Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

part 1

mission in school 3
the cctv

part 01. new mission

.

"Dia udah di luar dari empat jam lalu, loh." Krystal melirik ke arah seorang pemuda yang tengah berenang meski hari sudah beranjak malam.

Daniel mengikuti arah pandangnya, sedikit membenarkan kaca mata yang melorot sebelum kembali menatap laptop. "Maklum aja."

"Apanya?"

"Setahun nggak di rumah baru pulang kemarin."

Kepala Krystal mengangguk-angguk. Meski sudah menikah hampir 19 tahun lamanya, Daniel masih belum banyak berubah. Tetap irit omong bahkan dengan istri sendiri. Yah, untung dia sayang.

"Nah itu. Kok bisa ya nggak pulang setahun bukannya temu kangen sama keluarga, dari kemarin tuh ngomong cuma sepatah dua patah kata doang," curhat wanita beranak satu itu panjang lebar.

"Kamu kan tau sendiri dia kayak gimana, sayang."

Krystal menggumam panjang. "Anak bapak sama aja. Nurun dari dia tuh kamu."

"Ya kan anak aku."

"Ya masa nggak satupun dari aku nurun ke dia?" Krystal membolakan mata. "Kamu nggak selingkuh, kan?!"

Daniel menarik tangan Krystal untuk duduk di sampingnya. "Ngomong apa sih, hm? Kamu yang lahirin dia."

"Ya kan siapa tau."

"Mana berani aku selingkuh."

"Bener, ya?"

"Iya, Krystal. Tuh anaknya keluar, sana kangen-kangenan. Tapi jangan lama-lama, gantian sama aku." Daniel menunjuk kedatangan putranya.

Krystal memutar bola matanya, lekas berdiri dan menghampiri Leo. "Udah selesai?"

Leo menatap ibunya dalam diam, tidak menjawab dan memilih untuk lanjut mengeringkan rambut dengan handuk.

"Udah, ya. Gitu doang Bunda tanya, kan udah jelas." Krystal mengangguk-angguk. "Maaf nggak peka."

"Ada yang mau dibicarain?" tanya Leo menatap kedua orang tuanya.

"Yaa nggak ada, sih." Krystal menggaruk pelipisnya. "Udah makan?"

Oke. Krystal akan memperkenalkan putra satu-satunya yang mewarisi gen kulkas dari Daniel.

Namanya Galileo Bagaskara.

Aturan satu. Jangan memberikan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya karena Leo akan tetap diam.

Aturan dua. Prioritas Leo nomor satu adalah keluarga dan nomor dua mimpinya menjadi agen negara. Sekeluarga sudah tahu bagaimana sisi ambisius seorang Leo. Mungkin bisa kalian lihat sifatnya menurun dari siapa.

Aturan terakhir. Leo benci serangga.

"Oke udah, ya. Tadi kan makan bareng." Lagi-lagi Krystal mengatupkan bibirnya, melirik sang suami dan memberikan kode untuk mencari topik.

"Kapan hari pertama sekolah?"

"Besok."

"Besok?! Kok nggak bilang Bunda? Kan belum siap-siap kita."

"Leo udah siapin, Bun."

"Dikasih berapa hari?"

Leo diam. Daniel yang mengerti akhirnya menggangguk saja. "Ayah paham. Butuh apapun bilang aja."

"Ruangan pribadi. Leo butuh itu."

"Oke. Ruang atas samping kamarmu paling pojok kosong. Besok Bibi yang bersihkan."

"Bunda aja udah. Bibi besok izin libur mau balik kampung." Krystal menawarkan diri.

"Nggak papa?" Daniel dan Leo bertanya serempak.

"Nggak papa sayang-sayangku. Udah sana kamu mandi, takut masuk angin."

Leo mengangguk, melangkah pergi ke kamarnya di lantai atas. Krystal menghampiri Daniel dan duduk di sebelahnya.

"Anak kita dapet misi apa emangnya?"

"Aku nggak tau pastinya." Daniel menghela napas, menatap punggung Leo yang sudah menghilang. "Kalau sampai harus terjun ke lapangan khusus dan punya identitas, kemungkinan misinya penting."

Krystal meneguk ludahnya. Memiliki anak semata wayang berambisi besar menjadi seorang agen negara tidaklah mudah. Dia tak pernah absen mengkhawatirkan keselamatan Leo.

"Kamu ngomong gih ke anak kita. Aku takut dia kenapa-kenapa."

Daniel melepas kacamatanya, menatap lembut sang istri yang masih terlihat cantik. "Percaya sama dia. Dia lebih kuat dari yang kita harapin, Tal."

"Tetep aja, dia masih 17 tahun, Niel. Anak umur segitu bebannya udah segede ini, wajar aku takut."

"Ada aku. Ada kita. Leo paham posisinya. Dia bakal bilang kalo mau berhenti. Dia tahu pilihannya sendiri." Daniel mencoba menenangkan Krystal. Jujur saja, dia tak menyangka putranya yang dulu berusia sepuluh tahun mengatakan bermimpi menjadi seorang agen, berencana mengabdikan dirinya pada negara.

Memang, Daniel pernah mengambil keputusan yang sama di masa lalu dan berhasil melewatinya. Dia tahu betul bagaimana tanggung jawab yang harus dipikul dan sebesar apa risikonya. Tapi usia Leo jauh lebih muda, cukup sulit untuk mengambil studi khusus ini selama bertahun-tahun.

"Aku bakal ngomong sama dia nanti. Kamu jangan khawatir."

***

Galileo Bagaskara. Tahun ini usianya 17 tahun dan dia seorang siswa dari sekolah khusus di salah satu pelosok Jakarta. Dan saat ini, Leo sedang berada di posisi menjalankan misi.

Ayahnya Daniel Bagaskara. Dulu pernah menjadi detektif, tapi kemudian beralih pekerjaan ke bidang bisnis setelah neneknya meninggal dunia dan RB Corporation telah tumbuh lebih besar terutama di Eropa. Pada masa itu juga, Keenan menemukan mimpinya.

Ibunya mantan pengacara, Nadeya Krystal Angkasa. Wanita yang paling Leo jaga dan paling ia sayangi di muka bumi ini. Ia berhenti menjadi pengacara sejak Leo lahir, memutuskan untuk fokus pada anaknya.

Leo anak tunggal. Dia tak punya banyak sepupu, cukup satu yang beberapa bulan lalu baru naik jabatan di bidang kepolisian. Leo tak punya banyak teman, tapi itu bukan masalah besar baginya. Krystal pernah bilang, dia pasti bisa berteman dengan banyak orang nanti setelah pindah sekolah. Maklum, sekolah aslinya terlalu ketat dan Leo tak memiliki waktu untuk bermain.

Tok! Tok! Tok!

"Boleh Ayah masuk?"

"Masuk, Yah."

Daniel membuka pintu kamar anaknya. Ia mengedarkan pandangan tak menemukan banyak hal berubah dari kamar ini. Patut diacungi jempol sebab perkataan Krystal benar adanya, Leo seakan mewarisi seluruh sifat Daniel.

"Have something to talk about?"

Kepala Daniel mengangguk. "Gimana kabarmu?"

Kemarin Daniel tak sempat bertanya saat kepulangan Leo, jadi ia tanyakan malam ini sebelum besok anaknya mulai berangkat melakukan misi.

"Not good. Tapi aku masih bisa ngatasinnya."

Dan ini Leo. Satu yang Daniel sangat syukuri, Leo akan jujur jika ditanya oleh orang tuanya. Ia tahu, juga selalu percaya.

"Ayah nggak tau apa tujuanmu masuk sekolah baru, tapi kamu bilang ini tugas. Pesan Ayah, always be careful. Nggak ada yang tau motif kamu dan kamu cuma punya keluarga di sini."

Leo mengangguk. Ia sangat paham akan hal itu. Di pusat kota ini hanya ada dirinya, rekan satu tim, dan keluarga yang tahu siapa dia sebenarnya. Ia mengerti maksud Daniel yang menyiratkan untuk tetap waspada karena jika identitasnya ketahuan, mungkin dia tidak hanya ditendang dari sekolah baru itu, tapi juga sekolah aslinya.

"Jangan buat Bunda khawatir. Even ini tugas penting yang harus kamu selesein, kamu juga punya kewajiban luangin waktu untuk keluargamu," lanjut pria berusia kepala empat itu.

"I know, Yah."

"Selalu inget reminder dari Ayah."

"Keluarga selalu menjadi prioritas."

Daniel mengangguk membenarkan. "Nggak ada yang tahu masa depan, jadi gunakan waktu sebaik yang kamu bisa. Ayah nggak mau kamu menyia-nyiakan kehidupan bareng keluarga dan teman."

Seperti dirinya dulu.

Dengan tulus Daniel mengatakannya. Ia tak ingin masa lalunya terjadi kepada Leo. Bahkan sekarang hanya Krystal dan Leo yang ia punya, Renata meninggal tujuh tahun silam.

Ia menepuk bahu putranya dua kali. "Besok jangan lupa ikut sarapan. Bilang Ayah kalau butuh apapun. Good luck, boy."

Leo tersenyum tipis. "Thanks, Yah."

Selepas kepergian Daniel dari kamar, Leo beranjak menuju meja belajarnya. Membuka ponsel dengan latar warna abu-abu, lalu beralih pada fitur chat dan membalas pesan dari username "Ethan".

Satu panggilan masuk.

"Halo."

"Flashdisk gue ketinggalan."

Leo menatap flashdisk putih yang ada di atas meja. "Besok gue kembaliin."

"Tante Krystal sama Om Daniel apa kabar? Mamah nanyain, nih." Tak berselang lama, ada suara seorang wanita yang cukup keras sampai Leo harus menjauhkan ponselnya.

"Ih, video call cepet video call! Mamah tuh juga mau liat muka gantengnya Leo loh, Than!"

"Bentar ah, Mah. Sabar."

"Sabar palakau! Leo ke sini kenapa baru ngabarin Mamah sejam lalu, hah? Hah? Hah?" kesal Allena di seberang sana.

"Mamah lebay. Anak Mamah aja bukan."

"Heh!"

"Jadi video call nggak?"

"Ya jadi dong, cepetan. Eh, Leo panggilin Bunda juga dong, biar kita double reunian." Layar ponsel Leo mulai berubah menjadi panggilan video.

"Le, hapenya munduran dikit. Muka lo nemplok banget cuman keliatan mata idungnya," kelakar Ethan.

"Bentar, Bunda tadi di bawah."

Leo beranjak keluar dari kamar dan menuju lantai satu. Ia mencari Krystal. Tak berselang lama, Krystal muncul.

"Bun."

"Iya, Sayang. Kenapa? Butuh sesuatu?"

"Gue nggak pernah dilembutin gitu sama nyokap." Ethan langsung digeplak Allena.

"Sembarangan kalo ngomong. Lu dilembutin malah ngelunjak jadi diem aja ya."

"Ehhh, Allena???"

"Halooo, sister!!!"

Ponsel Leo sudah berpindah tangan. Krystal tersenyum lebar. "Eh, ada Ethan juga. Gimana persiapan ujiannya? Lancar?"

Ethan tersenyum masam. Nasib kelas 12 pasti yang ditanya kalo nggak mau lanjut kemana, ya ujian.

"Lancar, Tante. Tante sehat?"

"Sehat sehat. Ih kok jadi kangen, sih. Kemarin Ethan ke sini buat bantuin Leo balik, tapi sendirian. Len, lo kapan ke sininya?"

Allena merebut ponsel Ethan sampai membuat si empunya mengusap dada sabar. "Mau banget ke situ. Gue yang paling nggak sering ikut meet and greet bareng kalian, kan."

"Bilangin lah ke Nathan."

"Si doi sibuk banget melebihi pak presiden."

Krystal tertawa. Ia mengalihkan perhatian saat melihat Daniel turun. "Nih, Niel. Ada Allena." Ia menunjukkan wajah Allena di ponsel Leo.

Daniel cuman mengangguk, memberikan sapaan singkat. Allena yang sudah terbiasa ya nggak heran. "Nathan?"

Tuh, sampai tua Daniel Nathan tetap lengket. Mungkin kalo ada rumor suaminya selingkuh, orang yang pertama Allena curigai adalah Daniel.

"Masih kayak gitu-gitu aja kok orangnya."

"Mamah lagi sebel, Papah hari ini ke luar negeri sampe dua hari ke depan." Ethan menyahuti.

"Heh, diem lu bocah!"

Ethan tertawa.

Panggilan terus berlanjut hingga pukul 11 malam. Leo hanya nimbrung kalau ditanya. Yang interaktif cuman para ibu dan Ethan. Daniel sendiri sudah pamitan mau ke ruang kerja. Ethan paling semangat karena besok Leo pindah ke sekolahnya, padahal mereka tidak satu angkatan. Ia lebih tua setahun dan beberapa bulan lagi ujian.

Leo menunduk, menatap jam tangannya. Beberapa jam lagi pukul 7 pagi dan ia menjadi murid baru Galaxy High School. Sekolah ayah dan ibunya dulu. Sekolah milik salah satu kerabatnya. Dan sekolah yang memang sejak dulu, selalu mendapat masalah.

Waktu yang ia miliki sekarang kurang dari tiga bulan. Ia menggulir layar jam tangannya, menekan fitur chatting dan membuka room dengan username "Summer".

You
00.20
Bersiap

***

tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro