Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Missing You #6

Suara riak air memanggil Seokjin mendekat membuatnya mendapati seorang yeoja yg terlihat menadahkan tangan meraih bunga sakura yg bertaburan disebuah pingiran sungai.
Seokjin coba melihat wajah yeoja itu, namun sinar matahari menghalangi pandangannya. Dengan langkah sedikit ragu Seokjin mendekat, namun selain taburan bunga sakura bersama wangi jasmine tak ada yg didapatkannya.

Pada akhirnya Seokjin mematung ditempat itu, hingga merasa sebuah sentuhan dijemarinya. Mata Seokjin terbuka, membuatnya mendapati sosok yeoja paruh baya yg merekahkan senyum padanya.

"Seokjin" panggil yeoja itu

Seokjin bangkit dan memandang datar pada yeoja itu

"nuguseyo?" tanyanya

"ini omma" jawab Nyonya Kim tenang karena sudah mendapat penjelasan mengenai kondisi Seokjin dari suaminya

"omma" ulangnya

"hmm....ini omma" Nyonya Kim mengusap wajah Seokjin

Mata Seokjin terpejam, ada rasa hangat didapatinya dari sentuhan Nyonya Kim

"bagaimana keadaanmu pagi ini? apa ada yg sakit?" tanya Nyonya Kim

Seokjin kembali membuka matanya, dan menggeleng pelan pada Nyonya Kim

"mianhae omma baru bisa mengunjungimu pagi ini, kemarin omma masih berada di Mokpo mengunjungi hommoni dan juga harabojimu" tukas Nyonya Kim

"gwenchana, setidaknya omma datang" balas Seokjin

Nyonya Kim tersenyum, diapun nampak meraih Seokjin dalam pelukannya

"gomawo" ucap Nyonya Kim

"kenapa omma berterimakasih padaku?" tanya Seokjin bingung

"omma berterimakasih karena walaupun kau melupakan omma, kau masih bersikap hangat pada omma" jelas Nyonya Kim

Seokjin tak membalas, namja itu mengangguk dan segera merekahkan senyumannya dalam pelukan Nyonya Kim. Ada rasa nyaman yg bernaung dihati Seokjin mendapati pelukan Nyonya Kim, membuatnya seketika merasa ketenangan.

Lama Seokjin ada dalam pelukan Nyonya Kim, hingga sosok Hyomin yg tiba diruangan itu membuatnya melepaskan pelukan dari sang ibu.

"omma....itu Hyomin, yeoja chingguku" Seokjin menunjuk sosok Hyomin yg membatu

Nyonya Kim menoleh kemudian mengarahkan pandangan lurus pada Hyomin

"annyonghaseyo" sapa Hyomin sopan

Tak ada balasan dari Nyonya Kim, yeoja itu hanya tersenyum tipis seraya mengangguk pelan.

"kemarilah, ini ommaku" panggil Seokjin agar Hyomin mendekat

Dengan langkah ragu Hyomin mendekat, dan coba tersenyum hangat pada Nyonya Kim yg memandangnya lurus

"jadi kau yeoja chinggu rahasia Seokjin" Nyonya Kim memandang Hyomin penuh arti

"ne" Hyomin mengangguk

"sudah berapa lama kalian berpacaran?" Nyonya Kim coba menyelidiki

"sekitar tiga bulan" jawab Hyomin lancar

"selama itu kau tak memberitahu omma tentang keberadaannya" kini Nyonya Kim mengarahkan pandangannya pada Seokjin

"aku takut omma tak menyukai Hyomin, karena itu tak mengatakan tentang keberadaannya" balas Seokjin

"bagaimana mungkin omma melakukan itu, bagi omma siapapun pilihanmu omma akan tetap mendukungnya" Nyonya Kim mengusap rambut Seokjin

"jincayo?" Seokjin memandang lekat Nyonya Kim

"ne" Nyonya Kim mengangguk

Ada seulas senyum yg dikembangkan Seokjin mendengar hal itu dari Nyonya Kim

"didunia ini omma adalah orang yg paling menyayangimu, apapun yg kau inginkan omma akan selalu mendukungmu" lanjut Nyonya Kim

"gomawo omma" Seokjin mengusap pungung tangan Nyonya Kim

Nyonya Kim mengangguk, senyum kembali menghias wajahnya. Hyomin yg berada diantara mereka nampak ikut tersenyum, karena merasa Nyonya Kim ada dipihaknya.

"Hyomin...apa kau sudah sarapan?" tanyanya pada yeoja itu

"ajik" Hyomin menggeleng

"kalau begitu keluarlah, kita sarapan bersama" ajak Nyonya Kim

"bagaimana dengan Seokjin?" tunjuk Hyomin

"akan ada perawat yg mengantarkan sarapan padanya nanti, jangan terlalu khawatir" balas Nyonya Kim

Hyomin menatap Seokjin, namja itu terlihat mengangguk pelan seraya tersenyum seolah membiarkan Hyomin pergi

"kajja" ajak Nyonya Kim

"ne" sahut Hyomin "aku pergi" pamitnya pada Seokjin

"hmm" Seokjin mengangguk

Kedua yeoja itupun segera berlalu, membiarkan Seokjin sendiri diruangan tersebut. Selang beberapa saat setelah kepergian mereka, sosok Minhee tiba dengan membawa makanan untuk Seokjin. Tatapan datar namja itu segera menyapanya, membuat perasaan Minhee sedikit kacau.

"pagi" sapa Minhee coba bersikap biasa

Seokjin tak menjawab, matanya terus memandang lurus Minhee

"sebenarnya aku tak ingin mengunjungimu hari ini mengingat apa yg terjadi kemarin. Tapi rasa rinduku yg bertumpuk sejak semalam memaksa aku datang, karena itu aku kemari dan membawakan bubur buatanku untukmu" terang Minhee tanpa diminta

Seokjin diam, dia memandang lurus Minhee yg coba mengukir senyum diwajahnya

"aku memasak bubur untukmu, apa kau mau memakannya?" tanya Minhee kemudian

Masih tak ada jawaban dari Seokjin, membuat perasaan sesak seketika merayapi dada Minhee

"atau kau ingin membersihkan diri terlebih dulu, aku akan membantumu jika kau tak bisa melakukanya sendiri" Minhee meletakkan bubur yg dibawanya kemudian mendekat pada Seokjin.

jemari yeoja itu mengulur meraih kancing kemeja Seokjin, namun sebelum Minhee melepas kancing kemeja tersebut tangan Seokjin cepat menahannya.

"sebenarnya siapa kau?" tatapan Seokjin kian dingin pada Minhee kini

"siapa aku sebenarnya, apa itu suatu yg penting untukmu sekarang? Semua tentangku sudah menghilang dari pikiranmu bukan. tak ada satupun yg kau ingat tentang diriku, kau menghapus semuanya seperti yg kuminta" balas Minhee memandang lurus Seokjin

Seokjin mendapati ketidak berdayaan dimata Minhee, namun coba disembunyikan yeoja itu dengan ekspresi datarnya

"aku...sebenarnya tak ingin berjuang untuk menarikmu, karena kupikir itu sia2. Tapi untuk berhenti aku tak bisa melakukannya, rasa cintaku terus memaksa agar aku berusaha membawamu kembali. Mereka menghadirkan rasa takut dihatiku, sehingga walau terasa berat aku harus tetap menarikmu" suara Minhee terdengar berat kini

Tangan Minhee menggepal kuat dalam genggaman tangan Seokjin, seolah berusaha menahan sedih agar tak terlihat Seokjin.

"hanya beri aku kesempatan, biarkan aku membawa kenangan kita padamu. kalau setelah aku berusaha kau masih juga tak mengingatku, maka aku akan menyerah. Aku akan membiarkanmu bahagia dengan yeoja itu, tapi kumohon beri kesempatan padaku untuk menarikmu" pinta Minhee dengan mata berkaca2

Ada rasa sakit dihati Seokjin melihat itu, namun kenangan Minhee yg menghilang dikepalanya membuat namja itu mengabaikan rasa sakit tersebut.

"apa kenangan antara kau dan aku begitu berarti bagimu sehingga kau ingin aku mengingatnya?" tanya Seokjin

"hmm" sahut Minhee

"apa itu sesuatu yg indah dan membuatmu berharap aku tak meninggalkannya?" tanya Seokjin lagi

"ne...itu sangat indah, bahkan terlalu indah karena itu aku tak ingin kau melupakannya" Minhee tak sanggup lagi menahan airmatanya

Seokjin terkejut melihat airmata Minhee, sementara yeoja itu sudah membuang pandangannya tak ingin Seokjin mendapati itu.

"kalau begitu ambillah satu kesempatan dariku, dan coba bawa kenangan yg kau sebut indah itu. aku ingin tahu keindahan seperti apa yg kita lewati berdua, hingga kau begitu ingin aku mengingatnya" ucap Seokjin dengan mata yg menatap lekat Minhee

Minhee mengarahkan pandangannya pada Seokjin yg masih memandang lekat padanya. Segera jemari Seokjin mengusap airmata dipipi Minhee menghadirkan sebuah getaran indah dihati namja itu.

"apa ini?" bisik Seokjin dengan jemari yg masih menyentuh pipi Minhee

Tak ada jawaban untuk namja itu, getaran indah itu kian dirasanya saat Minhee menyentuh pungung tangan Seokjin yg menyentuh pipinya

"gomawo" ucap Minhee dengan senyum tipis

Seokjin tak membalas, namja itu masih tercenung karena getaran indah dihatinya

"apa yg ingin kau lakukan sekarang? kau ingin membersihkan diri atau ingin aku menyuapimu sarapan" tanya Minhee dengan wajah yg terlihat sedikit cerah kini

Tak ada sahutan dari Seokjin, dia masih termenung dengan pandangan yg mengarah pada Minhee membuat yeoja itu memandangnya bingung

"Seokjin-a" panggil Minhee

"ne" Seokjin tersentak

"whaeyo? apa yg kau pikirkan?" tanya Minhee sedikit khawatir

"ani...amugeot-do aniyo, memangnya apa yg bisa kupikirkan dengan isi kepala yg sudah kosong" balas Seokjin

Minhee tersenyum tipis karena itu, membuat getaran dihati Seokjin menari semakin indah untuknya

"sebaiknya kau sarapan dulu, setelah itu baru membersihkan diri" Minhee menuang bubur kedalam mangkuk

Seokjin terus mengarahkan pandangannya pada Minhee, mencoba mencari arti getaran yg hadir dihatinya. Namun apa yg namja itu lakukan sia2, tak ada yg bisa didapatkan olehnya selain tanda tanya.

Kini Seokjin membiarkan Minhee menyuapinya bubur, berusaha menikmati getaran indah yg hadir dihatinya bersama yeoja itu.

Sama halnya dengan Hyomin yg juga nampak menikmati sarapannya dicaffe tak jauh dari rumah sakit. yeoja itu terlihat lahap menyantap makanan yg tersaji, tanpa menyadari tatapan Nyonya Kim padanya. sampai akhirnya tanpa sengaja pandangannya mengarah pada Nyonya Kim membuat yeoja itu menghentikan makannya

"imo...kenapa imo tak menyantap sarapan imo?" tanyanya bingung

Nyonya Kim melipat tangannya didada, kemudian menyandarkan tubuh dikursi

"siapa sebenarnya kau ini?" tanya Nyonya Kim dengan tatapan tajam

"aku...Hyomin, yeoja chinggu rahasia Seokjin bukankah imo sudah tahu itu" Hyomin nampak sedikit gugup

"tak ada hal seperti itu dikehidupan putraku agassi, kalau kau mau mengarang cerita dihadapanku buatlah sesuatu yg lebih menarik dari itu" balas Nyonya Kim

"imo...aku tak mengarang cerita" tukas Hyomin

Nyonya Kim kini meletakkan sikunya diatas meja, masih menatap tajam Hyomin

"agassi....aku tahu pasti siapa putraku, dia...bukan namja yg bisa menyembunyikan sesuatu dariku. Walaupun dia berusaha keras menutupinya, aku akan segera tahu hal tersebut. jadi...jangan coba mengurai kebohongan dihadapanku karena itu tak ada gunanya" ujar Nyonya Kim dengan nada dingin

Hyomin semakin merasa gugup saat itu, namun berusaha untu terlihat tenang

"jadi...anda juga meragukanku seperti yg lainnya" Hyomin nampak menegakkan posisi duduknya

"tak ada alasan bagiku untuk percaya padamu" balas Nyonya Kim

"imo, tapi aku benar2 yeoja chinggu Seokjin" Hyomin coba meyakinkan Nyonya Kim

Nyonya Kim tersenyum tipis, membuat Hyomin mengerutkan keningnya

"kau kira sedang berhadapan dengan siapa agassi, kebohonganmu itu tak akan bisa membuatku yakin apa kau tahu" tukas Nyonya Kim

Hyomin memandang lurus Nyonya Kim yg masih merekahkan senyum tipis diwajahnya

"bagaimana mungkin kau masuk dalam kehidupan putraku disaat sosok Minhee masih ada dihatinya. Bahkan aku sendiri tak mampu mengusik rasa cintanya pada yeoja itu, jadi bagaimana bisa kau melakukan hal tersebut. Seokjin tak cukup gila meninggalkan Minhee, karena dia begitu mencintai yeoja itu" ungkap Nyonya Kim

"tapi dia sama sekali tak mengingat yeoja bernama Minhee itu, yg dia ingat saat Seokjin membuka mata itu aku" sambut Hyomin

"aku tak tahu apa yg kau lakukan pada putraku sampai dia bisa mengingatmu dan melupakan Minhee. Tapi satu hal yg kuketahui saat ini adalah, yeoja dihadapanku sedang merangkai sebuah kebohongan. Sebagai omma Seokjin aku harus mengusirmu jauh, karena kalau tidak putraku bisa jatuh dalam kebohongan yg kau bangun untuknya" ujar Nyonya Kim

"kalau begitu lakukan, buat aku menjauh darinya dan lihat apa yg terjadi pada putra imo setelah itu. Dia akan begitu merasa kehilanganku, dan akhirnya menjadi gila karena tak ada yg diingatnya sekarang selain aku. Kalau imo mau putra imo mengalami hal itu, maka lakukan. Singkirkan aku dari sisi Seokjin, dan akhirnya imo kehilangan putra yg imo kasihi" tantang Hyomin

Ada rasa gusar dihati Nyonya Kim mendengar itu, membuat Hyomin menangkap hal tersebut tersenyum tipis. Tak ingin kembali disudutkan oleh Nyonya Kim, yeoja itupun nampak bangkit dari duduknya

"gamsahamnida untuk sarapan yg imo berikan padaku, dan juga rasa tak percaya yg sudah imo tunjukkan. Setidaknya apa yg kudapatkan pagi ini bisa membuatku lebih berhati2 dalam melangkah kedepan. Aku tak akan mudah percaya lagi pada siapapun, karena orang2 disekitar Seokjin bukan orang2 yg mempercayaiku" tukas Hyomin

Tanpa berpamitan Hyomin segera berlalu, bersama tatapan lurus Nyonya Kim padanya. Yeoja itu terus melangkah cepat meninggalkan caffe tersebut untuk kembali kerumah sakit.

Dengan terus bersungut yeoja itu akhirnya tiba dirumah sakit, dan segera menuju kamar Seokjin. Ketika tubuhnya tiba diruangan tempat Seokjin dirawat, Hyomin cepat memburu langkahnya melihat Minhee yg membantu Seokjin melepas kemejanya

"ya...apa yg kau lakukan?" Hyomin segera mendekati Seokjin membuat pandangan namja itu dan juga Minhee mengarah padanya

"whaeyo? aku hanya membantu Seokjin melepas pakaiannya karena dia mau membersihkan diri" jawab Minhee ringan

"bagaimana bisa orang lain sepertimu melakukan itu pada namja chingguku?" Hyomin mengeser Seokjin kesisinya

"ya...kaulah yg orang lain disini, aku yeoja chinggu Seokjin sebenarnya"

"itu sebelum dia melupakanmu, sekarang dia hanya mengingatku jadi akulah yeoja chinggunya"

"itu tak membuatmu menjadi yeoja chinggunya, Seokjin hanya tak ingat padaku. setelah aku membantunya menarik kembali kenangan kami, maka kau akan tersingkir" Minhee nampak percaya diri

"kau bahkan sudah tersingkir dari pikiran Seokjin, karena itu sebaiknya kau pergi sekarang"

"aku tak akan pergi, karena Seokjin adalah namja chingguku"

"jangan bermimpi, kau hanya bagian dari masa lalu yg sudah terhapus dari dalam ingatannya"

"Seokjin akan kembali mengingatku, dan kau yg akan terhapus setelah itu" balas Minhee sengit

"aku tak akan membiarkanmu kembali" Hyomin tak mau kalah

"dan aku tak akan membiarkanmu terus bertahan" sambut Minhee

"geumanhae" lerai Seokjin saat Hyomin akan buka suara

Kedua yeoja itu terlihat memandang Seokjin bersamaan

"aku akan membersihkan diriku, kalian berhentilah bertengkar. Aku tak mau mendengar keributan lagi, jangan buat pagiku memburuk karena pertengkaran kalian" ucapnya kemudian

Seokjin segera berlalu kekamar mandi, bersama tatapan Hyomin dan Minhee. helaan nafas berat terdengar dari Minhee saat itu, membuat Hyomin menoleh padanya

"menyerah saja, tak ada yg bisa diingatnya darimu" ujar Hyomin seraya melipat tangannya didada

"kaulah yg harus menyerah, karena aku tak akan melakukan itu" balas Minhee

"kalau kau terus melangkah, kau hanya akan mendapati rasa sakit" Hyomin berujar dengan tatapan sinis

"justru rasa sakit akan terus kurasakan jika aku membiarkan Seokjin berjalan dalam kebohongan yg kau buat untuknya" Minhee membalas dengan pandangan tajam miliknya

"darimana kau tahu aku berbohong?" Hyomin melipat tanfan didada

"aku tahu kau berbohong karena aku mengenal Seokjin dengan baik. namja itu sangat mencintaiku, dan dia tak akan pernah mencari yeoja lain karena dihatinya hanya ada aku" sambut Minhee

"kalau memang dia begitu mencintaimu, kenapa dia melupakanmu dan justru mengingatku?" Hyomin memasang senyum mengejek kini

Minhee tak dapat menjawab, membuat Hyomin tersenyum senang

"itu tanda kalau namja itu tak benar2 mencintaimu, selama ini dia bertahan hanya karena tak ada pilihan. Dia tak bisa menarikku keluar karena abojinya tak suka dengan keberadaanku. Kalau saja Seokjin memiliki keberanian memperkenalkanku pada keluarganya, maka kau akan tersingkir jauh hari sebelum dia kehilangan semua ingatannya" Hyomin coba membuat Minhee menyerah

"dia bukan namja seperti itu, Seokjin-ku namja yg sangat mencintaiku" ucap Minhee coba meyakinkan hatinya

"kenapa kau begitu yakin dia begitu mencintaimu?" Hyomin memandang lekat Minhee

"Karena selama ini dia terus menjagaku, dan selalu ada disaat aku membutuhkannya" jawab Minhee yakin

"Itu tidak membuktikan apapun agassi. Karena siapapun bisa saja melakukan sandiwara seperti itu. Seokjin hanya bersandiwara..tidakkah kau tahu. Dia berusaha bersikap baik padamu selama ini agar hubunganmu dengannya terlihat meyakinkan. Sehingga...dia mudah menyembunyikan cintanya padaku" senyum Hyomin semakin merekah lebar

"ani...Seokjin bukan namja seperti itu, dia tak mungkin melakukan itu padaku" bantah Minhee

"jangan coba menyangkal, karena aku yakin hatimu meyakinkan hal itu juga" ucap Hyomin

Minhee tak mampu menjawab, yeoja itu terbungkam dengan ucapan Hyomin kini

"ya....apa kau pikir kau itu cukup indah, sehingga chingguku mau menjadikanmu yeoja chinggunya?" suara Doojoon terdegar diruangan itu

Hyomin dan Minhee menoleh, memandang Doojoon yg berjalan tenang menghampiri mereka

"kau dan Minhee itu ibarat gagak dan angsa, jadi bagaimana mungkin Seokjin berlari kearah gagak disaat tangannya memeluk angsa. Kalau kau ingin mengarang cerita, sebaiknya buat sesuatu yg masuk akal. Jangan membuat kebohongan terlihat nyata sehingga aku bisa mendapati itu dengan mudah" lanjut Doojoon dengan mata yg menatap lurus Hyomin

Giliran Hyomin terbungkam karena ucapan Doojoon, sementara Minhee tersenyum tipis mendengar kata2 namja itu

"sadarlah gagak buruk rupa, kau hanya mengkhayal memiliki bulu putih yg indah. Sampai kapanpun kau tak akan pernah memiliki keindahan bulu itu, walau kau berusaha mencuri seribu bulu bangau sekalipun. Kau akan tetap hitam dan tak terlihat jika malam tiba, berbeda dengan bangau yg selalu tetap indah kapanpun dan dimanapun. Jadi...daripada kau membuat sejuta khayalan tak masuk akal, sebaiknya kau menyingkir diam2. Cari kehidupan lain yg bisa kau usik, karena tempat ini tak sesuai denganmu" tukas Doojoon sinis

Hyomin menggepalkan jemarinya karena kesal, namun tak bisa melakukan apapun selain diam. Sampai akhirnya sosok Seokjin hadir kembali ditempat itu, membuat Hyomin segera berhambur kepelukannya.

"whaeyo?" tanya Seokjin bingung dengan sikap Hyomin

Doojoon dan Minhee yg melihat itu nampak tak suka dengan apa yg diperbuat yeoja itu.

"Seokjin...mereka sangat kejam padaku" adu Hyomin

"apa yg mereka lakukan?" Seokjin menjauhkan tubuh Hyomin darinya

"mereka bilang aku yeoja sampah, hanya karena aku tak memiliki orang tua" Hyomin berbohong

"ya...apa yg kau katakan? Kami sama sekali tak mengatakan itu" sanggah Doojoon

"jelas2 sudah mengatakannya, masih menyangkal" balas Hyomin

"kami tak pernah mengatakan itu padamu, jadi jangan mengarangnya" tunjuk Doojoon dengan tatapan tajam

"Seokjin" Hyomin bersembunyi dibalik tubuh Seokjin seolah mencari perlindungan

"kenapa kalian begitu kasar padanya? apa yg salah dari seorang yeoja yg hidup sebatang kara? Dia bahkan tak pernah meminta dirinya kehilangan orang tua, tapi kalian bersikap kasar padanya. seharusnya kalian melindungi Hyomin karena dia tak memiliki siapapun lagi didunia ini. tapi sekarang kalian justru menghinanya, seolah yeoja sebatang kara sepertinya tak cukup layak hidup didunia" Seokjin mempercayai kata2 Hyomin

"Seokjin...kami sama sekali tak mengatakan itu padanya, percayalah padaku" Minhee buka suara

"apa ini kesempatan yg kau minta dariku? Apa kesempatan yg sudah kuberikan mau kau pakai untuk menghina Hyomin sesuka hatimu? jangan karena semua orang berpihak padamu kau pikir kau bisa menjatuhkan harga diri Hyomin. Aku memberimu kesempatan karena kupikir kau tulus meminta itu. tapi ternyata, kau hanya menggunakan itu untuk memberi hinaan pada yeoja lain" Seokjin memandang datar Minhee

"aniyo...aku tak pernah menghinanya" Minhee membela diri

"dia berbohong Seokjin, jelas2 dia terus menghinaku karena aku tak memiliki orang tua. Dia mengatakan aku yeoja rendah tak bermartabat karena tak ada orang tua yg mengajariku untuk hal itu" Hyomin coba menyudutkan Minhee

"YA...Yeoja...kapan dia mengatakan itu padamu? jangan mengada2" Doojoon terlihat marah

"jangan membentaknya, hanya untuk menutupi kesalahan yg sudah kalian buat" larang Seokjin membuat Hyomin tersenyum tipis

"jadi kau membelanya, kau mempercayai semua kata2 yeoja ini" tunjuk Doojoon pada sosok Hyomin dibelakang tubuh Seokjin

"ne...aku mempercayainya, tak ada yg lebih kupercaya sekarang selain Hyomin" jawab Seokjin

Minhee merasa hatinya sakit karena itu, rasa sedih kembali menyapa hatinya setelah sejenak rasa itu pergi karena kebersamaan singkatnya bersama Seokjin.

"sekarang kalian keluarlah, kehadiran kalian disini hanya membuat awal hariku memburuk" usir Seokjin kemudian

"kau tak bisa melakukan itu pada kami Park Seokjin, kau tak bisa melakukannya" balas Doojoon

"aku bisa melakukannya, karena aku tak mengingingkan kehadiran kalian saat ini...atau selamanya" ucap Seokjin

Minhee segera berlalu dari tempat itu mendengar ucapan Seokjin, sementara Doojoon menatap tajam Hyomin

"kau puas sekarang yeoja licik, apa kau senang sekarang?" Doojoon berujat geram

"pergilah...jangan coba menekan Hyomin" kembali Seokjin mengusir Doojoon

Doojoon memandang Seokjin lurus, kemudian segera beranjak tanpa mengatakan apapun

"gomawo....karena memilih percaya padaku" Hyomin kembali memeluk Seokjin

"hmm" Seokjin mengusap pungung Hyomin

Senyum kemenangan terkembang dibibir Hyomin kini, tanpa disadari oleh namja yg memeluknya.

Sementara itu sosok Minhee nampak berjalan cepat menjauhi kamar Seokjin, membuat Doojoon yg mencari dirinya segera memacu langkah untuk menghampiri Minhee.

"gumiho" Doojoon menarik lengan Minhee

Langkah Minhee terhenti karena itu, dipandangnya Doojoon lurus kini

"oppa dengar, dia tak menginginkan kehadiranku sekarang dan selamanya" ucap Minhee dengan suara lemah

"dia mengatakan itu karena saat ini dia melupakan segalanya" Doojoon coba menghibur

"apapun alasannya aku tak mau tahu lagi, aku...menyerah" Minhee nampak putus asa

"ya....bagaimana kau bisa menyerah begitu mudah, kau akan membuat permainan ini tak berarti dimata yeoja itu karena membiarkannya menang begitu saja"

"jadi aku harus apa? tidakkah oppa lihat dia lebih mempercayai yeoja itu dibanding aku" Minhee nampak emosi

"karena itu buat dia percaya padamu, dengan begitu apapun yg kau katakan dia akan mendengarnya" Doojoon coba menghibur Minhee

"oppa pikir itu mudah" suara Minhee terdengar rendah

"kalaupun itu sulit memangnya kenapa? Bukankah kau seekor gumiho, tak ada yg tak bisa gumiho lakukan. kau siluman terhebat, kau bisa memikatnya kembali dengan pesonamu kemudian ambil hatinya dan bawa pergi bersamamu" balas Doojoon

Minhee terdiam, yeoja itu membuang pandangannya jauh kini

"dia menunggumu saat ini, hanya saja itu tak terucap dari mulutnya. Seokjin sedang kehilangan arah, kalau kau menyerah dia akan tersesat. Karena itu kau harus mengejarnya, walau kau akan mendapatkan seribu kesakitan jangan berhenti. Lakukan seperti apa yg pernah dilakukan namja itu saat coba mengejarmu. Tunjukkan padanya kalau tak ada yg bisa menghentikanmu mencintainya, seperti apa yg dilakukannya dulu" Doojoon memberi semangat

Minhee melangkah mundur, dan terduduk disebuah kursi yg ada disana. Doojoon yg mendapati itu ikut duduk disisi Minhee dan merangkulnya

"gumiho...kau tak sendiri melewati ini, jadi bertahanlah. Kami mengandalkamu menarik Seokjin kembali, karena itu jangan menyerah" ucap Doojoon

Minhee menatap Doojoon, kemudian menganggukkan kepalanya pelan. Seulas senyum segera dikembangkan Doojoon untuknya, membuat Minhee memeluk tubuh namja itu erat

"gomawo...setelah aku mengabaikan cinta oppa...oppa masih menyemangatiku dengan baik seperti sekarang. aku...benar2 merasa tak sendirian setiap kali oppa mengingatkanku seperti ini" ucap Minhee dalam pelukan Doojoon

"aku hanya ingin terlihat keren dimatamu karena itu melakukan hal ini, jangan berpikir aku ini namja baik yg bersedia menghiburmu saat kau sedang putus asa" sambut Doojoon

"ara, oppa memang napeun namja" Minhee mempererat pelukannya

Doojoon tersenyum tipis mendengar itu, dan mengusap lembut rambut Minhee membuat jutaan ketenangan hadir menyelimuti hatinya.

*

Seokjin yg duduk tenang didalam sebuah ruangan. Matanya nampak mengitari ruang tempatnya berada saat itu. Sebelum kemudian berhenti pada sebuah papan nama diatas meja yg bertuliskan Kim Junsu. Jemarinya sempat menyentuh benda ith sesaat, sebelum kemudian sosok pemilik ruangan datang dengan seulas senyum diwajahnya.

"mianhae....apa aku membuatmu menunggu lama?" tanya Junsu seraya duduk dikursinya

"ani" Seokjin menggeleng

Junsu semakin menarik senyumannya, seraya meraih berkas Seokjin yg baru dia terima dari Ailee.

"kau tahu kenapa sekarang kau ada disini?" tanya Junsu dengan jemari yg membuka berkas kesehatan Seokjin

"mollayo" jawab Seokjin

"kau ada disini karena sekarang kau adalah pasienku" jawab Junsu

"ah.." Seokjin mengangguk

"jadi...apa yg kau rasa sekarang? maksudku...selain kehilangan sesuatu yg harus kau ingat apa ada hal lain yg kau rasa?" Junsu melipat tangan diatas meja menatap Seokjin lurus

"aku merasa ada bagian yg terasa cukup asing bagiku namun ada bagian lain yg menghadirkan kenyamanan" jawab Seokjin

"apa saja rasa yg membuatmu merasa asing?" Junsu mencari tahu

"itu..." Seokjin nampak berpikir sesaat "sepertinya semua yg terasa asing hadir karena Hyomin. Aku merasa dekat dengannya, tapi....apa yg diucapkannya begitu asing ditelingaku" jelas Seokjin

"lalu...apa yg membuatmu nyaman?" tanyanya lagi

"sentuhan ommaku saat membelaiku pagi tadi, dan juga...walau aku tak mau mengakuinya tapi ketika aku menyentuh yeoja bernama Minhee ada rasa berdebar yg aneh didadaku" terang Seokjin

"tidakkah kau coba mengartikan semua ini?"

"aku sudah melakukannya, tapi karena tak ada yg kuingat jadi aku tak bisa mengerti apa arti perasaan itu"

"Memangnya apa saja yg bisa kau ingat?"

"Hyomin, Doojoon hyung, Minju, dan Namjoon" sebut Seokjin

"apa yg kau ingat dari mereka?"

"aku hanya ingat nama mereka, tapi tak bisa tahu siapa mereka dan apa hubungan mereka denganku"

"kalau kau tak tahu apa hubunganmu dengan mereka, kenapa kau bisa mengatakan kalau Hyomin adalah yeoja rahasiamu?" selidik Junsu

"itu karena aku merasa kenangan tentangnya cukup kuat, walau tak benar2 yakin bentuk kenangan itu seperti apa"

"tadi kau katakan sebelumnya apa yg dihadirkan yeoja itu padamu asing bagimu, perasaan asing seperti apa yg kau dapati darinya" pertanyaan kembali terurai dari Junsu

"aku hanya merasa asing tanpa tahu seperti apa perasaan asing itu" balas Seokjin

"jadi...sejauh ini sentuhan yg membuatmu nyaman dan terasa tak asing bagimu adalah sentuhan yg dihadirkan ommamu juga Minhee" Junsu menyimpulkan

"ne" Seokjin mengangguk

Junsu mengangguk, dan nampak mencatat beberapa hal didalam laporannya. Untuk sesaat ruangan itu senyap, Seokjin membiarkan Junsu sibuk dengan laporannya

"apa yg paling kau harapkan sekarang ini?" Junsu menatap Seokjin lurus

"aku berharap bisa menemukan kenangan milikku apapun bentuknya" jawab Seokjin

"kalau begitu kau harus berusaha mencarinya, karena tak ada yg bisa membantumu mendapatkan itu selain dirimu sendiri" saran Junsu

"bagaimana caraku mendapatkannya kembali?" Seokjin mencari tahu

"ikuti kata hatimu kemana kau mau berjalan, dan minta orang2 yg kau ingat menuntun jalanmu kembali" jawab Junsu

"aku harus meminta mereka semua membantuku"

"hmm" Junsu mengangguk

"tapi...saat ini diantara semua orang yg kuingat satu2nya yg bisa kupercaya hanya Hyomin" ujar Seokjin

"kenapa kau hanya mempercayainya?"

"karena sepertinya mereka cukup dekat dengan abojiku, jadi kupikir mereka memiliki kesempatan untuk berbohong tentang masa laluku"

"kau tidak bisa menyimpulkan seseorang berbohong padamu jika kau tak mendapatkan sebuah kebenaran. Karena itu sebelum menyimpulkan orang2 itu berbohong, carilah kebenaran lebih dahulu. Dengan begitu kau bisa tahu siapa diantara mereka yg berbohong dan siapa yg mengungkapkan kebenaran" terang Junsu

"bagaimana cara agar aku tahu mereka mengatakan kebenaran atau kebohongan?" kembali Seokjin bertanya

"cari tahu jawabannya sendiri, karena aku takut menjelaskannya padamu" balas Junsu

"kenapa anda harus takut?"

"karena sepertinya saat ini tak ada yg benar2 kau percayai, karena itu aku takut apa yg kukatakan hanya membuatmu menjauhiku. Jadi sebaiknya kau mencari tahu jawaban itu sendiri, agar kau kau tahu pada siapa kau harus percaya" urai Junsu

Seokjin diam sesaat, matanya terlihat memandang lurus Junsu yg merekahkan senyum hangat padanya

"algessemnida, aku akan coba mencari tahu sendiri" sahut Seokjin kemudian

Senyum Junsu semakin mengembang karena itu, bersama kepalanya yg terlihat mengangguk pelan

"kau sudah bisa kembali keruanganmu untuk istirahat" ucap Junsu kemudian

"ne" Seokjin mengangguk dan bangkit

Namja itu membungkuk sopan, kemudian berlalu meninggalkan Junsu. Selepas kepergian Seokjin, Junsu meraih ponselnya untuk menghubungi seseorang. Lama dia menunggu sampai akhirnya suara Minhee menyahut diujung panggilan.

"kemarilah...ada yg harus oppa bahas denganmu" perintahnya

"ne" sahut Minhee

Junsu mematikan panggilan dan nampak meneliti laporan kesehatan Seokjin. namja itu mempelajari dengan baik laporan itu sembari menunggu kehadiran Minhee. Lama Junsu menyibukkan dirinya diruangan itu, sampai suara ketukan pelan terdengar dipintu masuk ruang kerjanya.

"masuk" ucap Junsu

Sosok Minhee nampak memasuki ruangan itu, dan segera duduk setelah Junsu menunjuk kursi dihadapannya

"ada apa oppa memanggilku?" tanya Minhee sesaat setelah duduk

"oppa mau membahas mengenai kondisi Seokjin padamu" jawab Junsu

"memangnya kenapa dengan kondisinya?" Minhee mengerutkan keningnya

"tadi oppa baru mencari tahu apa yg dirasakannya saat ini, dengan menanyakan banyak hal padanya. Dari semua pertanyaan yg oppa ajukan padanya, oppa mendapatkan sesuatu yg mungkin bisa menjadi kunci untuk menarik ingatan Seokjin kembali" ungkap Junsu

"apa itu?" Minhee mencari tahu

"kau" Junsu menunjuk Minhee

"aku?" Minhee nampak bingung

"kenapa aku? bukankah oppa tahu dia sama sekali tak mengingatku?"

"dia tak mengingatmu, tapi dia tak lupa dengan sentuhanmu. Dia mengatakan padaku kalau dia merasa nyaman dengan sentuhan yg kau hadirkan. Itu berarti hati namja belum benar2 melupakanmu, karena dia mengatakan kalau dadanya berdebar saat menyentuhmu" terang Junsu

"jincayo?" sebuah harapan muncul dihati Minhee

"hmm" Junsu tersenyum tipis

Minhee mengembangkan senyuman, bersama harapan baru yg hadir dihatinya

"jadi apa yg bisa kulakukan agar dia kembali?" tanya Minhee kemudian

"usahakan selalu menemuinya, dan membangkitkan kenangan2 yg kalian miliki. Tapi jangan terlalu memaksa, karena saat ini rasa percayanya pada orang lain tidaklah besar. oppa takut jika kau terlalu memaksa, dia hanya akan menghindarimu" saran Junsu

"geraekunna" Minhee mengangguk

"saat ini Seokjin mungkin kehilangan bayanganmu dipikirannya, tapi hati namja itu masih mengingat dengan baik dirimu. Kau bisa mencoba menyentuh perasaannya dengan rasa cinta yg kau miliki, sehingga secara bertahap diapun mulai mendapatkan kenangan yg sekarang ini dilupakannya"

"sebenarnya kenapa Seokjin bisa melupakan semuanya, tapi mengingat sebagian orang termasuk yeoja asing itu?" Minhee nampak mencari tahu

"oppa juga tak tahu, karena hal ini baru terjadi. Untuk saat ini pihak rumah sakit hanya bisa menyimpulkan dia terkena amnesia karena kecelakaan yg dialaminya, selebihnya kami tak berani membuat kesimpulan lain" jawab Junsu

"apa ada kemungkinan Seokjin kehilangan ingatan selamanya?" tanya Minhee

"untuk kasus hilang ingatan yg diderita seseorang yg mengalami kecelakaan biasanya tidak berlangsung permanen atau selamanya. Kita masih bisa membuatnya mengingat kenangan yg pernah dijalani dengan melakukan terapi atu mencoba mengulang kembali kenangan2 yg berhubungan dengan masa lalunya. kecuali pada pasien yg pernah menjalankan tranplantasi sum-sum tulang belakang, biasanya pasien akan mengalami amnesia permanen dan tak akan bisa mengingat kembali apa yg terjadi padanya" terang Junsu

"jadi Seokjin akan segera mengingat semua kenangannya jika aku terus mencoba menarik kenangan itu untuknya" Minhee menyimpulkan

"hmm" Junsu mengangguk

"kalau begitu aku akan terus berusaha menarik ingatan namja itu, agar dia kembali mengingat siapa diriku dan menjadi Kim Seokjin yg dulu" Minhee mulai bersemangat

Junsu tak membalas, namja itu hanya merekahkan senyum hangat pada Minhee untuk menambah semangat yg muncul dihatinya.

*

Hyomin terlihat memasuki apartement Seokjin bersama sosok Tuan Kim. Sampai didalam kediaman namja itu, Hyomin terlihat mengitari pandangannya meneliti termpat itu.

"ini rumah Seokjin, selama ini dia tinggal sendiri disini walau terkadang Minhee suka datang menginap. Kau bisa memakai kamar itu untuk tidur" tangan Kim menunjuk sebuah kamar pada Hyomin.

Hyomin tak membalas, dia memandang Tuan Kim lurus

"kenapa anda begitu baik padaku? apa anda memiliki maksud tertentu?" Hyomin curiga

"aku tak memiliki maksud apapun, seperti yg kukatakan dirumah sakit tadi aku tak ingin kau merasa tak nyaman karena tidur disofa ruang tempat Seokjin menginap karena itu mengantarmu kemari. Bagaimanapun juga walau aku tak benar2 yakin menurut pengakuan Seokjin kau adalah yeoja chinggunya, jadi aku tak bisa membiarkan yeoja yg Seokjin suka mendapat ketidak nyamanan" balas Tuan Kim mencoba terlihat tenang

Hyomin terdiam, matanya kembali meneliti kediaman Seokjin

"kenapa dia tinggal disini? bukankah seharusnya sebagai putra dari pengusaha besar dia mendapatkan kediaman yg layak?" tanya Hyomin kemudian

"jadi kau pikir kediaman itu tak cukup layak untuknya" Tuan Kim memandang Hyomin lurus

"tentu saja, dia putra pengusaha besar dan akan menjadi pewaris kerajaan bisnis anda. Tidakkah terlalu kejam menghadiahkan apartement jelek ini padanya" ucap Hyomin

Tuan Kim tersenyum tipis mendengar ucapan Hyomin, sementara yeoja itu memandangnya bingung

"sepertinya Seokjin tak mengatakan apapun padamu tentang kenapa dia masih tinggal disini. Dengan itu aku sudah benar2 yakin kalau kau bukanlah yeoja special untuknya, karena kau sama sekali tak tahu banyak tentang putraku" urai Tuan Kim masih dengan senyum terkembang

"aku tak pernah meminta anda percaya padaku, bagiku yg terpenting adalah kepercayaan Seokjin. selebihnya aku tak mau perduli, karena aku hanya ingin cinta namja itu" balas Hyomin

Tuan Kim tak membalas, tanpa mengucapkan apapun diapun beranjak meninggalkan Hyomin sendiri.

selepas kepergian Tuan Kim, Hyomin nampak mengitari tempat tinggal Seokjin. Meneliti bangunan seperti apa yg selama ini ditempati oleh Seokjin.

"ini kediaman yg buruk untuk seorang putra pengusaha besar" komentarnya karena melihat fasilitas sederhana ditempat itu

Pelan Hyominpun memasuki kamar yang tadi ditunjuk oleh tuan Kim, dan menghempaskan tubuhnya diranjang yg pernah ditempat yeoja itu. Ada jutaan rasa penat yg menyapa tubuhnya kala itu, memaksa Hyomin segera terlelap dalam mimpinya.

Disaat yeoja itu sudah berlabuh kedunia mimpi, sosok Seokjin terlihat tercenung menatap bulan yg tak lagi bulat penuh. Senyap disekeliling namja itu menjadi sahabatnya, sampai akhirnya sosok Minhee duduk disisi Seokjin.

"kau" Seokjin mengarahkan pandangannya pada Minhee

Minhee tersenyum, kemudian ikut memandang bulan yg bersinar dilangit

"mianhae" ucapnya tanpa memandang Seokjin

"kenapa kau meminta maaf?" tanya Seokjin bingung

"karena sudah memperlakukan yeoja yg kau cintai dengan kasar" jawab Minhee

Seokjin tak membalas, matanya masih memandang Minhee yg masih mengarahkan pandangan kelangit

"seharusnya...aku bisa lebih baik padanya, karena bagaimanapun juga dia bagian dari dirimu sekarang" pelan Minhee mengarahkan pandangannya pada Seokjin

Ada teduh dimata Minhee yg didapati Seokjin, membuatnya enggan memalingkan wajah dari yeoja itu

"apa aku masih boleh memiliki kesempatan darimu?" tanya Minhee kemudian kali ini dengan jemari yg menyentuh pipi Seokjin

Debaran dihati Seokjin kembali hadir, menghadirkan keindahan yg sulit namja itu artikan

"aku ingin kau mengingatku lagi, karena itu berikan aku kesempatan itu" pinta Minhee

"berjanjilah untuk tidak menyakiti perasaan Hyomin, dengan begitu aku akan memberikanmu sebuah kesempatan" balas Seokjin

"ne...aku berjanji untuk tidak menyakitinya" ucap Minhee berat

Seokjin tersenyum tipis, membuat Minhee melakukan hal yg sama.

"gomawo" Minhee memeluk tubuh Seokjin

Seperti mendapat tarikan magnet, Seokjin ikut melingkarkan tangannya ditubuh Minhee membuat hati yeoja itu merasa nyaman.

Aroma Jasmine terhirup oleh Seokjin, menghadirkan perasaan tak asing dihatinya. Lama Minhee membiarkan pelukan Seokjin memberi hatinya kekuatan, hingga perlahan yeoja itu menjauhkan tubuhnya dari Seokjin.

"bukankah seharusnya kau beristirahat" kembali Minhee meraih wajah Seokjin dan mengusap pelan pipinya dengan ibu jari

"aku tak bisa tidur" balas Seokjin

"kalau begitu ayo jalan2" ajak Minhee

"oddie?" tanya Seokjin tak berusaha menolak

"hmm....sungai Han, kita kesana saja" balas Minhee kemudian

"hmm" Seokjin mengangguk

Minhee nampak tersenyum cerah, kemudian bangkit dan menarik Seokjin bersamanya. Keduanyapun segera beranjak dari sana, dengan menggunakan taksi mereka tiba disungai Han.

Minhee mengandeng tangan Seokjin turun dari taksi dan membawanya kesisi sungai Han. Kini keduanya berdiri menatap lurus, dengan jemari yg saling berkait

"kau tahu...ditempat ini, kita dua kali menjadi pengantin" Minhee mengungkap masa lalunya

Seokjin menoleh pada Minhee, begitupun sebaliknya

"saat kecil dulu, dan sebelum aku berangkat untuk belajar di Amerika" lanjutnya

Tak ada sahutan dari Seokjin, matanya masih memandang lekat Minhee

"mungkin kau melupakan itu, tapi aku ingat semuanya dengan baik. aku suka saat mengingat kau mengucapkan janji pernikahan padaku. ketika aku mengingatnya, aku merasa kau akan berada disisiku selamanya" urai Minhee dengan seulas senyum hangat untuk Seokjin

"itu...terdengar indah" balas Seokjin

"hmm...itu memang sangat indah, karena begitu indah aku selalu membayangkan kalau diriku akan benar2 menikah denganmu" suara Minhee terdengar bergetar karena rasa sedih yg menyusup perlahan dihatinya

Jemari Seokjin meraih wajah Minhee, dan mengusap pelan pipi yeoja itu karena mendapati sedih dimatanya

"mianhae...aku sangat kasar padamu terakhir kali kau datang kerumahku. Aku mengusirmu dan memintamu melupakanku dan juga semua kenangan tentangku. Saat itu aku benar2 marah hingga mengucapkan kata2 tak masuk akal itu. Tanpa kusangka ternyata kau benar2 melupakanku, dan tak membiarkan kenanganku muncul dalam pikiranmu" mata Minhee kembali berkaca2

"kenapa saat itu kau marah padaku dan memintaku melupakanku?" Seokjin mencari tahu

"itu karena kau melupakan janjimu, untuk pertama kali didalam hidupmu kau mengabaikan janji yg kau buat denganku. Aku benar2 merasa sangat marah mengingat kau melupakannya begitu saja, hingga akhirnya bersikap kasar padamu" ungkap Minhee

"kau terdengar arogan" komentar Seokjin

"ya...bagaimana kau bisa mengatakan itu padaku?" Minhee memukul bahu Seokjin pelan seraya tersenyum

Kembali Seokjin diam, jemarinya masih menyentuh pipi Minhee yg memberikan rasa hangat didadanya. Minhee ikut menikmati kebungkaman Seokjin, menatap lekat mata namja itu berusaha menarik cinta dihatinya.

"Seokjin....bisa kau mencium bibirku" pinta Minhee diantara senyap yg menghiasi kebersamaan mereka

"kenapa aku harus memberimu ciuman?" Seokjin balas bertanya

"karena kau mencintaiku" jawab Minhee

"tapi yeoja chingguku adalah Hyomin"

"dia mungkin yeoja chinggumu saat ini, tapi yeoja yg kau cintai hanya aku"

"jincayo?" Seokjin mencari kejujuran dimata Minhee

"hmm" Minhee mengangguk

Minhee memejamkan matanya pelan, membuat Seokjin semakin memandang lekat yeoja itu. Kembali sebuah tarikan seakan terasa dihati Seokjin membuatnya perlahan mendekatkan wajah pada Minhee, dan mengecup bibir yeoja itu lembut.

Hangat semakin mengalir didada Seokjin saat bibirnya menyentuh bibir Minhee, membuat namja itu segera menarikan bibirnya diatas bibir yeoja itu.

Minhee yg terhanyut dengan kecupan Seokjin segera melingkarkan tangannya dileher namja itu, membiarkan hangat semakin menghiasi hati Seokjin.

Lama keduanya berbagi hangat kecupan, sampai akhirnya Seokjin melepas kecupan itu dan memandang lurus Minhee yg perlahan membuka matanya

"gomawo" ucap Minhee lembut

"hmm" balas Seokjin

Kembali Minhee memeluk Seokjin yg segera dibalasoleh namja itu. Angin malam yg dingin terusir pergi seketika, karena pelukanhangat yg mereka bagi ditempat itu

*
TBC

Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement

🌻HAEBARAGI🌻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro