padahal hari ini sangat cerah, terlalu cerah seakan mengejek mood-nya yang kurang bagus.
Masih membenamkan kepalanya di bantal, helaan nafas terus-terusan terdengar. Membuat [Name] makin bingung dengan sikap Tsukasa yang tidak biasanya.
Ingin rasanya [Name] menghiburnya, namun sayangnya ia memiliki janji dengan yang lain dan itu harus ditepati.
"Tsukasa-kun? Aku sudah memasak sarapan beserta dessert-nya. Aku harap kau merasa baikan setelah memakan itu."
Mendengar kata dessert, iris Tsukasa melebar, kelopak matanya terbuka, merasa terpanggil sekaligus senang. Dengan cepat, ia bangun, berjalan menuju meja makan.
"Ini kan ... Parfait!" seru Tsukasa dengan wajah berbinar. Kepalanya pun menoleh, mencoba mencari keberadaan [Name].
"Tsukasa-kun! Aku pergi dulu yah, ada janji dengan yang lain! Ittekimasu!" pamit [Name] dengan suara teriakan dari arah pintu masuk, tergesa-gesa untuk menutup pintunya.
Tsukasa sedikit mengerjapkan matanya, "Oneesama! Kau ti---"
Brak!
Pintu ditutup dengan keras, membuat Tsukasa diam, menghentikan kalimatnya untuk kesekian kalinya. Tsukasa facepalm, ketika melihat tingkah istrinya itu.
"Itterashai ...," desisnya.
Suara geraman sedikit terdengar dari Tsukasa, begitu pula rasa penasaran yang membuncah. Wajahnya kelihatan tertekuk, dengan gumaman kesal yang ia ucapkan, "Oneesama janjian dengan siapa pagi-pagi seperti ini ...?"
"Hah ..., lebih baik aku mandi dulu lalu makan dan pergi mengikuti oneesama."
Tak ingin berlama-lama, Tsukasa pun melakukan apa yang ia katakan tadi. Beruntungnya, ia dapat melihat posisi [Name] melalui GPS yang terhubung di handphone-nya. Posisinya saat ini berada di cafe yang agak jauh dari rumah mereka. Pikiran negatif mulai memenuhi benak Tsukasa.
Istrinya sedang janjian dengan siapa pagi buta begini di sebuah cafe? Terlebih lagi, cafe tersebut agak jauh dan [Name] terlihat menyembunyikan sesuatu. Tsukasa sedikit menggerutu karena pikirannya yang sudah tidak bisa berpikir jernih.
Stalk.
Itulah yang ia lakukan saat ini. Sungguh, Tsukasa tidak suka melakukan hal seperti ini. Tapi sayang sekali, rasa penasarannya sudah tidak bisa ditahan lagi, dengan kata lain telah mengalahkan dirinya.
Ia berharap, agar dugaannya salah. Namun sepertinya takdir berkehendak lain.
Irisnya menangkap sosok bersurai orange yang tengah duduk di depan gadis bersurai [H/C]. Alis Tsukasa tertaut. Ia sedikit mengeratkan topi, kacamata juga jaket yang ia kenakan.
"Apa yang sedang mereka lakukan berdua?"
.
.
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro