Chapter 01
" Apa kalian baik-baik saja..." tanya sosok yang berdiri tegak, ia memakai pedang yang di selip di pinggangnya. Kami semua serentak mengangguk berempat.
" Syukurlah kalau begitu, ayo tidak baik kalian di sini.." lanjutnya menghampiri kami.
Aku bisa melihat sosok itu dengan jelas, ia berambut cokalat pendek memakai setelan biasa wajahnya err.... Cukup tampan ._.
Tapi matannya berwarna merah, jangan-jangan dia itu..
buru-buru temanku morgan anak bersurai putih menghentikan langkah orang itu.
"Jangan mendekat.." ancam Morgan kepada sosok itu.
"Tenang aku tidak seperti mereka"saut sosok itu lembut
"Lalu buat apa kau kemari apa kau ingin membunuh kami seperti mereka..?" tanya Rui, anak bersurai biru gelap itu yang juga merupakan temanku. Sosok itu yang ternyata seorang pria sempat berpikir kemudiaan menjawabnya.
"Tidak aku cuman, kebetulan lewat saat tadi aku mendengar teriakan.." jawab pria itu.
"Dan aku kemari ingin membawa kalian ketempat yang cukup aman."lanjutnya, ia menatap kami satu persatu dan beralih kearahku dia tersenyum hangat padaku.
"Aku di tugaskan melindungi kalian terutama kau..." tunjuknya sambil menuju ke arahku. " Takazima Hima"sambungnya.
"Etto memang kau mengenalku, emm.." tanyaku bingung, aku tidak tau siapa namanya. Ia terkekeh ringan
"Takane ze, itu namaku dan aku mengenalmu. Hima-chan."jawabnya
Seolah tau apa yang kupikirkan
"Lalu buat apa kau, menolong kami Ze-san."tanya Morgan yang masih waspada, pada pria yang baru kami kenal berapa saat lalu..
Ze hanya menghelang nafas, lelah ia menatap morgan sambil berkata.
" hah... Kau ini terlalu waspada ya lagi pula aku tak akan memakan kalian." jawab Ze-san, sambil mencari sesuatu di jaketnya.
"Apa, Ze-san akan menghisap darah kami seperti mereka." tanya Ami, gadis bersurai hitam sambil menujuk vampire yang telah menjadi abu. Pria itu terkekeh ringan
" tidak, lagi pula aku jarang meminum darah. Jadi kalian jangan khawatir." balasnya
" Ini untukmu Morgan-kun. Kau hauskan?"ucap Ze pada temanku Morgan.
" kau tau dari mana, kalau aku sama seperti mu..?" tanya Morgan yang sudah tidak waspada lagi. "Aku lihat dari matamu yang merah itu."jawab Ze sambil menujuk mata Morgan yang berwarna merah.
" Begitukah.." ucap Morgan memastikan.
" Ya.."balas Ze
" Ano.. Ze-san mau mengajak kami kemana..?" tanya Ami, dari terdiam Ze tersenyum lebar pada kami.
"Kalian akan tau nanti.."jawabnya sambil berjalan menujuk pintu keluar tidak perduli dengan pakaiannya yang ternoda darah.
"Sebaik kalian mengikutiku sebelum mereka datang." saran Ze sebelum pergi.
" jika kalian benar-benar akan ikut! aku akan menunggu kalian di sana." tunjuk Ze di sebuah pohon yang tak jauh dari kami
Setelah kepergiaan Ze, kami berempat kami memutuskan untuk berunding bersama.
" Bagaimana menurut kalian, akan ikut dengannya.." tanya Morgan setelah meminum darah pemberian Ze, sekarang kondisinya membaik.
"Aku seterah kalian, mau ikut atau tidak."jawabku sambil menatap Ze yang sedang berbaring di sana.
Merasa di perhatikan, Ze menoleh arahku ia tersenyum lembut kepada ku entah. Mengapa hatiku berdebar mengini apa lagi Ze terus menatapku begitu. Aku buru-buru membuang wajahku? aku mendengar dia tertawa kecil melihat tingkahku yang memalukaan ini. Uhhh... Pasti nanti aku di ejeknya nanti. Pikir ku.
" Hei... Hima bagaimana denganmu."tanya Ami membuatku tersentak kecil..
" Nanda.." tanyaku bingung, membuat mereka menghelang nafas.
" Kau sudah membuat keputusan.."tanya Rui, Aku mengangguk kepala.
" Aku sih Ya, kita bisa ikut dengannya aku yakin dia bukan orang jahat."jawabku pada mereka, ketiga temanku saling memandang satu sama lain lalu mengangguk kepala.
" Ya, kami akan ikut dengannya."jawab mereka kompak lalu tertawa pelan.
" Yoss, kita kesana."tunjuk Rui, ke arah Ze berada tapi tunggu dia kemana...
" loh, Ze-san kemana kok ngak ada?."tanya Ami
Kami juga tidak tau, kemana perginnya Ze, pria ehh... Maksudku Pemuda itu entah hilang kemana
" mungkinkah, dia berbohong pada kita."ucap Morgan sambil melihat sekitar.
" slalu seperti ini, bagi mereka kita itu tidak... terberguna."lanjut Morgan, sambil mengertakan gigi.
"Kau tidak boleh bilang seperti itu Morgan mungkin dia punya alasan meninggalkan kita."tegur Ami, sambil menesahati Morgan yang tampak kesal itu. Aku hanya menghelang nafas melihat mereka.
"Kau benar, Ami dia punya alasan tersendiri."sambung Ruil
Bermmmm...
Terdengar suara mesin, menyapa telinga kami Suara itu semakin dekat ke arah kami.
" Suara apa itu?."tanyaku pada, ketiga sahabatku itu.
"Entalah, aku juga tidak tau."jawab Ami "Sebaiknya kita waspada, minna..."saran Morgan menyiapakan kuda-kuda bertarungnya.
" Kau benar Morgan."sambung Rui
Suara itu semakin mendekat, ke arah kami yang makin waspada tapi ternyata suara itu berasal dari suara mobil berwara sliver yang di kendari seseorang. Mobil itu berhenti di depan kami dan seseorang itu keluar dari mobil itu. Dan ternyata itu adalah Ze... Yang memakai seragam sekolah tapi kemana pakaian yang tadi ia kenakan. Apa yang ku pikirkan. -_-
Astaga... dia memakai kacamata yang membuatnya tampak keren..
" Ze-san..."ucap kami kompak, melihat Ze berdiri di depan kami. Ia tersenyum pada kami sambil berkata
"Ah... Maaf, aku harus mengambil mobil tadi jadi apa keputusan kalian."tanya Ze pada kami berempat, ehh... Dari mana mobil ini berasal.
" Ano... Ze-san, mobil ini berasal dari mana."tanya Ami seolah tau apa yang ku pikirkan.
"Oh ini, aku segaja membawannya tadi."jawab Ze
" Jadi apa keputusan kalian."tanyanya lagi, sambil menunggu jawaban kami.
"Sebelum kami menjawabnya aku ingin bertanya padamu."tanya Morgan, membuat kami bertiga menoleh.
"... Morgan..."tegur kami, karena kesal padanya yang slalu waspada pada orang asing. Ya walaupun Ze itu termasuk. ._.
"Tentu saja, coba katakan apa yang kau ingin katakan."balas Ze
"Baikah aku hanya, ingin tau apa benar kau hanya sekedar lewat atau alasan lain.."tanya Morgan serius, ia tak yakin dengan Ze yang termasuk anak Sma.
"Aku kemari mencari anak-anak, yang hilang tapi aku terlambat karena mereka sudah di bantai yang tersisa hanya kalian saja."jawab Ze
"Aku di perintahkan untuk membawa mereka kembali, tapi kalian lihat sendiri bukan." lanjut Ze sambil bersandar di kaca mobil.
"Lalu siapa yang, memperintahkanmu."lanjut morgan.
"Itu rahasia.."sambung Ze yang sepertinya tidak suka pembicaraan ini.
"Begitukah.."
"Hm.."
" Ooh, jadi apa keputusan kalian aku dari tadi menunggu jawab kalian."ucap Ze yang mulai merasa bosan sambil menguap lebar.
"Summiase, Ze-nii atas perilakuan temanku ini."unjarku pada Ze, membuatnya menoleh kearahku.
"... Ze-nii..."beonya sontak membuatku menutup mulut kedua tanganku ini. Sial kenapa aku, mengantakan itu.
" Gomenassai Ze-san."ucapku sambil membungkuk arahnya.
"Hehehhahh..."tawanya membuat aku tertegun seketika.
"Tak apa-apa jika kau mau, menyebutku begitu tidak masalah."katanya sambil tersenyum.
"Baiklah, kita sudah punya keputusan kak bahwa kita-... "jeda Rui memotong perkataanya, membuat kak Ze menunggu.
" Akan.."lanjut Morgan cuek sepertinya masih kesal pada Ze.
"Ikut..."sambung Ami juga memotong perkataanya.
"Denganmu... Kak Ze.."lanjutku riang, membuat Kak Ze terkejut.
"Benarkah..."tanyanya memastikan. " Ya masa kami bohong kak."jawab Morgan
"Baikalah ayo, masuk kedalam mobil akan berbahaya jika kita di luar terus"ucap Kak Ze sambil membuka pintu mobil. Kami berempat mengangguk kepala.
Mulai dari, Morgan yang masuk pertama kedua Ami. Ketiga, Rui keempat Aku. Dan yang terakhir adalah Kak Ze yang duduk di bangkuk kemudi. Clik trang.. Lampu dalam mobil menyala membuat kami terkejut karena didalam mobil ini sangat luas ketimbang dari luarnya.
"Waaah... Besar sekali.."puji Morgan melihat bagian dalam mobil.
"Tak ku sangkah dari luar kecil tapi di dalamnya besar sekali."puji Rui juga sambil berkeliling di sana. Membuat aku dan Ami mengeleng kepala melihat tingkah dua cowok itu sibuk berkeliling itu.
"Hima lihat itu."tunjuk Ami kearah sana.
"Eh.. Apa itu.."tanyaku sambil jalan kearah sana.
"Waah... Ada dapurnya.."lanjut ku dan Ami, saat melihat dapur di sana dan ada juga Kak Ze yang memasak entah apa ia masak. Menyadari kami ada di sana ia menyuruh kami ke arahnya.
"Sedang apa, kalian disini"tanyanya sambil memotong daging ayam. "Lihat-lihat, kak."jawab Ami
"Kak Ze, sendiri sedang apa."tanyaku, ya walaupun tau ia sedang memasak. "Oh ini, aku sedang memasang untuk kalian."jawabnya
"Aku tau, kalian laparkan sampai-sampai perut kalian berbunyi"sambungnya sambil menujuk perut kami berdua.
"Eh.. Kenapa Kak Ze, tau."teriak ku dan Ami.
"Indra Vampire, masa di bohongi."lanjut Kak Ze sambil di tersenyum usil pada kami berdua. Sambil masih sibuk dengan acara memasaknya. ".. KAKK ZEEE..."Teriak ku dan Ami, kesal sambik mencubit tubuh tingginya. Itu membuatnya kegeliaan. " Hei hahahh.. Sudah-sudah hahahahh... Dari pada kalian mengangguk ku lebih baik kalian membantuku menyiapkan makan malam."ucapnya panjang lebar, membuatku dan Ami menghentikan acara mencubitnya. "Ok boss."ucap Kami berdua kompak.
"Ami-chan, tolong cuci beras di sana"perintah Kak Ze pada Ami
"Oke.."jawab Ami lalu, menuju tempat bak mencuci peralatan makanan. "Dan untukmu, Hima-chan kau membantuku membuat ini."intrusinya menyerahkan, ikan padaku. Aku segera mengambilnya dan memotongnya dengan pisau. " eh.. Bukan begitu caranya.," tegurnya padaku, abisnya aku memotongnya disilang sih. Aku payah dalam memasak. -_-
"Lalu bagaimana, caranya"tanyaku padanya, ia melirik ku sekilas lalu tersenyum. "Begini cara memotongnya."sarannnya sambil memotongnya dengan benar. Oh begitu carannya. Aku mengerti. "Bagaimana kau mendapatkan pacar, jika kau tidak bisa memasak."ucapnya, entah kenapa perkataannya menusuk banget di hatiku. :'(
"Eh.. Aku kan baru 14 tahun mana boleh pacaran."seruku padannya. "Benarkah, pantas saja kau ini ngak bisa apa-apa."ledeknya sambil menyentil dahiku. "Ittai.. Kak Ze.."ringisku padanya, itu membuatnya tertawa. "Uhh... Kenapa tertawa sih.."tanyaku dengan wajah cemberut. "Abis kau itu lucu "balasnya.
"Ini, kak Ze berasnnya."ucap Ami, sambil datang membawa beras Kak Ze mengangguk kepala. "Oh ya, makasih tolong masukan berasnya ke sana ya."balas Kak Ze
"Baikalah kak."
Ami segera memasukan beras itu, kedalam menanak nasi yang di masuknya.
"Oh iya, dua teman kalian kemana."tanyanya
"Mereka berkeliling, karena tempat ini luas sekali kak."jawab Ami berbinar membuat Kak Ze terkekeh pelan.
"Oh, benarkah kenapa kalian tidak berkiling juga."Tanya Kak Ze yang selesai memasak segara mematikan kompornya. "Mau sih, tapi lihat kakak memasak jadi kami ingin membantu."jawabku di angguki Ami.
"Hahahh... Ya, seterah kalian sebentar lagi malam kalian jangan keluar, aku mau patroli dulu."saran Kak Ze memperingatkan kami berdua.
"Tapi makan malamnya bagimana.?"tanya Ami saat melihat Kak Ze berjalan keluar. Pemuda berbalik dan berkata.
"Itu untuk kalian, lagi pula aku tidak bisa memakan itu."sautnya
"Dan panggil morgan dan rui."lanjutnya bergegas meninggalkan kami berdua.
"Jadi bagaimana?"tanya Ami padaku, setelah kak Ze pergi patroli
"Entalah, kita panggil Morgan dan Rui dari tadi kita tak melihat mereka."saranku padanya, Ami mensetujui ucapanku ini.
"Kalau itu, mau ayo.?"ucap Ami
Dan segara aku dan Ami mencari duo shota itu, dan ternyata mereka sedang main game toh. -_-
"Yeee... Aku menang hahahh..."ucap Rui gembira karena berhasil memenangkan game, itu dan mengalahkan Morgan.
"Kau curang, aku melihatmu tadi."protes Morgan sepertinya ia tak mau kalah dari Rui.
Mereka menoleh pada kami, menaiki alis mereka seolah mengatakan 'apa..' pada kami berdua. "Waktunya, makan malam."sautku pada mereka sontak membulatkan mata. "MAKAN...!!!?"teriak mereka berdua.
Skip Time
"Terima kasih, atas makannya.."saut kami berempat, yang telah selasai makan malam. Aku dan Ami, bertugas mencuci peralatan makan sementara Rui dan Morgan. Membereskan meja makan.
"Oh iya, Kak Ze kemana kok dari tidak kelihatan."tanya Rui pada kami. "Dia sedang patroli di sekitar sini "jawab Ami sekenannya.
"Lalu.."lanjut Morgan dia duduk di bangkuk.
"Dia menyuruh kita, menunggu dia kembali. Pesannya."sambungku pada mereka.
"Oh begitu ya "
.
.
.
Jam menujukan pukul 21:30 malam, tapi Kak ze belum kembali entah kenapa aku khawatir padannya. "Hoammm.. Aku ngantuk.. "ucap Ami sambil mengucek mata pelan. "Aku juga."sambung Morgan sambil menguap lebar kemudiaan tiduran di sofa sambil menutup mata. "Ya sudah, kalian tidur aja biar aku dan Rui yang menunggu Kak Ze"sambungku pada mereka saat melihat Rui dia ternyata. Tidur -_-
"Haah... Jadi aku sendiri menunggunya."gumam ku
Krieettt..... Balm...
Terdengar pintu terbuka dan tertutup kembali, membuatku penasaran apa jangan-jangan itu pencuri atau vampire yang ingin membunuh kami. Dengan perasaan takut aku mengikuti suara itu yang berasal dari pintu depan dan ternyata dia adalah...
Kak Ze.. O.O
Ehhh...
"Hima sedang apa kau di sana"tanyanya membuatku melangkak kakiku menuju dirinya. "Menunggu mu kak."jawabku yang tau kalau aku disini.
Ku lihat, dia menghelang nafas dia menatapku sambil berkata.
"Jam segini."ucapnya, aku mengangguk pelan.
"Lalu teman-temanmu "
"Mereka tidur..."
Aku dan Kak Ze berjalan menuju, ketempat di mana teman-teman berada mereka tidur di sofa yang ada di sana.
"Kenapa tidak tidur kamar."ucap Kak Ze padaku, ia mengangkat morgan dan Rui di bahu tegap nya.
"Kan kakak tidak, memberi tau kalau ada kamar di sini."sautku polos ia menghelang nafas dan kemudiaan tertawa geli.
"Maaf-maaf aku lupa?"ucapnya sambil berjalan di salah satu ruangan yang ada sana.
Dan walla, aku tidak tau kalau ada kamar sebesar ini dalam mobil yang berukuran kecil. "Aku tau kau heran kenapa di mobil ini ada, kamar dan yang lain karna aku mengubahnya dengan kekuataanku."kata Kak Ze sambil meniduri Morgan dan Rui dan menyelimutinya.
Setelah membawa Ami ke kamar di sebelah kamar ini. Dan sekarang Aku dan Kak Ze sedang duduk di kamarnya. "Kau tidur di kamarku Hima-chan."kata Kak Ze padaku, mengangguk kepala. "Lalu kakak bagimana?."tanyaku padanya"
"Tidak, aku sudah tidur tadi sebelum kemari."jawabnya, tapi tunggu... Bukannya dia patroli "bukannya kakak patroli.?"tanyaku penasaran dia tertawa kecil. Eh.. ._.
"Tidak, kakak berbohong karena sudah saatnya kita pergi Hima-chan"ucapnya
Pergi memang, kau mau mengajak kami kemana. "Kita akan, ketempat dimana mereka tak akan menemukan mu dan teman-temanmu."katanya panjang lebar.
"Tapi.."
"Sst... Sudah saatnya kau tidur bukan, ini sudah tengah malam."ucapnya lembut
ia menyelimutiku sampai batas dada. "Oyasumi, Hima-chan."ucapnya merenjak dari dia duduk. Sebelum dia pergi aku menahan lengannya yang besar. "Tunggu..."kataku, ia berbalik dan matanya menyiratakan 'Ada apa..' "Ano... Aku tidak bisa tidur, aku takut kegelapan."ucapku malu-malu, aku menuduk kepala takut melihat eksepersi Kak Ze. Puk.. Tiba-tiba, aku meresakan rambutku dihelus lembut. Aku dengan berani menatap mata Kak Ze. "Baikalah, aku akan menemanimu sampai kau tertidur."ucapnya pelan
"Arigatou.. Kak Ze.."bisiku sambil menutup mata, setelah itu terakhir ku lihat Kak Ze tersenyum lembut sambil mencium dahiku pelan. Sambil berbisik "Oyasumi mo-."bisiknya setelah itu aku kehilangan kesadaraan.
"Imou-chan.."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~♪♪~~~~~~~~~~~~~~~~~♪♪~~~~~~~~~~~~~~~~~~♪♪~~~~~~
Takane Ze, bisa juga di panggil Ze. Ia keluar dari kamarnya sebelum ia menutup pintu ia menatap seorang gadis berambut hijau tosca baru berusia 14 tahun. Dengan senyum sedu yang bertenger di bibirnya. "Akhirnya, Onii-chan. Menemukanmu."gumamnya segara menutup pintu. Dan bersandar di pintu tersebut. "Aku tidak tau, kenapa 'mereka membuangmu. Imou-chan."bisiknya sambil menekan kata Mereka. Ia menuduk kepala sehingga surainya menutupi penghilatan pemuda itu.
Pemuda bersurai hitam itu, menatap langit-langit sambil berkata "Onii-chan akan melindungimu-.."jedanya sambil berjalan perlahan sambil melirik pintu, yang berisi gadis berambut tosca itu. "Nakizima Hima... Imou-chan.."bisik sangat pelan takut ada yang mendengarnya. Setelah mengatakan itu, Pemuda itu mengalahkan kakinya menuju kemudi mobil.
Ze. Pemuda itu berjalan menuju kemudi mobil sesempainya ia duduk di bangkuk kemudi. "Haah..."desahnya lelah ia menatap langit bertabur sejuta bintang di langit malam. "Sudah lama, sekali aku tidak melihat dunia ini."gumamnya
Mata biru malamnya, tertutup sambil menghelang nafas lalu membuangnya. Banyak-banyak masa lalu masih terekam jelas diingatannya. "Ck... Sial.."geram Ze sambil mengeratkan kemudi itu. "Tak akan kubiarkan, kalian menganggu kebahagian Imou-chan dia pantas bahagia."desis Ze
Skip Time.....
Di tempat lain
.
.
.
.
Di sebuah, Asrama sekolah terdapat dua insan berbeda gender. Yang satu cokalat ikal bermata ruby dan yang satu sliver bermata violet. "Kana..."panggil wanita itu sambil bersandar di bahu pemuda itu. "Hn.."balas Pria itu. "Aku ingin tau, kapan Ze kembali. Aku cemas.?"ucap Wanita itu cemas
Ia mengangkat kepala dan. Melihat sand pria itu dengan wajah sedih. "Aku takut, dia pergi lagi"ucap wanita itu menuduk kepala, membuat pria itu menghelang nafas. "Sayang, dia baik-baik saja dia akan kembali."bisik pria itu lembut sambil mengelus rambut milik istrinya.
"Kura kau tau, semejak Kuro kembali kedunia ini semuannya kembali normal dan aku tidak tau kenapa Kuro kembali"ucap wanita itu, sambil menatap sang suami. "Mungkin urusannya di dunia masih belum selasai"balas Sang suami. "Awal aku terkejut saat dia tiba-tiba muncul, seharusnya dia tewas berapa tahun yang lalu"lanjut Kana sang suami kepada sang istri Ruki..
"Aku juga terkejut saat ia, membantai vampire yang jauh di atasnya"ucap Ruki mengingat berapa bulan lalu. "Dan kini, ia kembali untuk membawa kebahagiaan untuk adiknya yang slalu ia awasi dari kejauhaan"sambung Ruki
"Ya, kau benar sayang..!?"
"Dia kembali untuk bertemu dengan adiknya, ia sayangi walau ia dibuang keluarganya tapi itu membumeranng bagi mereka. Yang telah membuangnya yang sekarang menjadi pelindung dunia ini"
"Tentu saja.. Itulah dia.."
"Aku masih ingat saat Kuro, menolong Kita. Kana"
"Ya. Aku juga masih ingat"
.
.
Flasback On
.
.
Asarma Maria school di serang para vampire, semua korban berjatuhan Kana dan Ruki terkepung oleh vampire rendahan yaitu Lv e. "Sial kita terkepung.."maki Kana sambil terus menembaki vampire sialan itu. "Kana.. Mereka harus mati, tapi kenapa mereka terus bertambah,"tanya Ruki juga, sambil menebas mereka. "Aku tidak tau itu Ruki-chan"jawab Kana sambil seraya menembaki mereka yang terus berdatangan..
Mereka terus bertambah membuat Kana dan Ruki kewalahan dan terpojong "uhh.. Sialan" teriak mereka yg terpental cukup kuat saat salah, satu vampir paling kuat di antara mereka
.
.
.
.
"Hahaha.... Tidak ada yang akan melindungi kalian tak ada.." tawa mereka, dengan tatap mata yang merah.. "Kalian mending mati, dan pergi menyusul dia" lanjut mereka..
"Cih... Kalian"geram Kana mencoba berdiri namun tak bisa..
"Bagaimana ini Kana-kun.." bisik Ruki lemah ia, kehabisan tenaga.. "Kalian tau, yg membunuh anak itu adalah tuan kami" cembooh mereka "Apa..!!?" teriak Ruki terkejut...
.
.
..
.
Srikkkk.... Blraaaaaa..
Tiba-tiba... muncul sinar terang yang mengilingi Kana Dan Ruki, sinar itu melindungi mereka dan menutupi sepasang suami istri itu.
Dan berapa vampire itu mundur karena cahaya itu membuat mereka mati terbakar.. "Sialan.. sinar apa itu?"maki ketua vampir itu
"Kana sinar apa itu."
"Aku tidak tau itu.."
Dan terdengar suara nyaring seperti suara katana yang menembas para vampir itu dengan berapa detik.
Sang ketua vampir itu hanya menganga melihat bawahannya terbunuh dengan mudahnya, namun bukan itu yang membuatnya terkejut tapi sosok yang muncul di balik cahaya itu. "Ini.. tidak.. mungkin.."bisik sang ketua vampir yang tampak pucat
Sosok itu hanya tersenyum miring melihat vampir-vampir yang di bunuhnya dan berlari menuju ke sepasang suami istri itu. Dia berlari ke arah berapa vampir yang mulai mendekati ke arah dua orang paling di sayangi oleh sosok itu..
Braaaaakkkkk...
Traaaaaakkk...
Arrgggggghhhhh.....
Teriakan demi teriakan terdengar jelas disana, dan darah membanjiri mereka aroma darah berbaur dengan udara sebenarnya apa yang telah terjadi dan siapa yang membunuh ribuan vampir dalam berapa menit.
Sang ketua hanya bergetar ketakutan membuat sepasang suami istri itu menatapnya heran, wajahnya begitu pucat pasi..
"Ini... tidak.. mungkin.." bisik sang ketua pada sosok itu
"Sebenarnya apa yang terjadi?"tanya Kana melihat reaksi sang ketua tersebut
"Entalah apa yang terjadi?"balas Ruki tak mengerti
Yang di maksud hanya tersenyum miring melihat musuhnya bereaksi seperti itu, sosok itu mulai akan bicara. "Kenapa terkejut..?"
"Kau terkejut aku masih hidup?"
Kana dan Ruki mengenali suara itu, tapi orang itu sudah lama sekali tewas sekitar 10 tahun yang lalu. Dan Kana dan Ruki menatap sluet seseorang yang di kenalannya. Membuat mata Ruki berkaca-kaca saat tau siapa orang itu.
"Kuro-kunn.."
Dan Kana tak percaya melihat siapa yang menolong mereka. "Kuro-sama!"
Orang yang di maksud hanya tersenyum tipis saat melihat paman dan bibinya yang terkejut. Atau bisa dibilang orang tua angkat.
'Aku tau kalian terkejut' ucapnya dalam hati
Sang ketua vampir bersiap untuk kabur karena lawannya adalah seorang hunter terkenal tak balas kasih tapi, mengapa orang ini masih hidup bukan orang ini sudah mati.
"Kenapa kau terkejut hm.." ucap sosok itu yang ternyata seorang pemuda berusia 18 tahun itu dengan seringaian kejinya.
"Ya.. aku tau seharusnya aku sudah mati?"ucapnya sambil bersiap menghunuskan katana nya ke ketua itu.
"T.. tolong ampuni aku..."ucap ketua itu dengan suara bergetar dia bersujud meminta ampun pada pemuda itu.
"Mengampuni mu ya?" Gumam pemuda itu
"Ku rasa tak bisa karena ulahmu, dan juga anak buahmu yang telah menghancur tempat ini dan juga mereka?"ucap pemuda itu sambil menujuk sepasang suami istri
"T.. tapi, aku hanya-..." ucap ketua itu terpotong saat pemuda bersurai hitam ini memenggal kepalanya dengan sekali tebas, dan darah segar keluar bagai air mancur.
Kana dan Ruki terkejut saat pemuda itu membantai ketua itu dengan keji, sang pemuda itu kembali menatap mereka dengan senyuman tipisnya.
"Lama tidak bertemu...
Otou-san... Okaa-san.. !" Ucapnya
Ruki berlari untuk memeluk keponakannya yang telah lama tewas itu, ia segera memeluk pemuda itu dengan erat. "Apa kau benar-benar Kuro... sayang..!" Bisik Ruki yang begitu merindukan anak angkatnya.
Pemuda itu terkejut saat wanita itu memeluknya erat, kemudiaan ia membalas pelukan wanita itu.
"Memangnya ada Hibiki Kuro yang lain.. Okaa-san! Selain aku?"balas Pemuda itu tertawa kecil sambil mengelus lembut rambut ibu angkatnya.
"Tapi.. bagimana bisa kau kembali?" Tanya Ruki
Pemuda bernama Hibiki itu hanya mengangkat bahu tak tau. "Entalah aku juga tak tau!"balasnya sambil melirik sang ayah
"Tou-san apa kau tak rindu dengan anak mu yang telah lama mati ini" ucapan Hibiki membuatnya mendapatkan pukulan keras di kepala ya.
"Jaga ucapanmu.. Kuro.." saut Ruki datar walau di dalam hati nya begitu merindukan sang anak.
Hibiki hanya merintih sambil mengelus kepalanya yang di pukul sang ayah tercinta.. "Sakit.."rengut Hibiki saat sang ayah memukul kepalanya.
.
.
.
U
.
Mobil yang dikendari Hibiki atau yang di panggil Ze, ini sibuk mengendari di malam hari. Mata biru kelamnya memandang datar jalanan yang sepi tentu saja karena mengingat hari ini masih tengah malam.
wajah tampan miliknya terlihat berkerut, saat mendengar suara langkah kaki tak jauh darinya.
'Siapa yang terbangun malam-malam begini.' Bisiknya
Ze segera menempikan kendaraannya di bahu jalan yang sepi, dia meranjak dari tempatnya duduk. Kaki jenjang miliknya menusuri siapa yang terbangun.
"..."
Matanya menatap sesuatu disana, seorang gadis sedang meringkuk ketakutan. "Hiks...." isak gadis itu
'Imou-chan...'bisiknya melihat adik kesayangnya sedang menangis entah kenapa.
Kakinya melangkah pelan mendekati gadis bersurai tosca itu Lalu menepuk punah gadis itu lembut.
"Hima-chan..."ucap Ze
Suara berat Ze, membuat gadis itu mendoangknya dan menatap mata pemuda yang menolongnya itu. Air mata gadis yang tak lain adalah Hima, kini mengalir deras.
"... Hiks! Kak Ze"isak Hima sambil memeluk Ze seketika, membuat Ze terkejut dan membalas pelukan adiknya. "Ada apa sehingga kau menangis..?"tanya Ze lembut yang tak lupa mengusap punggung gadis itu.
".. hiks aku mimpi buruk?"jawab Hima sambil masih menangis
"Memangnya kau mimpi apa hm.."tanya Ze lagi
"Hiks.. aku bermimpi tentang,
Onii-chaan.."jawab Hima
Tubuh Ze menengang seketika saat gadis itu bermimpi tentang dirinya, berusaha tenang Ze bertanya lagi.
"Memangnya, Onii-chanya Hima?"saut Ze lagi
"Kenapa.."
Gadis itu terdiam seketika, lalu berkata dengan nada tersedat.
"Onii-chan... di bunuh, padahal dia tak salah... aku yakin dia tak salah.."bisik Hima lemah
'Ya tuhan, dia masih ingat kejadian itu'batinnya miris melihat adiknya menangis
"Hima-chan... sudah jangan menangis jika kau menangis pasti. Onii-chan ya hima sedih loh?"saran Ze sambil mengelus surai Hima lembut, namun hatinya sakit saat melihatnya rapuh.
'Tak kubiarkan... kalian membuat adikku menangis?'batin Ze yang bertekat membunuh siapa-pun membuat adiknya menagis
"T, tapi... Onii-chan.."isak Hima keras, ia memeluk pemuda itu dengan erat menempuhkan kesedihan selama ini ia rasakan.
"Aku.. rindu, Onii-chan..."
"Ssst..."bisik Ze lembut sambil mengelus lembut kepala Hima, dan membisik kata-kata yang menengkan. Agar Hima lebih tenang.
'Onii.. juga rindu padamu.. imou?'batin Ze masih mengelus lembut rambut dan punggung Hima
Ze menatap Hima yang sudah tenang kembali dia juga sudah terlelap kembali. Ze tersenyum sambil mengendong lembut tubuh sang adik kembali ke kamarnya.
Tbc....
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro