Missing You #8
"oppa...oppa" suara Minju menyapa telinga Seokjin
Seokjin terlihat membuka matanya pelan, dan menatap Minju yg tersenyum kearahnya
"cepat bangun, ini sudah sangat siang" ucap Minju kemudian
Dengan kepala yg terasa berat Seokjin bangkit, dan terduduk seraya memijat tengkuknya
"whaeyo? apa oppa sakit?" tanya Minju melihat itu
Seokjin tak menjawab, dia memandang Minju yg mengenakan pakaian tradisional dan segera menyadari kalau dirinya kembali kemasa Gojuseon
"aku kembali kemari" ucap Seokjin dalam hati
Minju nampak memandang lekat Seokjin, merasa bingung melihat namja itu mematung diposisinya
"oppa" Minju menguncang bahu Seokjin
"ne" Seokjin tersentak
"apa yg oppa pikirkan?" tanya Minju
"amugeot-do" jawab Seokjin seraya tersenyum kaku
"kalau tak ada yg oppa pikirkan cepatlah mandi, dan sarapan bersamaku juga omma"
"ne" Seokjin mengangguk
Minju tersenyum, kemudian berlalu meninggalkan Seokjin yg kembali mematung. Dikepalanya kini diisi wajah kesedihan Minhee, yg tergambar jelas dipikirannya
"kenapa aku bisa melupakannya saat kembali kesana?" tanya Seokjin pada diri sendiri
Tak ada jawaban untuk namja itu, membuatnya memutuskan untuk bangkit
"sebaiknya tanyakan itu pada omma nanti" ucapnya seraya berlalu kekamar mandi
Namja itu sibuk membersihkan diri kini, beberapa waktu kemudian diapun sudah tampil rapi. Segera setelah itu dia menuju meja makan, dan mendapati Minju dan Kwangsun yg sudah duduk tenang disana
"mianhae...apa aku membuat omma dan Minju menunggu?" ujar Seokjin seraya duduk
"aniyo" balas Minju membuat Seokjin mengusap kepalanya
Kwangsun tak membalas, dia nampak menatap Seokjin lekat
"kau kembali" ucap Kwangsun membuat Seokjin menoleh padanya
"ne" Seokjin mengangguk
Kwangsun tersenyum membalas itu, sementara Minju terlihat bingung
"sebaiknya kita makan sekarang" ucap Kwangsun saat mendapati Minju akan bertanya
Minjupun mengurungkan niatnya untuk bertanya, dia segera menikmati sarapan bersama Seokjin dan juga Kwangsun. Suasana meja makan mereka terasa hangat kala itu, karena perbincangan yg teurai dari ketiganya.
Berbeda dengan yg dirasakan Doojoon didalam istana, namja itu masih belum bisa menikmati makanannya dengan baik.
"singkirkan ini" ucap Doojoon setelah menyuapkan sedikit makanan kemulutnya
"tapi yg mulia, anda baru memakan sedikit sarapan anda" ucap sekertaris Ho
"aku tak selera makan, jadi singkirkan ini" Doojoon bangkit dan berlalu
Sekertaris Ho menghela nafas berat, diapun memberi isyarat agar dayang istana membereskan meja makan Doojoon. Sesaat kemudian namja itupun mengikuti langkah Doojoon yg sudah berjalan2 menelusuri taman istana.
"yg mulia, ini sudah lebih dari seminggu anda bersikap seperti ini. Tidakkah ada yg bisa hamba lakukan agar anda bisa merasa lebih baik" sekertaris Ho berusaha meawarkan bantuan
"tak ada yg bisa kau lakukan untukku, jadi jangan lakukan apapun" balas Doojoon
"tapi yg mulia, sepertinya beban yg ada dihati yg mulia begitu berat karena itu biarkan aku membantu" sekertaris Ho sedikit memaksa kini
"kubilang tak ada yg bisa kau lakukan, apa kau tuli?" bentak Doojoon
Sekertaris Ho menunduk karena itu, membuat Doojoon melangkah kesal
"jangan ikuti aku" larang Doojoon saat mendengar langkah sekertaris Ho
"tapi yg mulia.."
"aku mau sendiri" potong Doojoon tak mau mendengar ucapan sekertaris Ho
Sekertaris Ho tak bisa melakukan apapun kini selain membiarkan Doojoon berjalan sendiri. Tanpa tujuan namja itu terus mengitari taman kerajaan, bersama bayangan Minhee yg mengikutinya.
"ini benar2 mengangguku, perasaan ini membuatku nyaris tak bisa bernafas" keluh Doojoon
Namja itu menghela nafas dalam, kemudian terduduk didekat bunga mawar yg sedang mekar
"Sulyu...ini sudah lebih dari satu minggu, kenapa kau masih mengikutiku kemanapun aku pergi?" tanya Doojoon dengan jemari yg memainkan kelopak bunga mawar disisinya
"seharusnya aku bisa melepaskan bayanganmu, tapi kenapa sampai sekarang aku tak berhasil melakukannya?" ucap Doojoon kemudian
Doojoon mendesah pelan, merasa perasaannya kacau kini
"molla...molla...sepertinya aku sudah akan gila. Bagaimana kalau aku benar2 menjadi gila? Apa akan ada rakyat yg mau dipimpin oleh calon raja gila sepertiku? Atau aku harus membuat sejarah baru dengan membiarkan diriku menjadi raja bersama kegilaan yg kupunya" gumam Doojoon sendiri
Suara tawa kecil membuat Doojoon yg sedang menikmati kesendiriannya tersentak. Diapun cepat menoleh dan mendapati seorang yeoja yg berdiri tak jauh darinya. Senyum yeoja itu memudar mendapati tatapan Doojoon, diapun segera membungkuk hormat
"nugusemnika?" tanya Doojoon seraya bangkit
"annyonghaseminika, naega...Heo Mingi imnida" sapa Mingi sopan
"ah...kau putri dari menteri perdagangan Heo Yongjin maja" balas Doojoon dengan seulas senyum tipis
"ne" Mingi mengangguk
"kenapa kau ada disini?" tanya Doojoon kemudian
"ibu suri memanggilku ke istana, karena itu hamba datang" jawab Mingi
"hommoni memanggilmu?" kening Doojoon berkerut
"ne, matsemnida" kembali Mingi mengangguk
"kenapa hommoni memanggilmu?" Doojoon mencari tahu
"itu...." Mingi terdiam
"whae?" Doojoon menatap lekat Mingi
"ibu suri memanggilku sebagai calon tunggal permaisuri untuk anda" jawab Mingi kemudian
"MWO?" Doojoon nampak terkejut
Mingi memandang heran Doojoon yg masih menunjukkan ekspersi terkejutnya
"tak ada yg pernah mengatakan tentang hal ini padaku" ucapnya
"itu karena hal ini belum dibahas oleh para menteri"
"bukankah sebelum dibahas oleh para menteri, seharusnya hommoni menjelaskan padaku terlebih dahulu" protes Doojoon
"memilih permaisuri untuk seorang raja memanglah tugas dari ibu suri. Sudah menjadi ketentuan kalau ibu suri tak harus meminta izin raja dalam menentukan permaisuri untuk mendampinginya. Selama yeoja yg dipilih sesuai dengan kriteria kerajaan, maka ibu suri bisa menunjuk yeoja itu sebagai calon permaisuri" terang Mingi
Doojoon menghela nafas dalam satu beban bertambah dihatinya kini
"aku benci peraturan istana" sungutnya pelan
Mingi yg mendengar itu tak membalas, dia nampak memandang lurus Doojoon yg menatap jauh
"apa kau menemuiku karena perintah yg mulia ibu suri?" tebak Doojoon
"ne, matsemnida" Mingi tak membantah
"bagaimana kau bisa tahu aku disini?"
"sebelum menemui yg mulia disini hamba ke istana anda. Menurut para pengawal anda, yg mulia berjalan kearah tempat ini. karena itulah hamba tahu keberadaan yg mulia disini" terang Mingi
Doojoon mengangguk pelan membalas kata2 yg Mingi ucapkan padanya, sementara yeoja itu memandang lurus Doojoon
"jadi...apa yg akan kau lakukan setelah bertemu denganku sekarang?" tanya Doojoon lagi
"yg mulia ibu suri menyuruhku menemani yg mulia pangeran hari ini. Yg mulia ibu suri ingin kita saling mengenal, karena itu memintaku mengikuti anda sepanjang hari ini" terang Mingi
"bahkan hal seperti inipun harus diatur olehnya" gerutu Doojoon dalam hati
Doojoon menarik nafas dalam sesaat, kemudian coba mengukir senyum diwajahnya
"araso, kau bisa menemaniku sepanjang hari ini. Tapi kuharap kau tak akan bosan, karena aku bukan namja yg menyenangkan" ucap Doojoon
Mingi tersenyum, kemudian nampak mengikuti Doojoon yg meninggalkan tempat tersebut. Ditemani sosok Mingi, Doojoon kembali menjelajahi halama istana masih bersama bayangan Minhee yg menganggu.
Mingi yg tak menyadari hal itu nampak tenang melangkah disisi Doojoon. Membiarkan waktu berlalu untuk meraih kedekatan dengan pangeran yg akan menjadi pendampingnya itu.
*
Siang itu
"apa kau akan pergi?" tanya Kwangsun saat melihat Seokjin yg berpakaian rapi
"ne" Seokjin mengangguk
"kemana kau akan pergi?" tanya yeoja itu lagi
"molla...aku tak benar2 tahu akan kemana, aku hanya ingin keluar karena sedikit bosan terus berada disini" terang Seokjin
"kalau begitu jangan kembali terlalu larut, kembalilah sebelum waktu makan malam" pesan Kwangsun
"ne omma" sahut Seokjin
Kwangsun tersenyum, begitupun dengan Seokjin
"aku pergi omma" pamit namja itu kemudian
"ne" sahut Kwangsun
Segera tubuh Seokjin beranjak dari sana, namja itu menelusuri setiap sudut kota tersebut menikmati pemandangan yg dilihatnya.
Sampai akhirnya namja berhenti didekat sungai yg dikelilingi pohon bunga sakura. Dengan langkah ringan dia menghampiri jajaran batu besar dipinggir sungai dan menikmati udara disekitar tempat itu.
"ada baiknya bila kendaraan bermotor tak pernah ada, udara lebih terasa bersih dan segar karena tak ada polusi" gumamnya sendiri
Namja itu tersenyum tipis, kemudian mengitari pandangannya kesekitar itu. Seorang yeoja yg duduk diatas batu besar seraya menikmati aliran sungai tertangkap mata Seokjin kala itu. Membuatnya membatu mendapati sosok yeoja tersebut adalah Minhee.
Bersama senyum yg terkembang, dan juga langkah ringan Seokjin menghampiri Minhee. Namja itu begitu bersemangat menemui Minhee, hingga tak melihat langkah kakinya.
Hasilnya Seokjin terjatuh kesungai karena menginjak batu yg salah membuat Minhee yg tercenung menoleh padanya. Segera yeoja itu melangkah mendekati Seokjin, dan memandang lurus namja itu.
"tuan...apa anda baik2 saja?" tanya Minhee padanya
Seokjin yg sudah terlihat kuyup segera melayangkan pandangan pada sosok Minhee yg memandangnya lekat
"apa sekarang giliranmu yg tak mengenaliku?" bisik Seokjin dalam hati
Namja itu mematung, membuat Minhee yg memandangnya segera keheranan
"tuan...apa anda baik2 saja?" Minhee mengulang pertanyaanya
Seokjin tersentak karena pertanyaan itu, namun cepat menarik senyum agar Minhee tak menyadari dirinya sempat melamun
"ah...ne....gwenchana" sahut Seokjin sedikit terbata
Kini namja itu coba menaiki satu persatu batu yg ada ditempat itu untuk menghampiri Minhee yg terlihat berdiri tegak ditempatnya. Seokjin terlihat memeras ujung hanboknya, berusaha membuat pakaian itu tak terlalu basah
"pakai ini" Minhee menyerahkan sapu tangannya untuk Seokjin
"gomawo" ucap Seokjin seraya meraih sapu tangan itu
"ne" Minhee mengangguk
Seokjin segera melepas topi yg dikenakannya, dan mengusap wajahnya yg basah dengan sapu tangan Minhee
"sepertinya itu tak berguna" Minhee tertawa pelan melihat sapu tangannya tak cukup baik mengeringkan tubuh Seokjin
Seokjin ikut mengurai tawa mendapati lukisan tawa yeoja yg dicintainya
"sebaiknya anda kembali kerumah anda, dan menganti pakaian. Memakai pakaian lembab hanya akan membuat tubuh anda sakit" saran Minhee
"rumahku cukup jauh, kalau aku memutuskan pulang sebelum tiba dirumah seluruh pakaianku akan kering karena angin dan sinar matahari" balas Seokjin bergurau
Minhee merekahkan senyum lebar mendapati ucapan Seokjin
"kalau begitu apa tuan akan tetap disini menunggu pakaian tuan kering?" tanya Minhee
"apa kau akan pergi jika aku mengatakan aku masih akan disini?" Seokjin balas bertanya
"ani...aku masih ingin disini" jawab Minhee
"kalau begitu aku juga akan tetap disini, untuk menemanimu. Meninggalkan seorang yeoja cantik ditempat sepi seperti ini, akan mengundang orang2 yg memiliki pikiran jahat untuk melukaimu" tukas Seokjin
"bagaimana kalau orang yg memiliki pikiran jahat adalah anda sendiri"
"apa aku terlihat seperti orang jahat dimatamu?" tanya Seokjin
"animida...anda terlihat seperti seorang bangsawan yg baik" jawab Minhee
"kalau begitu kau tak harus khawatir, karena aku memang seorang yg baik hati" Seokjin memuji dirinya
Kembali Minhee merekahkan senyum lebar mendengar ucapan Seokjin
"Kim Seokjin " Seokjin mengulurkan tangannya
"Lee Minhee" Minhee membungkuk tanpa membalas uluran tangan Seokjin
"ah.." Seokjin menarik tangannya kaku "apa kau tinggal disekitar sini?" tanya Seokjin kemudian
"ani...rumahku juga cukup jauh dari sini" jawab Minhee
"jadi apa yg kau lakukan disini sendirian?"
"melihat aliran air" jawab Minhee
"aliran air?" ulang Seokjin dengan wajah bingung
"ne...aku mengikuti aliran air, karena penasaran kemana air2 ini akan pergi" Minhee mengarahkan pandangannya kesungai
"kalau begitu kau sudah mendapatkan tujuan air2 ini pergi" sambut Seokjin
"ne?" giliran Minhee terlihat bingung
"karena aliran air ini mengalir kehatiku, jadi kau sudah melihat tujuan mereka" terang Seokjin
Minhee kembali merekahkan senyumnya mendengar ucapan Seokjin
"anda namja yg lucu" ucap Minhee
"gomawo" balas Seokjin
Keduanya terdiam sesaat kini, membiarkan angin dan suara gemericik air menemani kebersamaan mereka.
"tempat ini sangat indah" ucap Seokjin coba membuat perbincangan
"ne...majayo" Minhee mengangguk setuju
Keduanya kembali bungkam, terpesona dengan kelopak bunga sakura yg berguguran ditiup angin
"apa kau sering kemari?" tanya Seokjin seraya memandang Minhee
"aku baru pertama kali kemari" jawab Minhee
"aku juga baru pertama kali kemari"
Tak ada balasan dari Minhee, yeoja itu kembali menikmati kelopak bunga sakura. Tanpa dia sadari tatapan Seokjin mengarah lurus memandangi wajahnya yg nampak tenang.
"kau...apa menyukai bunga sakura?" tanya Seokjin lagi
"ne...aku menyukainya" Minhee mengangguk
"kau suka bunga sakura warna apa? putih, merah muda, atau merah?"
"aku suka semua warna sakura, tapi yg paling kusuka adalah sakura berwarna putih"
"whae?"
"karena kelopaknya saat berguguran terlihat seperti jasmine" jawab Minhee
"Jasmine?"
"ne...Jasmine, sebuah bunga kecil yg sulit tumbuh dinegeri empat musim seperti disini. Seorang pedagang dari India yg singgah di Jeju pernah membawa bunga itu, dan aku segera jatuh cinta dengan aromanya" terang Minhee
"apa kau memakai aroma jasmine ditubuhmu karena begitu menyukainya?"
"ani...aku tak memakai aroma jasmine, tak ada yg menyediakan itu untukku jadi aku tak memakainya"
"lalu kenapa ada aroma jasmine saat aku ada didekatmu?"
"jongmalyo, aku tak merasa ada aroma itu" balas Minhee
"kau mungkin tak merasakan aromanya, tapi aku bisa mencium aroma itu saat ini. begitu tenang dan juga lembut, aku seperti berada didekat rumpun jasmine ketika ada disisimu" ungkap Seokjin
"tuan tahu seperti apa pohon bunga jasmine?"
"tentu saja"
"apa tuan pernah melihat bunga itu mekar dipohonnya?"
"bunga itu tidak mekar diatas pohon, karena bunga itu merupakan tumbuhan semak"
"geraekunna" Minhee mengangguk paham
"kau terlihat penasaran pada bunga itu"
"ne...sejak melihatnya pertama kali aku begitu penasaran dengan bunga itu. bahkan aku sempat menanam bunganya, berharap bisa tumbuh menjadi sebuah pohon. Tapi setelah setiap hari aku menyiramnya tak ada satupun tunas yg kudapat. Sampai akhirnya pedagang itu bilang kalau aku tak akan mendapat apapun bila menanam bunga tersebut didalam tanah" urai Minhee
Seokjin terawa pelan mendengar itu, membuat Minhee tersenyum simpul
"ternyata seorang Lee Minhee dimasa lalu adalah yeoja yg polos" tukas Seokjin diantara tawanya
"ne?" Minhee nampak bingung
Tawa Seokjin terhenti, berganti senyum kaku dibibirnya
"mwoya?" tanyanya pura2 tak mengerti
"tadi anda mengatakan sesuatu yg terasa aneh"
"aniyo...aku hanya bersyair, aku tak mengatakan apapun" Seokjin berbohong
Minhee menatap lurus Seokjin, membuat namja itu segera meleparkan pandangannya jauh
"lihat ada bangau" Seokjin menunjuk kelangit
Minhee mengarahkan pandangannya kelangit, dan tersenyum melihat kawanan bangau yg terbang bebas diangkasa
"mereka terlihat indah" ucap Minhee
"ne...mereka indah" sambut Seokjin "seperti dirimu" lanjutnya dalam hati
Minhee yg tak mendengar kata2 terakhir yg diucapkan Seokjin dalam hati masih menatap kearah langit, membiarkan Seokjin kembali menikmati keindahan wajahnya. Masih bersama suara angin dan juga gemericik air keduanya terus menikmati kebersamaan, sampai akhirnya mereka memutuskan pergi dari tempat itu ketika matahari mulai berada disebelah barat.
"kau yakin hanya ingin aku mengantarmu sampai disini" tukas Seokjin ketika mereka ada dipersimpangan jalan
"ne" Minhee mengangguk
"kalau begitu kau harus hati2, karena jalan didepan sepertinya cukup sepi" pesan Seokjin
"ne" Minhee kembali mengangguk
"pergilah, aku akan menunggumu hingga menghilang dibelokan itu baru pergi"
Minhee tak membalas, dia segera melangkah meninggalkan Seokjin yg mematung memandangnya. Ada rasa tak rela dihati yeoja itu ketika harus berpisah dengan Seokjin, namun dia tak bisa mengikuti rasa itu karena mengingat status yg dimilikinya.
Dengan langkah terartus Minhee terus menjauh, hingga tiba dibelokan yg Seokjin maksud dia menoleh pada namja itu. seulas senyum dari Seokjin menghadirkan sebuah getaran dihati Minhee, membuat yeoja itu ikut mengurai senyumnya.
Dia membungkuk sopan pada Seokjin, kemudian menghilang dibalik belokan. Seokjin yg tak lagi mendapati sosok Minhee nampak menghela nafas dalam seraya menatap kearah langit yg sudah nampak memerah.
"apa kita bisa berjumpa lagi ditempat itu?" bisiknya pada angin
Seokjin tersenyum tipis, kemudian segera beranjak dari tempatnya. Namja itu melangkah ringan menuju rumah, bersama rasa hangat yg disisakan Minhee didalam hatinya.
Disaat keduanya masih mengayunkan langkah menuju kediaman masing2, di wisma Huida sosok nyonya Hong terlihat disambut oleh para gisaeng. Mata yeoja itu terlihat menatap satu persatu gisaeng yg ada disana, kemudian mengarahkan pandangan pada pengurus Gu.
"dimana Sulyu?" tanyanya pada yeoja itu
"sejak pagi dia pergi bermain dan belum kembali hingga sekarang" Hyomin menjawab pertanyaan yeoja itu
"mwo?" mata nyonya Hong membulat
"sejak nyonya pergi Sulyu terus bermain sepanjang hari, kemudian dimalam hari dia tak mau melayani tamu. Setiap kali tamu datang untuknya, Sulyu selalu menyuruh mereka datang padaku" karang Hyomin
"apa begitu?" nyonya Hong menatap pengurus Gu
"saya tak tahu nyonya, karena saya selalu menyuruh Namjoon mengantar tamu kekamarnya. Memang selama anda pergi saya selalu mendapati kain putih padanya tanpa sedikit nodapun. Tapi saya pikir itu karena Sulyu menolak melayani tamu yg datang padanya" urai pengurus Gu
Nyonya Hong terlihat marah, membuat Hyomin tersenyum tipis
"apa ada yg tahu kemana biasanya Sulyu pergi?" tanya nyonya Hong pada gisaeng yg ada disana
"dia selalu pergi diam2, tak ada yg tahu kemana dia pergi" seorang gisaeng menjawab untuk nyonya Hong
"sepertinya dia benar2 mengabaikan perintahku" jemari nyonya Hong menggepal
Hyomin semakin merekahkan senyumnya melihat amarah yg diperlihatkan nyonya Hong
"ara...kalau begitu dia harus menerima hukuman dariku" lanjut yeoja itu kemudian
Semua gisaeng nampak bungkam kini, ada beberapa yg berbisik pelan namun berusaha tak mengeluarkan suara
"pengurus Hong siapkan besi panas, kalau dia memang tak bisa memamfaatkan kecantikannya dengan baik. Maka aku akan menghilangkan itu agar dia menjadi yeoja tak berguna seumur hidupnya" perintah nyonya Hong
Semua terlihat kaget dengan perintah nyonya Hong, namun tidak dengan Hyomin. Yeoja itu terlihat merekahkan senyumnya, seolah memang mengharapkan hal itu terjadi
"ne...nyonya" pengurus Gu mengangguk
Segera yeoja itu berlalu, membuat Hyomin yg mendengar hal itu merasa kesenangan
"ini akhir Sulyu, ini akhir dari pesonamu dikota ini. setelah hari ini tak ada lagi Sulyu yg indah, semua itu hanya tinggal sejarah" bisik Hyomin dalam hati
Mata Hyomin menatap lekat nyonya Hong tediam ditempatnya, hingga sosok Minhee yg tiba membuat pandangannya beralih
"nyonya" sapa Minhee seraya membungkuk
"darimana saja kau Sulyu?" tanya nyonya Hong dengan senyum mrekah
"hamba berjalan2 dipasar untuk melihat2 nyonya" jawab Minhee tanpa berani memandang nyonya Hong
"kau pasti lelah karena itu bukan" nyonya Hong masih merekahkan senyuman membuat pada gisaeng bingung begitupun dengan Hyomin
Minhee tak menjawab, yeoja itu terlihat masih menundukkan pandangannya
"kemarilah" panggil nyonya Hong
Minhee mengarahkan pandangannya pada nyonya Hong, yg terlihat merentangkan tangannya pada Minhee. Dengan langkah ragu Minhee menghampiri nyonya Hong, dan segera mendapatkan tamparan keras dari yeoja itu saat wajahnya mampu digapai tangan nyonya Hong. Hyomin yg sempat bingung dengan sikap nyonya Hong nampak bahagia, sementara Minhee memegangi pipinya seraya menunduk
"apa yg saja yg kau lakukan selama aku pergi? Tidakkah kau mengingat apa yg kuucapkan padamu?" suara nyonya Hong mengeras
"jweisonghaeyo" Minhee menunduk dalam
"kau...apa kau kira ancamanku sebuat omong kosong Sulyu? Sehingga kau mengabaikannya begitu saja"
"animida nyonya" Minhee menggeleng
"lalu kenapa kau tak menjalankan tugasmu?" tanya nyonya Hong
"tak ada tamu yg datang kekamarku nyonya, karena itu aku tak bisa menjalankan tugasku" jawab Minhee
"jangan berbohong, pengurus Gu bilang dia selalu menyuruh Namjoon mengirim tamu kekamarmu"
"tapi aku tak mendapatkan seorang tamupun nyonya, aku berani bersumpah untuk itu" Minhee coba membela dirinya
Sebuah tamparan keras kembali melayang dipipi Minhee, membuat yeoja itu terjatuh kelantai. Senyap menyapa tempat itu seketika, melihat amarah yg diperlihatkan nyonya Hong
"berani sekali kau mengarang cerita dihadapanku Sulyu, kau pikir aku akan percaya begitu saja"
"aku tak berbohong nyonya, aku berkata yg sebenarnya" Minhee duduk bersimpuh kini
Nyonya Hong menatap tajam Minhee, membuat yeoja itu tertunduk. Ada rasa takut dihatinya mendapati amarah yg belum pernah diperlihatkan oleh nyonya Hong sebelumnya.
"nyonya" panggil pengurus Gu yg sudah membawa sebuah besi panas yg terlihat merah menyala ujungnya
Nyonya Hong meraih benda itu, dengan tatapan yg kembali mengarah pada Minhee
"kukira kau tak benar2 bisa memamfaatkan kecantikanmu dengan baik, karena itu sebaiknya aku menghilangkan itu dari wajahmu. Tak ada gunanya kau memiliki semua keindahan itu, kalau wajah cantikmu hanya kau jadikan hiasan" tukas nyonya Hong
Minhee mengangkat wajahnya, dan terkejut mendapati besi panas yg siap diarahkan nyonya Hong kewajahnya
"nyonya kumohon ampuni aku, jangan sakiti aku nyonya. Aku berjanji akan menarik tamu lebih banyak, jadi kumohon ampuni aku" Minhee mengatupkan kedua tangannya
"sudah terlambat untuk memohon ampun, kau sudah terlanjut membuatku merasa tersingung karena mengabaikan perintah yg kuberikan" balas nyonya Hong dingin
"nyonya" suara Minhee terdengar lemah
"kalau kau tak bisa memamfaatkan kecantikanmu maka berhentilah menjadi cantik, dan berubahlan menjadi budak buruk rupa selamanya" ucap nyonya Hong kemudian
Nyonya Hong mengarahkan besi panas ditangannya kearah wajah Minhee, membuat yeoja itu seketika menutup matanya. Namun sebelum ujung besi panas tersebut melukai wajah Minhee, tangan Namjoon sudah menahan benda tersebut.
Tanpa ragu namja itu menyentuh ujung besi yg menyala, dan menariknya dari tangan nyonya Hong. Segera dibuangnya jauh benda itu, membuat nyonya Hong menatapnya tajam.
"apa yg kau lakukan?" bentak nyonya Hong membuat Minhee segera menbuka kembali matanya
Yeoja itu kini mendapati sosok Namjoon yg bersimpuh disisinya menatap nyonya Hong
"nyonya...kumohon jangan sakiti agassi, kalau nyonya mau hukumlah aku karena akulah yg bersalah disini" ucap Namjoon
"mwo?" nyonya Hong menatap lurus Namjoon
"akulah yg membawa semua tamu kekamar Geulimja agassi, karena tak ingin mereka menyentuh Sulyu agassi. Aku terlalu takut membayangkan ada namja yg merebut kesuciannya karena itu dengan lancang membawa namja2 itu kekamar Geulimja agassi" urai Namjoon
"mworago?" nyonya Hong membulatkan matanya
"kau bisa menghukumku nyonya, aku akan menerima apapun hukuman yg kau berikan. Tapi kumohon jangan sakiti Sulyu agassi, karena agassi tak tahu apapun tentang rencana ini" Namjoon mengatupkan tangannya
Nyonya Hong terdiam sejenak, dengan pandangan yg mengarah tajam pada Namjoon. Sementara Minhee yg mendengar ucapan Namjoon terlihat memandang tak percaya pada namja itu.
"jadi kalian bekerja sama untuk melakukan ini" tuduh nyonya Hong
"animida nyonya, akulah yg melakukan ini atas kemauanku. Sulyu agassi sama sekali tak tahu tentang apa yg kulakukan" bantah Namjoon
"animida nyonya, aku yg memaksa Namjoon melakukannya" Minhee coba membela Namjoon
"agassi, jangan mengatakan itu kau akan membuat posisimu sulit" Namjoon menatap Minhee
"tapi kenyataan akulah yg memintamu melakukan itu bukan" Minhee coba berbohong
"nyonya jangan percaya apa yg dikatakan agassi, semua ini benar2 kulakukan atas keinginanku sendiri" Namjoon kembali menatap nyonya Hong
"animida nyonya, akulah yg menyuruh Namjoon melakukannya" Minhee masih coba melindungi Namjoon
"nyonya aku.."
"geumanhae....kalian tak usah saling membela dihadapanku karena itu tak akan membuatku luluh. Kalau memang kalian benar2 merencanakan ini bersama, maka menjadi budaklah bersama dipengasingan" potong nyonya Hong
Namjoon menatap Minhee begitupun sebaliknya, kemudian mereka sama2 menunduk dalam dihadapan nyonya Hong
"masukkan mereka kegudang, dan jangan ada yg memberi keduanya makan. Besok pagi aku akan memanggil orang untuk membawa mereka kembali ke Jeju" perintah nyonya Hong
Dua orang pelayan namja nampak menarik tubuh Minhee dan Namjoon untuk membawa mereka kedalam gudang. Segera tubuh keduanya didorong masuk membuat Namjoon dan Minhee terjerembab.
"agassi anda baik2 saja" Namjoon meraih tubuh Minhee
"hmm" Minhee mengangguk
"syukurlah" Namjoon tersenyum tipis
Minhee menatap kearah Namjoon lurus, membuat namja itu merasa bersalah sekarang
"jweisonghaeyo agassi, aku sudah membuat anda dalam keadaan sulit" sesal Namjoon
"animida, akulah yg membuatmu dalam keadaan sulit" balas Minhee
"animida, agassi tak pernah membuatku sulit" sanggah Namjoon
"ani....sejak dulu aku selalu merepotkanmu, tak ada waktu menyenangkan yg kau dapat karena sibuk menjagaku"
"agassi, anda jangan mengatakan itu aku sangat senang bisa menjaga anda sejak dulu hingga sekarang" ucap Namjoon
Minhee tersenyum tipis, kemudian nampak menekuk lututnya seraya memandang lurus
"kita...akan kembali ke Jeju besok" ucap Minhee
"hmm" Namjoon mengangguk
"mianhae" Minhee menoleh pada Namjoon yg ada disisinya
"untuk apa agassi meminta maaf?" Namjoon nampak bingung
"karena aku harus membawamu kembali ke Jeju" jawab Minhee
"itu bukan hal yg buruk, agassi tak perlu meminta maaf" balas Namjoon
Minhee menatap Namjoon yg coba tersenyum
"lagipula dibanding tempat ini, aku rasa Jeju jauh lebih indah. Aku jadi tak sabar untuk bisa berada disana, dan berenang mencari kerang dan juga ikan" Namjoon coba membuat suara ceria
"Namjoon" Minhee meraih tangan Namjoon dan menggenggamnya
"akh.." rintih Namjoon karena luka bakar yg diterimanya
"whae?" Minhee mengarahkan telapak tangan Namjoon dan terkejut mendapati luka itu
"Namjoon tanganmu terbakar" ujarnya dengan wajah cemas
"ini luka kecil agassi, anda tak perlu cemas" Namjoon menarik tangannya dari Minhee
"bagaimana kau bisa menyebut itu luka kecil, tanganmu bahkan sudah memerah karena melepuh. Kau pasti mendapatkan luka ini karena menolongku, tanganmu mendapatkan luka bakar ini pasti karena aku" wajah Minhee nampak bersalah
"agassi...aku baik2 saja" Namjoon coba menenangkan
Minhee tak membalas, yeoja itu nampak bangkit dan menuju pintu
"jogiyo..,..apa ada orang diluar? Jogiyo,...bisa bawakan obat untuk kami karena Namjoon terluka" Minhee memukul keras pintu gudang
"agassi" Namjoon menghampiri Minhee dan meraih bahunya
"JOGIYO...Buka pintunya, aku hanya meminta obat tak bisakah kalian membawakannya" airmata Minhee mulai menets
"agassi" Namjoon memeluk tubuh Minhee
"aku hanya meminta obat, kenapa mereka tak mau membawakannya?" Minhee menumpahkan tangisnya dipelukan Namjoon
"aku baik2 saja agassi, aku baik2 saja" Namjoon mengusap pungung Minhee lembut
Tak ada balasan dari Minhee, yeoja itu terus menumpahkan tangisnya dibahu Namjoon
"mianhae...mianhae" sesal Minhee
Namjoon tak membalas, namja itu semakin memeluk erat tubuh Minhee. Dibiaarkannya Minhee menumpahkan kesedihan, tak berusaha menghentikan tangisnya.
Ditempat yg berbeda, sosok Hyomin terlihat mengurai senyum kemenangannya didalam kamar. Semua yg didapatinya tadi membuat perasaan yeoja itu merasa bahagia. Kini Hyomin merasa tak memiliki saingan lagi, karena sosok Minhee akan disingkirkan besok pagi oleh nyonya Hong.
"namja bodoh....kau menanggung semua itu seolah2 kaulah yg membuat rencananya. Padahal tanpa usul dariku, kau tak akan mungkin menjalankan semua ini" gumam Hyomin dengan suara rendah
Senyum masih menghias diwajahnya kala itu, sebagai tanda kemenangan untuk Hyomin
"tapi ada baiknya kau menjadi namja bodoh seperti itu, setidaknya aku tak akan ikut terseret kedalam pembuangan" lanjutnya kemudian
Hyomin tertawa pelan, merasa hari itu merupakan hari yg menyenangkan untuknya
"sekarang sebaiknya bersiap, karena akan ada banyak tamu untukku malam ini" ucapnya seraya bangkit
Hyomin segera berlalu untuk merapikan diri, membiarkan tempat kosong itu menyimpan rahasianya. Angin senja yg berhembus pelan diluar nampak menarik awan merah yg menghias langit. Perlahan awan tersebut berpindah bersama surya yg kembali keperaduannya, membawa gelap yg menutup hari melelahkan milik Minhee
*
TBC
Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement
🌻HAEBARAGI🌻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro