Missing You #9
Siraman air membangunkan Namjoon dan Minhee pagi itu, membuat keduanya segera terduduk dengan dan menatap pintu gudang yg sudah terbuka
"bangun...kalian akan segera dikembalikan ke Jeju sekarang" ucap namja yg membangunkan mereka
Minhee dan Namjoon tak menjawab, keduanya bangkit dan melangkah mengikuti namja didepan mereka. Dengan langkah lemah mereka terlihat melewati setiap bagian wisma Huida, hingga sampai dihalaman utama wisma tersebut. Sosok nyonya Hong nampak berdiri tenang ditengah halaman, menunggu Minhee dan Namjoon menghampiri mereka.
"pengurus Gu, lemparkan barang-barang mereka" perintah nyonya Hong
Buntalan kain yg berisi barang-barang keduanya segera dilemparkan pengurus Gu ketanah, membuat Namjoon dan Minhee meraih benda itu
"mulai hari ini kalian bukan lagi bagian wisma Huida, dan untuk selamanya kalian akan menjadi budak di Jeju. Aku tak akan membiarkan kalian menyentuh ibukota lagi bagaimanapun caranya, karena aku tak ingin lagi melihat kalian disini" ucap nyonya Hong dingin
Minhee dan Namjoon tertunduk, tak berani memandang nyonya Hong apalagi membalas ucapannya
"bawa mereka" perintah nyonya Hong
"ne nyonya" seorang namja lain nampak menghampiri mereka kini "ikutlah" ajak namja itu dengan suara yg sedikit terdengar ramah
Minhee dan Namjoon berbalik dan mengikuti langkah namja itu untuk meninggalkan wisma Huida. Sesaat sebelum tiba dipintu utama wisma tersebut, langkah mereka terhenti karena sosok Doojoon yg sudah ada disana.
"Sulyu" Doojoon menghampiri Minhee dan menatap heran yeoja itu
"tuan" sambut Minhee dengan wajah bingung
"ada apa denganmu? kenapa tubuhmu terlihat kotor dan kuyup seperti ini?" tanya Doojoon
Minhee tak menjawab, yeoja itu nampak menundukkan pandangannya
"tuan...mereka akan dikembalikan ke Jeju hari ini, karena aku sudah mengusir mereka dari wisma ini" nyonya Hong menjelaskan seraya menghampiri Doojoon
Doojoon menatap Minhee sesaat, kemudian menoleh pada Namjoon yg ada disisi yeoja itu
"kenapa kau mengusir mereka?" tanya Doojoon
"mereka bekerja sama untuk merusak nama baik wisma ini tuan" jawab nyonya Hong
"apa maksumu?" Doojoon tak paham
"yeoja ini berani menolak tamu yg diberikan padanya dengan memerintahkan namja ini membawa tamu kekamar gisaeng lain. Karena itulah aku mengusir mereka sebab jika tidak mereka akan membuat nama baik wisma Huida tercemar" terang nyonya Hong
"hanya karena itu kau mau mengusir Sulyuku pergi" Doojoon menatap tajam nyonya Hong
"tuan" nyonya Hong nampak kaget dengan tatapan Doojoon
"tak ada yg boleh mengusir Sulyu pergi, dia akan tetap disini untukku" ucap Doojoon
Minhee memandang Doojoon yg merangkul tubuhnya
"tapi tuan..."
"kau mau membantah ucapan putra mahkota." potong Doojoon
Semua nampak terkejut mendengar itu, begitupun Minhee dan Namjoon
"animida yg mulia" nyonya Hong memasang sikap hormat
Doojoon menatap lurus nyonya Hong, kemudian mengarahkan pandangannya pada semua orang yg ada disana
"hari ini aku akan menjadikan Sulyu sebagai yeojaku, dan dia akan tetap berada disini untuk melayaniku. Tak ada namja lain yg boleh menyentuh Sulyuku walaupun dia adalah gisaeng di wisma ini. Sulyu hanya akan melayaniku, dia akan menjadi gisaeng kesayanganku apa kalian mengerti" tukas Doojoon pasti
"tapi yg mulia.."
"aku akan menanggung semua biaya hidup Sulyu selama disini, jadi kau jangan khawatir. Tugasmu sekarang adalah menjaga dan melayani Sulyuku dengan baik. jangan buat dia seperti gisaeng lain, karena dia adalah gisaeng milik pangeran. Kalau sampai aku melihatmu memperlakukannya seperti gisaeng lain, maka karirmu diwisma ini akan segera berakhir" kembali Doojoon memenggal ucapan nyonya Hong
"ne...algessemnida" nyonya Hong tak dapat membantah lagi
"dan kau" Doojoon menunjuk Namjoon
Namjoon membungkuk dalam pada Doojoon membalas ucapan namja itu
"apa kau bisa memakai pedang?" tanya Doojoon
"ne" Namjoon mengangguk pelan
"kalau begitu hari ini kuangkat kau sebagai pengawal pribadi Sulyu yg akan menjaganya dari gangguan ditempat ini. laporkan padaku jika ada tamu yg lancang masuk kekamarnya tanpa izinku, dan juga para gisaeng lain yg coba mencelakakannya. Posisimu sekarang berada diatas para budak lain diwisma ini. kedudukanmu aku samakan dengan pengawal selir istana, jadi kau tak harus takut pada siapapun termasuk nyonya Hong. Jadi...mulai hari ini jangan ragu untuk menghukum orang2 yg memperlakukan Sulyu dengan kasar" perintah Doojoon untuk Namjoon
"ne...algessemnida yg mulia" Namjoon tak membantah
Doojoon menatap Minhee yg menunduk kini, kemudian mengarahkan tubuh yeoja itu menghadapnya
"apa aku membuatmu terkejut?" tanya Doojoon dengan suara lembut
"ne" Minhee tak membantah
"mianhae...tak mengatakan sejak awal siapa sebenarnya aku" ucap Doojoon
"anda tak perlu meminta maaf padaku yg mulia, justru akulah yg seharusnya mengatakan itu karena tak segera mengenali anda" Minhee semakin tertunduk
Doojoon tersenyum tipis melihat itu, kemudian diapun meraih jemari Minhee dan mengenggamnya erat
"kau gisaengku sekarang, dan tak akan ada yg bisa menyentuhmu kecuali aku" tukas Doojoon
Perlahan Minhee mengangkat wajahnya, dan mendapati senyum Doojoon yg merekah lebar
"kajja...kita kembali kekamarmu" ajak Doojoon
Doojoon membawa tubuh Minhee berlalu dari sana diikuti tatapan iri para gisaeng lain. Hyomin yg juga ikut menatap kepergian Minhee terlihat kesal kini melihat apa yg didapatkan yeoja itu.
"bagaimana bisa dia mendapatkan keistimewaan itu? seharusnya yeoja itu aku" gerutu Hyomin pelan
Dengan langkah kesal Hyomin berlalu dari tempat itu, bersama tatapan Namjoon padanya
"kau terluka bukan" suara nyonya Hong membuat Namjoon berpaling
"ne" sahut Namjoon
"pengurus Gu" panggil nyonya Hong
"ne...nyonya" pengurus Gu berlari kearah nyonya Hong
"obati Namjoon dan beri pakaian yg layak padanya" perintah nyonya Hong
"ne" sahut pengurus Gu
Nyonya Hong segera berlalu meninggalkan Namjoon dengan wajah memerah karena sudah dipermalukan dihadapan semua gisaeng. Sementara itu, Doojoon yg sudah membawa Minhee kedalam kamar terlihat membersihkan wajah yeoja itu dengan sapu tangan.
"Sulyu" panggil Doojoon karena mendapati yeoja itu terus menunduk
"ne" sahutnya tanpa menoleh
Melihat itu Doojoon meraih dagu Minhee dan mengarahkan wajah yeoja itu menatapnya
"saat aku bicara padamu, kau harus menatapku" tukas Doojoon
"ne" jawab Minhee
Doojoon tersenyum, namja itu kini meraih jemari Minhee dan mengenggamnya erat
"mianhae" ucap Doojoon
"kenapa yg mulia meminta maaf padaku?" Minhee menatap Doojoon heran
"Seharusnya dengan kekuasaanku aku bisa membayarkan uang tebusan untukmu dan membuatmu menjadi yeoja yg bebas. Atau bisa saja aku membawamu keistana dan membuatmu hidup layak disisiku. tapi...menteri2 itu tak akan membiarkanku melakukannya, mereka pasti memprotes keras semua yg kulakukan. karena itu selain membiayai kehidupanmu disini sebagai gisaengku, aku tak bisa melakukan apapun" urai Doojoon
"gwenchansemnika yg mulia, aku tak mempermasalahka hal itu. Bisa menjadi gisaeng yg mulia saja sudah lebih dari cukup untukku, jadi aku tak mengharapkan apapun lagi" balas Minhee
"jincayo?" Doojoon menatap Minhee lekat
"ne" Minhee mengangguk
"wah...kau yeoja yg pengertian dan baik, sungguh beruntung bisa menjadikanmu gisaengku" Doojoon tersenyum senang
Minhee tak membalas, dia ikut mengurai senyum pada Doojoon
"tapi yg mulia...bisakah aku bertanya satu hal pada anda?"
"tentu" Doojoon mengangguk
"kenapa yg mulia menjadikanku gisaeng anda?" tanya Minhee
"karena aku menyukaimu, aku jatuh cinta pada seorang Sulyu" jawab Doojoon tanpa ragu
"ne?" Minhee terlihat kaget
"sejak bertemu denganmu, bayangamu tak pernah berhenti mengikutiku kemanapun. Aku tak bisa makan dengan baik, dan juga tak bisa menikmati lelapku. Hampir setiap malam aku terjaga karena merasa kau ada disisiku dan memperhatikanku. Menurut karta sekertaris istanaku, apa yg kurasakan adalah cinta. Karena itu hari ini memutuskan pergi diam2 dari istana untuk menemuimu. Untunglah aku tak terlambat tiba disini, jadi masih bisa menahan kepergianmu jadi kita masih bisa terus bertemu" urai Doojoon
"yg mulia" ucap Minhee dengan suara lemah
"Sulyu...aku...mungkin tak bisa menjadikanmu ratu atau selirku. Aku juga tak bisa membawamu keistana dimana aku lahir dan tinggal. Tapi aku ingin kau tetap berada disisiku, karena aku benar2 mencintaimu" Doojoon kembali meraih jemari Minhee
Tak ada balasan dari Minhee, wajah yeoja itu terlihat bingung kini karena ucapan Doojoon
"mulai sekarang, aku akan menyediakan waktu untuk melihatmu disini. Karena aku ingin menghabiskan banyak waktu bersama denganmu. Aku ingin menyantap sarapanku ditemani olehmu, atau sekedar berbaring dipangkuanmu ketika malam tiba. Aku ingin melakukan semua hal yg menyenangkan denganmu, karena itu tetaplah ada disisiku sebagai yeojaku" pinta Doojoon
Minhee menunduk karena tak bisa membalas ucapan Doojoon padanya. Sebuah pelukan dari Doojoon didapatkan Minhee kini, membuat tubuh yeoja itu membatu
"aku berjanji akan membuatmu hidup bahagia dan nyaman walaupun kita berada diluar istana. Tak akan kubiarkan ada namja yg menyentuhmu, dan juga tak seorangpun bisa menyakitimu" janji Doojoon
Minhee masih tak menjawab, yeoja itu diam menikmati suara detak jantung Doojoon yg memburu. Sedangkan Doojoon terlihat merekahkan senyum lebar, karena mendapatkan Minhee dalam pelukannya.
*
Minhee yg didampingi Namjoon terlihat mengantarkan Doojoon kedepan pintu utama wisma Huida. Wajah Doojoon terlihat dihiasi senyum cerah kala itu, karena rasa bahagia yg merayapi hatinya.
"karena aku kabur dari istana pagi2 sekali, jadi mungkin aku tak akan bisa menemui malam ini. Tapi aku harap kau tidak kecewa, karena aku akan berusaha menemuimu besok" ucap Doojoon ketika mereka berdiri saling berhadapan didepan pintu utama wisma Huida
Minhee tak menjawab, yeoja itu hanya mengangguk pelan
"Namjoon jaga yeojaku, jangan sampai dia lepas dari penglihatanmu sedikitpun" Doojoon mengarahkan pandangannya pada Namjoon
"ne, yg mulia" Namjoon ikut mengangguk
Doojoon terlihat meraih wajah Minhee, dan mengusap pipi yeoja itu pelan. Sebuah kecupan didaratkan namja itu dikeningnya, membuat degup jantunya sendiri berdetak kuat
"aku pergi" ucapnya setelah melepaskan kecupan dengan wajah yg bersemu
"ne" sahut Minhee
Doojoon segera beranjak dari sana bersama tatapan lurus Namjoon dan juga Minhee. setelah sosok Doojoon berlalu, Namjoon nampak menatap Minhee yg tertunduk sedih
"agassi whaeyo?" tanya Namjoon bingung
"Namjoon...yg mulia bilang dia mencintaiku" ungkap Minhee
Namjoon merasa perasaannya memburuk karena itu, namun coba tersenyum
"bukankah itu hal baik, jadi kenapa agassi terlihat sedih" Namjoon berusaha membuat suaranya terdengar ceria
"itu hal baik, kalau aku menyimpan rasa yg sama padanya. tapi...saat ini aku sama sekali tak menyimpan perasaan yg sama dengan yg mulia pangeran"
"itu karena agassi belum mengenal yg mulia pangeran dengan baik, setelah agassi bersama cukup lama dengannya agassi pasti memiliki rasa yg sama dengan yg mulia" balas Namjoon
Minhee menoleh pada Namjoon, kemudian tersenyum tipis
"ne...mungkin nanti aku bisa mencintai yg mulia seperti dia mencintaiku" ucapnya dengan nada berat
Namjoon ikut tersenyum, walau dengan perasaan yg kacau
"tanganmu, apa baik2 saja sekarang?" Minhee meraih tangan Namjoon yg sudah terlihat dibebat
"ne...aku sudah mendapatkan pengobatan tadi, bahkan aku menerima banyak pakaian bagus karena menjadi pengawal agassi. Aku merasa hari ini adalah hari terbaik dalam hidupku, karena agassi aku bisa terlepas dari beban yg selama ini didatangkan banyak orang padaku" Namjoon membuat suara penuh semangat
"syukurlah, aku senang bisa membawa kebahagiaan untukmu" Minhee terlihat bahagia
"agassi sudah memberikan kebahagiaan sejak dulu untukku, dan sekarang agassi menyempurnakan semuanya" balas Namjoon
Senyum Minhee semakin merekah indah, membuat Namjoon yg mendapati itu merasa tenang
"sebaiknya kita masuk agar agassi bisa beristirahat. Pasti sekarang agassi lelah, karena terus menemani yg mulia berkeliling dan mendengar semua ceritanya" ajak Namjoon kemudian
"ne" Minhee mengangguk
Segera keduanya berlalu dari tempat itu, menuju kamar Minhee untuk beristirahat disana. Disaat yg sama, sosok Doojoon sudah tiba dikediaman Seokjin dan menghampiri chinggunya yg terlihat sedang merapikan tanaman didekat kuil.
Dengan mengendap Doojoon mendekati Seokjin yg nampak tak menyadari kehadirannya. Diapun berdiri tepat dibelakang Seokjin yg sedang fokus merapikan tanaman2 hias didepan kuil
"YA" teriak Doojoon keras
Rasa kaget membuat Seokjin salah memotong dahan bunga, membuatnya segera memungut dahan yg sudah terjatuh ditanah
"hyung kenapa mengagetkanku, lihat karena ulahmu aku jadi salah memotong dahan bunga" sungut Seokjin pada Doojoon
"ya..apa begitu caramu bicara dengan seorang pangeran?" tunjuk Doojoon kearah wajah Seokjin karena nada bicara namja itu
Seokjin tersentak karena itu, membuatnya segera menghilangkan raut kesal dari wajahnya
"jweisonghaeyo yg mulia" ucapnya kemudian
Doojoon tak membalas, wajah namja itu terlihat kesal kini
"apa anda marah yg mulia?" tanya Seokjin karena mendapati wajah kesal namja itu
"tentu saja aku marah, kau bicara dengan kasar padaku jadi bagaimana bisa aku tak marah" Doojoon merampas dahan bunga ditangan Seokjin dan nampak berusaha menempelkannya kembali
"bukankah aku sudah meminta maaf pada yg mulia" suara Seokjin terdengar memelas
Doojoon tak menjawab, dia terlihat serius dengan tanaman bunga dihadapannya kini
"sudah terpasang kembali" ucapnya setelah beberapa saat nampak tenang
Seokjin menatap kearah bunga yg sudah diperbaiki Doojoon, kemudian tersenyum lebar
"dengan begini kita impas, kau sudah meminta maaf karena memarahiku dan aku meminta maaf dengan membetulkan bungamu" urai Doojoon
"gamsahamnida, yg mulia begitu baik hingga mau membenarkan kembali tanaman bungaku" balas Seokjin
Doojoon tak membalas ucapan namja itu, dia nampak melangkah pelan diikuti Seokjin kini
"anda tak membawa pengawal kemari yg mulia" ucap Seokjin karena tak mendapati seorang pengawalpun disekitar rumahnya
"aku kabur diam2 dari istana, karena itu tak ada pengawal yg kubawa" jawab Doojoon ringan
"yg mulia kenapa anda melakukan itu? bagaimana kalau terjadi hal buruk pada anda?"
"aku baik2 saja sekarang bukan, jadi jangan terlalu khawatir" sambut Doojoon tanpa beban
Seokjin terlihat menghela nafas karena itu, sementara Doojoon sudah duduk didepan rumahnya
"aku menemui Sulyu tadi, dan sudah menjadikan dia sebagai yeojaku" ungkap Doojoon
"jinca? Bagaimana anda melakukannya? Bukankah anda bilang sebelumnya ingin melupakan yeoja itu?"
"awalnya aku pikir aku bisa mengusirnya dari pikiranku, tapi ternyata itu tidaklah mudah. Bayangannya setiap hari terus mengikutiku dan menganggu semua aktivitas yg aku jalani. Pada akhirnya aku memutuskan menjadikannya yeojaku, karena tak benar2 bisa melupakan Sulyu" jawab Doojoon
"jadi...apa anda akan membawanya keistana?"
"ani...aku tetap membiarkannya berada di wisma Huida, dengan syarat tak boleh ada tamu namja yg datang menemuinya. Aku juga menunjuk Namjoon sebagai pengawal pribadi Sulyu, jadi aku bisa tenang meninggalkannya disana"
"kenapa anda tak membawanya keistana?"
"bukankah aku sudah mengatakan sebelumnya aku tak bisa melakukan itu. bagaimanapun juga Sulyu adalah seorang gisaeng, karena itu aku tak bisa membawanya. Walau dia masih seorang yeoja suci, semua orang akan tetap memandangnya sebagai cheonmin dan tak akan mau menerimanya"
"kalau begitu berikan uang pada pemerintah untuk membebaskannya dari status cheonmin, bukankah ada pertauran seperti itu"
"dan membuat para menteri menuduhku melakukan pemborosan keuangan istana hanya untuk meraih yeoja yg kusuka" Doojoon menatap lurus Seokjin
Seokjin bungkam, tak bisa membalas ucapan Doojoon
"untuk saat ini hanya itu yg bisa kulakukan untuk melindungi Sulyuku. Cara ini satu2nya yg terpikir ketika nyonya Hong mengatakan akan mengembalikannya ke Jeju. Aku tak akan rela bila dia berada ditempat yg jauh seperti itu, jadi memutuskan menjadikannya sebagai yeojaku" suara Doojoon terdengar lemah
Seokjin menatap Doojoon lurus, ada beban diwajahnya kini
"aku mungkin tak bisa membuatkan istana untuknya, tapi aku bisa membuat yeoja itu merasa ada diistana. Mulai hari ini aku tak akan berhenti mengiriminya barang2 indah, agar Sulyuku bisa merasakan kebahagiaan menjadi yeoja seorang pangeran. Yeoja itu tak boleh merasa kekurangan, karena dia yeoja istimewaku" lanjut Doojoon dengan senyum tipis
Sejenak keduanya diam, Seokjin yg masih menatap lurus Doojoon tak berusaha mengucapkan apapun. Mereka membiarkan angin mengisi kebersamaan mereka, hingga helaan nafas dalam Doojoon mengusik senyap yg hadir sesaat.
"ayo antar aku kembali ke istana" ajak Doojoon seraya bangkit
"ne" Seokjin tak membantah "aku pamit pada omma dulu" ucapnya kemudian
Doojoon mengangguk, dan membiarkan Seokjin berlalu memasuki kediamannya
"omma" panggil Seokjin
Kwangsun nampak menghampiri Seokjin dan menatapnya lekat
"aku mau mengantar pangeran kembali ke istana" ucapnya
"hmm" Kwangsun mengangguk
Seokjin tersenyum, kemudian segera berlalu dari hadapan Kwangsun
"ayo berangkat yg mulia" tukas Seokjin ketika sudah kembali disisi Doojoon
Keduanya segera melangkah meninggalkan kediaman Seokjin, berjalan menuju istana. Lama keduanya melangkah menelusuri jalanan sambil berbincang, sampai akhirnya Doojoon tiba didepan gerbang istana.
"kau tak ingin bermain diistanaku" Doojoon menawarkan
"aku harus segera kembali, omma bilang dia ingin meminta bantuanku" karang Seokjin
"ah" Doojoon mengangguk "kalau begitu aku masuk dulu" ucapnya kemudian
"ne yg mulia" sahut Seokjin
Doojoon mengusap bahu Seokjin, kemudian segera berlalu meninggalkan namja itu. setelah sosok Doojoon menghilang dibalik gerbang istana, Seokjinpun mengayunkan langkahnya berlalu.
Kini Seokjin melangkah menuju tempat pertemuannya dengan Minhee, berharap menemukan yeoja itu disana. Tapi saat tiba ditempat tujuan, selain kosong Seokjin tak menemukan siapapun ditempat itu.
"pabo....bagaimana mungkin kami bisa bertemu lagi disini" gumam Seokjin pelan
Namja itu kini terduduk diatas batu, membiarkan angin menerpa wajahnya
"seharusnya aku memaksa mengantarnya pulang kemarin sehingga tahu dimana rumahnya" desah Seokjin dengan suara berat
Seokjin menghela nafas berat, kemudian merebahkan tubuhnya memandang langit yg terlihat bersih. Angin yg berhembus semilir dan juga suara riak air perlahan menarik lelap dimata Seokjin membiarkan namja itu tenggelam dalam mimpinya. Diantara mimpi yg Seokjin dapati, suara cemas Minhee terdengar jelas ditelinganya.
"Minhee" panggilnya karena hanya bisa mendengar suara yeoja itu tanpa mendapati sosoknya
Kini Seokjin mendengar isak Minhee, membuat perasaannya berubah gusar
"Minhee" panggil Seokjin kini lebih keras
"Seokjin aku disini" suara Minhee terdengar ditelinga Seokjin
Seokjin masih tak mendapati yeoja itu, membuatnya berlari kesana kemari mencari sosok Minhee. Hingga Seokjin mendapati sebuah cahaya yg memaksa kakinya mengarah kesana. Perlahan cahaya itu menenggelamkan tubuh Seokjin, membuat namja itu segera terjaga dari tidurnya
"mimpi" desah Seokjin pelan
Namja itu meletakkan lengannya diatas kening, membiarkan sinar matahari memberi hangat ditubuhnya. Sampai dia merasa tubuh seseorang menghalangi sinar itu, membuat Seokjin mengarahkan pandangannya pada sosok tersebut.
"Minhee" ucapnya seraya bangkit
Minhee tersenyum membiarkan Seokjin berdiri menatapnya
"kupikir kau tak akan kemari" ucap Seokjin ikut merekahkan senyumannya
"apa tuan menungguku?" tanya Minhee
"ani...ani...hanya, aku kebetulan melewati tempat ini dan berpikir untuk melihat bunga sakura lagi. Aku tak berpikir kau juga akan kemari lagi, hingga kita bisa bertemu" balas Seokjin
"geraekuna" tukas Minhee
Yeoja itu melangkah kesisi sungai kini, dan duduk disebuah batu besar yg ada disana. Seokjin ikut melakukan hal yg sama, namja itu duduk disisi Minhee yg sudah terlihat tenang.
"apa kau mulai jatuh cinta dengan tempat ini?" tanya Seokjin
"ne...aku sudah mulai menyukai tempat ini, disini...aku mendapatkan rasa tenang" jawab Minhee
"apa selama ini kau tak pernah merasa tenang?"
Minhee tak menjawab, hanya seulas senyum hambar yg yeoja itu kembangkan membuat Seokjin mengerutkan keningnya
"apa kau mengalami kehidupan yg sulit selama ini?" Seokjin mencari tahu
"tak ada kehidupan yg mudah bukan, semua orang pasti merasakan kesulitan dihidupnya begitupun aku" sambut Minhee
"kesulitan seperti apa yg kau dapatkan? Bisa aku tahu"
"kenapa tuan ingin tahu?" Minhee menatap Seokjin yg memandangnya lekat
"kalau bisa aku ingin membantumu, agar sedikit mengurangi beban yg kau dapatkan" balas Seokjin
"gamsahamnida, tapi aku pikir jalan yg akan kulalui sudah lebih ringan sekarang" Minhee menolak halus bantuan Seokjin
Seokjin tak coba memaksa, dia mengukir senyum diwajahnya dengan kepala yg mengangguk pelan. Minhee mengarahkan pandangannya kealiran air kini, mengikuti gerak tenang sungai dihadapannya.
"tuan" panggil Minhee
"ne" sahut Seokjin
"apa anda tahu kemana air ini mengalir?" tanya Minhee dengan pandangan yg kembali mengarah pada Seokjin
"dia mengalir kehatiku" jawab Seokjin
Minhee tertawa pelan karena itu, begitupun dengan Seokjin
"kalau ini semua mengalir kedalam hati tuan, apa hati tuan tak disesaki oleh jumlah air yg tak pernah habis mengalir sepanjang tahunnya" tukas Minhee
"kalau itu bisa membuat langkah kakimu melangkah kedekatku, kupikir walau disesaki jutaan liter air sekalipun aku tak merasa itu membuatku merasa sesak" balas Seokjin
Semburat merah segera menghias wajah Minhee, membuat yeoja itu menundukkan pandangannya. Mendapati semu itu Seokjin merekahkan senyumannya, pelan diapun mengarahkan pandangannya pada aliran sungai.
"Minhee boleh aku bertanya padamu" ucap Seokjin
"ne" Minhee mengangguk
"kenapa kau menanyakan kemana air ini mengalir?" tanya Seokjin
"itu karena...aku merasa semua air yg mengalir didunia ini memeliki tujuan kemana mereka harus pergi. Sebagian dari mereka ditarik oleh uap panas matahari, sebagian lagi diserap akar2 tumbuhan. Dan sebagian besar dari mereka menuju laut lepas dan berkumpul disana. Disaat benda cair seperti mereka mendapatkan arah untuk pergi, manusia sepertiku justru tak tahu harus kemana. karena itu disaat aku merasa bingung, aku selalu mempertanyakan itu berharap bisa mendapat tujuan yg aku cari selama ini" terang Minhee
"apa itu berarti kau sedang bingung saat ini?" tanya Seokjin lagi
"ne" Minhee tak menyanggah
"apa yg membuatmu bingung?" Seokjin kembali mencari tahu
"yg membuatku bingung adalah seseorang yg menolongku pagi ini. seorang namja yg coba menarikku keluar dari duniaku, dan mencoba melindungiku. Namja itu mengungkapkan perasaannya padaku, dan itu membuatku sangat bingung. Aku tak tahu harus bersikap seperti apa padanya nanti, karena aku tak memiliki perasaan yg sama dengannya" urai Minhee
Seokjin merasa ada sesak menyerang dadanya ketika mendengar apa yg diungkapkan Minhee. Namun Seokjin mencoba terlihat biasa, dengan memasang senyum tipis.
"memangnya kenapa kau harus bingung? Tidakkah bisa kau bersikap biasa padanya" balas Seokjin memberi masukan
"aku tak bisa bersikap biasa padanya, karena dia bukan orang biasa"
"apa maksudmu?" Seokjin mengerutkan keningnya
"jweisonghaeyo, aku tak bisa menjelaskan lebih banyak lagi tentangnya pada anda" balas Minhee
Seokjin terlihat penasaran karena itu, namun tak ingin bertanya banyak karena takut menyingung Minhee
"araso" sahutnya dengan nada berat
Pada akhirnya keduanya memilih bungkam, menikmati keindahan sakura dalam senyap. Mereka membiarkan musik alam bernyanyi, mengisi kebersamaan mereka yg sudah dihiasi getar indah dihati Minhee.
*
Minhee dan Seokjin terlihat berjalan melintasi pasar yg masih dihiasi cahaya lampu lampion
"aku tak pernah melihat suasana pasar disaat malam" ucap Minhee
"whaeyo? apa kau tak pernah meninggalkan rumahmu jika malam?" tanya Seokjin
"ne...aku tak boleh meninggalkan kediamanku jika malam tiba" balas Minhee
"tapi kenapa sekarang kau bisa meninggalkan kediamanmu?"
"itu karena namja yg kuceritakan membuatku bisa meninggalkan kediaman itu kapanpun aku mau" jawab Minhee
"ah.." Seokjin mengangguk paham
Keduanya terus melangkah teratur menikmati suasana malam, hingga Minhee terlihat menghentikan langkahnya membuat Seokjin melakukan hal yg sama.
"aku harus kembali kerumah sekarang" ucap Minhee
"boleh aku mengantarmu" pinta Seokjin
"jweisonghaeyo, aku tak boleh kembali bersama seorang namja" balas Minhee
"ah.." Seokjin kembali mengangguk
"gamsahamnida karena tuan bersedia menemani menikmati malam dipasar, aku benar2 memiliki waktu menyenangkan yg mengusir rasa resahku hari ini karena anda" ucap Minhee
Seokjin tak membalas, dia terlihat merekahkan senyum pada Minhee
"aku pergi" pamit Minhee seraya membungkuk
Yeoja itu nampak berlalu, meninggalkan Seokjin yg mematung ditempatnya. Helaan nafas berat terdengar dari Seokjin kini saat sosok itu menghilang dari hadapannya.
"ini waktu yg sangat singkat" bisik Seokjin dengan suara berat
Seokjin berbalik dan berlalu dari tempatnya berdiri, membiarkan gelap menelan tubuhnya. Diujung jalan Minhee sudah mendapati sosok Namjoon yg menunggunya tak jauh dari wisma Huida. Cepat dihampirinya namja itu, membuat Namjoon memandang cemas pada Minhee.
"bukankah agassi bilang akan segera kembali sebelum gelap kalau aku membiarkan agassi pergi sendiri" protes Namjoon saat Minhee ada dihadapannya
"mianhae, aku memiliki waktu yg menyenangkan hingga lupa janjiku" sesal Minhee
"agassi bisa membuatku kehilangan kepalaku kalau sampai yg mulia tahu aku membiarkan agassi pergi sendiri" ucap Namjoon masih dengan nada yg sama
Minhee tak membalas, yeoja itu menundukkan pandangan dengan wajah menyesal. Melihat itu Namjoon menarik nafas dalam karena tak tega melihat Minhee yg menunduk dalam.
"sudahlah....yg penting agassi kembali, sekarang sebaiknya kita kembali ke wisma lewat pintu belakang" ajak Namjoon
"whaeyo? apa kita tak bisa lewat pintu utama?" Minhee terlihat bingung
"dan membiarkan tamu2 yg sudah datang melihat kecantikan agassi"
Tak ada jawaban dari Minhee, seulas senyum tipis terkembang dibibirnya
"kajja...sebaiknya kita segera kembali" ajak Namjoon lagi
Minhee mengangguk dan segera berjalan memutar menuju pintu belakang wisma. Tak lama yeoja itupun tiba didepan kamarnya, dan segera memasuki ruangan itu. Minhee mengeser meja kecil, dan segera duduk dengan tenang. yeoja itu nampak tercenung kini, mengingat sosok Seokjin yg ditemuinya lagi.
"kalau itu bisa membuat langkah kakimu melangkah kedekatku, kupikir walau disesaki jutaan liter air sekalipun aku tak merasa itu membuatku merasa sesak" ucapan Seokjin kembali mengisi kepalanya membuat Minhee tersenyum simpul
"apa maksud tuan bicara seperti itu padaku?" tanyanya pada kosong
Tak ada balasan untuk yeoja itu, membuatnya terus mengarahkan pikiran pada sosok Seokjin. tak jauh berbeda dengan namja itu, yg nampak tercenung menatap langit didepan rumahnya.
"seharusnya aku mengikutinya diam2 tadi" sungut Seokjin pelan
Namja itu menghela nafas dalam, bersama sesal dihatinya. Seokjin bermain dengan kosong kini, hingga sosok Minju tiba dan duduk disisinya
"kau belum tidur" Seokjin menatap Minju heran
"ajik...aku tak bisa tidur, karena itu keluar untuk mencari udara segar" jawab Minju
Seokjin tersenyum, jemarinya nampak mengusap kepala Minju lembut
"oppa darimana saja sepanjang hari ini?" tanya Minju
"menemani pangeran di istananya" sahut Seokjin berbohong
"ah.." Minju mengangguk "pasti sangat menyenangkan bisa selalu masuk keistana" lanjutnya kemudian
"apa kau tak pernah masuk istana sebelumnya?"
"bukankah oppa yg selalu melarangku masuk istana, kenapa sekarang oppa menanyakan itu?"
"oppa melarangmu?" Seokjin mengerutkan keningnya
"ne...oppa selalu melarangku ikut dengan oppa keistana, oppa bahkan akan bicara keras padaku bila aku coba memaksa. Oppa bilang istana bukan tempat bermain, jadi tak ingin membawaku. Padahal aku selalu bejanji untuk menjaga sikapku, tapi oppa tak pernah membiarkanku ikut" urai Minju
Seokjin diam, dipandangnya Minju yg melepaskan pandangan lurus
"kalau begitu kita pergi keistana besok"
"ne?" Minju menatap Seokjin bingung
"kita akan keistana mengunjungi pangeran besok"
"oppa...kau sedang bercanda" Minju nampak tak percaya
"ani..oppa serius"
"oppa"
"besok ayo pergi bersama ke istana menemui pangeran" ajak Seokjin
"jinca? Aku benar2 boleh masuk istana" Minju nampak tersenyum cerah
"hmm" Seokjin mengangguk
"gomawo oppa" Minju mengenggam jemari Seokjin dengan wajah bahagia
Seokjin tersenyum cerah melihat raut bahagia yg ditunjukkan Minju
"sekarang sebaiknya kau istirahat, agar bisa ikut dengan oppa besok" ucap Seokjin
"ne" Minju bangkit dari duduknya
Segera yeoja itu berlalutanpa mengucapkan apapun, hanya wajah cerianya yg membuat Seokjin menggelengpelan. Seokjin kembali menikmati kesendirian kini, bersama bayangan wajah Minheeyg menemani. Angin dingin dan taburan bintang ikut mengisi kesendirian Seokjin,seolah tak rela membiarkan namja itu tenggelam dalam sepinya. Larut yg semakinpekat tak membuat Seokjin beranjak, namja itu terus termenung memainkanbayangan Minhee dalam pikirannya.
*
TBC
Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement
🌻HAEBARAGI🌻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro