Missing You #4
"agassi" Namjoon menguncang pelan tubuh Minhee yg tertidur diatas meja kecil dihadapannya
Yeoja itu membuka matanya, dan segera menegakkan tubuh memandang Namjoon
"sudah pagi" ucapnya melihat sinar matahari yg mengintip dari celah jendela
"ne" Namjoon mengangguk
"dan tak ada tamu untukku" Minhee memandang Namjoon kini
"hmm" Namjoon kembali mengangguk
Minhee menarik nafas dalam, jemarinya kini meraih kain putih dibalik hanboknya dan menatap itu lurus
"apa yg harus kulakukan? kain ini masih berwarna putih seperti saat nyonya Hong menyerahkan padaku" gumam Minhee pelan
Namjoon merasa bersalah karena itu, jemarinyapun segera meraih kain itu
"aku akan membantu agassi membuat kain ini dihiasi noda darah" ucapnya
"ne?" Minhee memandang bingung Namjoon
Namjoon menjawab kebingungan Minhee dengan mengores jari tangannya dan meneteskan darah diatas kain itu
"Namjoon kenapa kau melakukan itu?" Minhee membulatkan matanya
"kalau tidak melakukan ini, agassi akan diusir pergi dari wisma ini dan aku akan sangat merasa bersalah karena itu" jawab Namjoon
"tapi kau tak harus melukai dirimu" Minhee menatap cemas Namjoon
"luka ini akan sembuh, agassi tak harus khawatir"
"tapi..."
"berikan saja ini pada pengurus Gu, agar bila nyonya pulang dia tak memarahi anda" Namjoon memberikan kain itu kembali pada Minhee
"Sirro....aku tak mau membohongi nyonya" Minhee menepis kain tersebut
"agassi"
"Namjoon....Kenapa aku harus berbohong hanya untuk bertahan ditempat ini?"
"agassi harus berbohong agar agassi tetap bertahan disini"
"aku bisa bertahan dengan kemampuanku Namjoon, bukan dengan kebohongan"
"tapi agassi.."
"Namjoon jangan menyuruhku membuat sebuah kebohongan, karena sebuah kebohongan akan menghadirkan kebohongan lain. aku tak mau hidup dipenuhi kebohongan, karena itu biarkan aku menjalankan semuanya dengan jujur" potong Minhee
Namjoon menghela nafas dalam mendengar ucapan Minhee
"carikan aku kain putih lain, jangan sampai pengurus Gu mendapati itu dariku" pinta Minhee
"ne" Namjoon mengangguk
Segera namja itu berlalu mencari kain yg Minhee minta, dan membiarkannya mematung dikamar itu.
"kenapa kau selalu berusaha mengorbankan dirimu karena aku? tidakkah kau merasa lelah melakukan itu Kim Namjoon?" gumam Minhee sendiri
Minhee ternggelam dalam senyap diruangan itu, karena tak ada yg membalas ucapannya.
Disisi lain sosok Seokjin terlihat menikmati embun disebuah bukit tak jauh dari rumahnya.
Udara segar yg didapatinya ditempat itu membuat Seokjin merasa nyaman dan tenang.
"oppa..." Suara Minju membuat Seokjin berpaling
Nampak olehnya Minju yg berlari kearahnya, membuat senyum merekah dibibir Seokjin.
"oppa" panggilnya lagi saat sudah berada dihadapan Seokjin
"bagaimana kau tahu oppa disini?" Seokjin mengusap rambut Minju
"bukankah oppa memang sering kemari untuk menikmati pagi" jawab Minju
"ah...majayo" Seokjin mengangguk pelan
Namja itu memandang lurus kini, membuat Minju menatapnya lekat
"oppa" panggil Minju lagi
"hmm" sahut Seokjin tanpa berpaling
"apa oppa itu oppaku?" tanyanya tiba2
Seokjin menoleh pada Minju yg sudah memandangnya lekat
"apa menurutmu oppa ini bukan oppamu?" Seokjin balas bertanya
"molla...aku tak benar2 tahu, aku merasa oppa adalah oppaku tapi terkadang merasa oppa bukan oppaku" balas Minju
"memangnya apa yg membuatmu berpikir oppa bukan oppamu?" kembali Seokjin bertanya
"aku berpikir seperti itu karena sikap oppa terlihat aneh"
"mungkin kau merasa seperti itu karena sudah lama tak melihat oppa, bukankah kita berpisah saat oppa pergi kemedan perang" Seokjin coba membuat alasan
"apa begitu?" Minju tak yakin
"tentu saja" balas Seokjin
"ne...mungkin begitu" Minju mengurai senyum tipis
"jangan menanyakan itu lagi, oppa adalah oppamu sekarang maupun dimasa mendatang" Seokjin mengusap pipi Minju
"ne" Minju mengangguk dengan semu merah yg menghiasi wajahnya
Senyum Seokjin mengembang lebar melihat semu itu, cepat dia menarik tangannya agar wajah Minju tak semakin memerah. Pelan dia kembali mengarahkan pandangannya lurus, membiarkan Minju tenang disisinya.
sementara itu di istana, Doojoon terlihat tak menyentuh sarapannya. Bayanga wajah Minhee yg terus menganggu membuat namja itu kehilangan nafsu makan.
"yg mulia pangeran, kenapa anda tak memakan sarapan anda?" tanya sekertaris Ho
"aku tak selera makan" Doojoon menjauhkan meja yg berisi makanan dari tubuhnya
"apa ada makanan yg tidak anda suka sehingga anda menjadi tak berselera makan?" sekertaris Ho mencari tahu
"aniyo...aku tak selera makan karena memikirkan Sulyu" jawab Doojoon malas
"Sulyu" ulang sekertaris Ho "ada apa dengan Sulyu?" tanyanya kemudian
Doojoon tak menjawab, namja itu terlihat bangkit meninggalkan makanan yg terhidang
"cepat bereskan ini" perintah sekertaris Ho sebelum mengikuti langkah Doojoon
Dengan sedikit kesulitan namja itu menemui Doojoon yg sudah duduk dihadalam depan istananya, dan menatap langit pagi yg tak berhias awan.
"yg mulia pangeran, apa yg terjadi?" tanya sekertaris Ho karena bingung dengan sikap Doojoon
"jangan ganggu aku, kau membuat Sulyuku menghilang" balas Doojoon
"ah...ne" sekertaris Ho mengangguk kemudian melangkah mundur memberi jarak pada Doojoon
Dari jauh dia memperhatikan Doojoon yg terus menatap langit, membuat rasa bingungnya semakin bertambah.
"apa yg kau lakukan semalam? Apa ada namja yg menemuimu dikamar itu?" tanyanya pada kosong
Sekertaris Ho yg mendapati Doojoon bicara sendiri nampak mengerutkan keningnya, tapi tak benar2 mendapati ucapan yg dikeluarkan Doojoon
"aku merindukanmu, dan ingin melihatmu pagi ini" keluh Doojoon
Kini pandangan sekertaris Ho mengarah pada dayang2 yg ada dibelakangnya
"apa ada yg mendengar ucapan yg mulia pangeran?" tanyanya
Semua dayang nampak menggeleng, membuat sekertaris Ho menghela nafas dalam
"apa yg terjadi sebenarnya? Kenapa yg mulia pangeran bersikap aneh?" sekertaris Ho nampak cemas
Tak ada yg bisa memberi jawaban pada namja itu, seolah membiarkan perasaan gusar menari2 dihatinya.
"sekertaris Ho" panggil Doojoon setelah cukup lama bicara sendiri
Sekertaris Ho segera menghampiri Doojoon dan membungkuk pada namja itu
"perasaan apa ini?" tanyanya seraya menoleh pada namja itu
"perasaan apa yg anda maksud yg mulia?" sekertaris Ho balas bertanya
"aku merasa dadaku sesak sekarang, dan kemanapun aku pergi selalu melihat bayangannya. Aku berusaha melepaskan bayangan itu, tapi tak benar2 bisa melakukannya. Aku masih bisa merasakan lembut pipinya dibibirku, dan juga kedua jemari ini. semua keindahan yg dihadirkan padaku benar2 terbayang jelas hingga sekarang" urai Doojoon
"apa anda sedang membicarakan seorang yeoja yg mulia?" sekertaris Ho
"apa kau berharap aku membicarakan Seokjin? Apa kau pikir aku bisa menyentuh pipi namja itu dengan bibir dan jemariku? Apa namja itu terlihat indah sampai aku harus terus memikirkannya?" balas Doojoon dengan wajah kesal
"jweisonghaeyo, hamba salah bertanya" balas sekertaris Ho seraya menunduk
Doojoon mendengus kesal, kemudian menatap lurus sekertaris istananya
"sekarang jawab aku, perasaan apa ini?" Doojoon mengulang pertanyaannya
Sekertaris Ho nampak berpikir sejenak, kemudian terlihat memandang Doojoon yg menunggu jawabannya
"aku rasa itu sebuah perasaan cinta" jawab sekertaris Ho dengan nada ragu
"cinta" ulang Doojoon
"ne...mungkin yg mulia sedang jatuh cinta sekarang, karena itu merasakan resah dan terus memikirkan sosok yeoja itu. pada umumnya orang yg pertama kali jatuh cinta akan sulit mengartikan perasaannya. Dia akan cenderung resah dan terus bertanya2 kenapa jantungnya tak berhenti berdebar setiap kali bayangan orang yg disukainya datang. berusaha menyingkirkan bayangan itu agar merasa tenang, tapi tak benar2 bisa melakukannya. Lalu pada akhirnya terus dihantui keresahan hingga tak bisa melakukan aktivitas apapun dengan baik. semua gejala itu terlihat dari yg mulia, karena itu aku pikir dugaanku kalau anda sedang jatuh cinta mungkin benar" urai sekertaris Ho
"apa kau pernah jatuh cinta sebelumnya?" tanya Doojoon
"tentu saja pernah" jawab sekertaris Ho
"karena itu kau tahu perasaan ini"
"begitulah" balas sekertaris Ho
Doojoon memegang dadanya, kemudian memandang lurus
"jadi ini cinta" gumam Doojoon pelan
Wajah Doojoon berubah mendung kini, namja itu bangkit dan menyilangkan tangan dibalik pungungnya
"aku sudah mengartikan perasaan ini, tapi aku rasa itu tak berguna karena aku tak bisa meraihnya" desahnya lemah
Sekertaris Ho yg mendengar itu nampak mematung, tak ada keberanian dihatinya bertanya lebih pada Doojoon. Kini namja itu hanya bisa menemani Doojoon yg tenggelam dalam bungkam, membiarkan namja itu menikmati sedih yg dirasa hatinya.
*Missing You*
Minju terlihat menarik tangan Seokjin kesebuah kedai yg menjual perhiasan. Sampai didepan meja sang pedagang Minju terlihat melepas jemari Seokjin dan mulai memilih perhiasan yg disukanya. Senyum Seokjin merekah melihat itu, namja itupun berdiri dibelakang tubuh Minju.
"oppa....bisa aku memiliki gelang ini" Minju menunjukkan dua gelang dari batu giok kehadapan Seokjin
"kalau kau menyukainya maka ambillah" ucap Seokjin
"jincayo?" senyum Minju merekah
"hmm" Seokjin mengangguk
"kalau begitu apa aku boleh memilih yg lain" pintanya
"pilihlah semua yg kau suka" Seokjin tak coba melarang
Minju nampak senang mendengar itu, dengan semangat diapun memilih perhiasan yg diinginkan. Sementara Minju memilih, Seokjin terlihat mengitari pandangannya kesekeliling pasar. Puluhan lampion yg terpajang diatas pasar tersebut sedikit menarik perhatiannya.
"kenapa semua orang memasang lampion?" tanyanya seraya mengarahkan pandangan pada pedagang perhiasan tersebut
"itu dipasang untuk merayakan kemenangan kerajaan kita atas dinasti Manchu juga sebagai penghargaan dari masyarakat atas jasa panglima Park yg mampu memenangkan perang besar itu" jawab sang pedagang
"ah.." Seokjin mengangguk
Minju yg mendengar itu segera mengarahkan pandangannya pada Seokjin
"oppa itu berarti semua orang memasang lampion untukmu" ucapnya pada Seokjin
Sang pedagang memandang Minju begitupun dengan Seokjin
"apa anda panglima Park?" tanya pedagang itu yg sudah menatap sosok Seokjin
"ne...oppaku adalah panglima Park yg membunuh panglima dari Manchu" Minju menjawab untuk Seokjin
Pedagang itu memperhatikan Seokjin lekat, namja itu baru menyadari lencana yg terpasang dipinggang Seokjin.
"oo...Panglima Park, ada disini" teriak namja itu keras
Seketika isi pasar menoleh pada sosok Seokjin, membuat namja itu salah tingkah
"panglima Park terimalah penghormatan kami" ucap seorang namja diantara para pengunjung pasar seraya bersujud dihadapan Seokjin
Semua segera mengikuti namja itu, membuat Seokjin semakin salah tingkah melihat satu persatu dari mereka bersujud dihadapannya
"apa yg mereka lakukan?" gumam Seokjin pelan
"mereka memberi penghormatan pada oppa karena oppa sudah berjasa pada negeri" jelas Minju
"tapi mereka tak harus bersujud dihadapan oppa, karena oppa merasa tak nyaman diperlakukan seperti ini" balas Seokjin
"kalau begitu katakan pada mereka agar bangkit, maka mereka akan berdiri" tukas Minju
Seokjin menatap yeoja itu sejenak, kemudian memandang semua masyarakat yg masih bersujud
"bangunlah, aku tak pantas mendapatkan penghormatan seperti ini dari kalian" tukas Seokjin
Seperti yg dikatakan Minju, semua yg bersujud dihadapan Seokjin segera berdiri kembali
"jangan pernah melakukan hal ini lagi, sudah jadi kewajibanku menjaga kalian karena aku diangkat oleh negara untuk tugas itu. Kalian tak harus menghormatiku seperti ini, karena aku ada untuk melayani kalian" ucap Seokjin bijak
"panglima Park memang orang yg bijaksana, tak heran jika yg mulia raja menjadikannya sebagai panglima perang" komentar salah satu masyarakat
Beberapa orang nampak mengangguk, membuat wajah Seokjin memerah karena pujian itu
"panglima...terimalah ini dariku" seorang yeoja maju memberikan sebuah kain sutera pada Seokjin
"dan ini hadiah dariku panglima, harap anda juga menerimanya" seorang namja ikut maju membawakan sekotak gingseng
Bagai tak mau kalah semua masyarakat kini maju untuk memberikan hadiah pada Seokjin, membuat tangan namja itu dipenuhi banyak barang
"panglima Park, kalau anda memiliki waktu bergabunglah untuk merayakan pesta yg kami adakan nanti malam. Kami akan menerbangkan puluhan lampion sebagai tanda rasa terimakasih kami pada anda. Harap anda bisa hadir untuk ikut melepas lampion itu bersama kami. akan menjadi sebuah kebanggaan jika anda bisa bergabung merayakan kemenangan kerajaan kita bersama kami masyarakat rendah" seorang namja tua meminta pada Seokjin
"algessemnida, aku akan datang menghadiri acara itu" Seokjin tak menolak
"gamsahamnida panglima Park" namja itu menjabat tangan Seokjin
Masyarakat lain tak mau ketinggalan, satu persatu dari mereka ikut menjabat tangan Seokjin. wajah namja itu terlihat bingung karena itu, membuat Minju yg melihatnya mengulum senyum.
Lama Seokjin melayani semua orang yg mau bersalaman dengannya, sampai akhirnya satu persatu masyarakat mulai meninggalkan tempatnya berdiri. Disaat tak ada lagi yg memintanya berjabat tangan, diapun mengalihkan pandangannya pada Minju yg masih mengulum senyum.
"whae? apa kau sedang menertawakan oppa?" ucap Seokjin melihat senyum Minju
Yeoja itu tak bisa menahan tawanya lagi, diapun mengurai tawa kecil membuat Seokjin merekahkan senyum
"kau senang melihat oppa melayani semua orang seperti itu" Seokjin mencubit pipi Minju
"aniyo...aku tersenyum karena wajah oppa sangat lucu saat menyalami semua orang tadi" terang Minju
Seokjin tak membalas, jemarinya nampak mengusap rambut Minju lembut
"sebaiknya kita bayar perhiasan yg mau kau ambil, dan segera pulang. barang2 ditangan oppa ini sangat berat, jadi oppa harus segera membawanya kerumah" Seokjin berujar sedikit bercanda
"aku hanya akan mengambil ini saja" Minju menunjuk dua gelang giok yg dipilihnya diawal
"whaeyo? kau tak ingin memiliki yg lain" Seokjin memandang lurus Minju
"ada banyak hadiah ditangan oppa, aku yakin ada satu yg cocok untukku jadi nanti aku akan memintanya pada oppa" balas Minju
"yeoja ini" Seokjin kembali mencubit pipi Minju
Minju tersenyum cerah, membuat Seokjin melakukan hal yg sama. namja itupun kemudian segera membayar, dan berlalu meninggalkan tempat itu menuju kediaman mereka.
setelah keduanya berlalu dari sana, sosok Minhee yg didampingi Namjoon datang ketempat itu. Minhee nampak memilih beberapa perhiasan ditemani Namjoon yg berdiri disisinya.
"aku ingin yg ini" Minhee mengarahkan sebuah jepit rambut perak pada sang pedagang
Namja itu segera meraih benda yg Minhee arahkan padanya, dan membungkus pada sebuah kain merah kemudian mengembalikannya pada Minhee. Namjoon mengulurkan uang pada namja itu membayar perhiasan yg dibeli Minhee, kemudian beranjak meninggalkan tempat itu.
"agassi" panggil Namjoon disela langkah mereka
"hmm" sahut Minhee yg terlihat mengarahkan pandangannya kesetiap sudut pasar
"apa pengurus Gu memarahi anda tadi?" Namjoon mencari tahu
"ne...dia memarahiku seperti nyonya memarahiku" Minhee tak menyanggah
"apa anda tak merasa sedih?" Namjoon memandang lekat Minhee
"kehidupanku sejak awal sudah menyedihkan, jadi untuk apa aku merasa sedih?" balas Minhee
Namjoon menghentikan langkahnya, menatap Minhee yg beranjak menuju jembatan kemudian menatap aliran sungai dibawahnya. Untuk sejenak namja itu mematung ditempatnya, sebelum akhirnya dia mengarahkan langkah menghampiri Minhee.
"agassi....jweisonghaeyo" ucap Namjoon pada Minhee
Minhee mengarahkan pandangannya pada Namjoon, dan menatap bingung namja itu
"kenapa kau meminta maaf?" tanya Minhee kemudian
"karena menjadi sebab agassi mengalami semua ini" jawab Namjoon
Minhee merekahkan seulas senyum mendengar ucapan Namjoon
"aniyo....aku sama sekali tak pernah menyalahkanmu karena apa yg kualami, jadi jangan pernah meminta maaaf lagi padaku" tukasnya
"tapi kalau saja dulu aku tak memaksa agassi untuk menerima tawaran nyonya Hong, mungkin agassi tak harus hidup sebagai gisaeng seperti sekarang" balas Namjoon
"aku menerimanya bukan karena kau memaksaku, aku memang ingin keluar dari Jeju karena itu menerima ajakan nyonya Hong" bantah Minhee
"jangan berbohong agassi, aku tahu anda menerima tawaran nyonya Hong karena ingin membawaku keluar dari Jeju. Sejak dulu akulah yg ingin meninggalkan tempat pengasingan di Jeju, karena itu andapun akhirnya menerima ajakan nyonya Hong dengan syarat membiarkan anda membawaku" sambut Namjoon
Minhee tak membalas, yeoja itu kembali mengarahkan pandangannya pada aliran sungai yg terlihat tenang
"kalau saja aku tak selalu mengatakan betapa aku ingin meninggalkan tempat itu, mungkin agassi tak pernah berpikir untuk mengikuti nyonya menjadi gisaeng. Aku benar2 menyesal karena selalu mengeluh pada agassi tentang kehidupan yg berat disana, dan menjerumuskan agassi kejalan ini" sesal Namjoon
"jangan bicara seperti itu, aku melakukannya karena kau selalu membantuku" Minhee menatap Namjoon yg nampak tertunduk
Giliran Namjoon yg membisu kini, hatinya dipenuhi rasa bersalah yg besar
"Namjoon....sejak omma yg menjagaku pergi, kaulah orang yg mengantikan omma menjagaku. Bahkan dulu saat seorang prajurit dari ibukota datang untuk menjahatiku, kaulah orang yg membantu melindungiku. Kau bahkan rela mendapatkan luka yg parah hanya karena tak ingin namja itu menyentuhku. untuk pengorbananmu yg seperti itu, apa yg kulakukan sekarang tak ada artinya. Karena itu jangan merasa bersalah, sebab apa yg kulakukan untukmu belum mampu membalas kebaikan yg kau berikan padaku" urai Minhee
"agassi" Namjoon memandang Miyoo lurus
"gomawo...karena sudah selalu memperhatikanku dan menjagaku. Sejak dulu hingga sekarang kau tak pernah bosan melakukan hal itu untukku. aku...merasa beruntung memilikimu disisiku, karena kalau saja tak ada dirimu mungkin aku tak akan mau hidup lagi didunia" ucap Minhee tulus
"agassi" Namjoon meraih jemari Minhee
"kita hadapi berdua saja, kesedihan hidup yg kita dapatkan ditempat ini. dengan begitu rasa sakit tidak terlalu kita rasakan, karena kita membaginya bersama" Minhee coba menarik seulas senyum indah dibibirnya
Namjoon ikut merekahkan senyumnya mendapati itu, diapun mengangguk pelan membalas ucapan Minhee. lembut Minhee menarik tangannya dari gengaman Namjoon, dan menatap aliran sungai.
"Namjoon...kenapa kau memberiku nama Sulyu?" tanya Minhee
"karena mata anda sebening air, dan sikap anda setenang aliran sungai" jawab Namjoon
"ah...geraekuna" Minhee mengangguk
Sejenak keduanya bungkam, membuat Namjoon ikut memandang aliran air dibawah jembatan itu.
"Namjoon" panggil Minhee
"ne" sahut Namjoon seraya menoleh
"kemana air ini akan mengalir?" tanyanya dengan pandangan yg mengarah pada Namjoon
"mungkin....kesebuah negeri bawah laut" jawab Namjoon
Namjoon nampak mengarahkan pandangannya pada aliran sungai kini
"jinca?"
"ne...dia akan membuat mata air baru didalam laut, tempat para ikan berkumpul mencari kesejukan" Namjoon kembali memandang Minhee
"kenapa dia harus membuat mata air baru?"
"karena mata air itu membuat kehidupan, setiap yg membuat kehidupan sudah tentu baik. dan setiap yg membuat baik akan selalu membawa kebahagiaan dan senyum" ucap Namjoon
Minhee tersenyum mendengar kata2 Namjoon, membuat namja itu merasa tenang
"sudah begitu siang, sebaiknya kita kembali" ajak Minhee kemudian
"ne" Namjoon mengangguk
Minhee mengayunkan langkahnya dan berjalan menuju wisma Huida diikuti sosok Namjoon dibelakangnya. Tanpa banyak berbincang keduanya menembus keramaian, membiarkan tubuh mereka tiba di wisma Huida.
"darimana kalian?" sosok pengurus Gu yg didampingi Hyomin nampak menghadang langkah Minhee
"aku keluar mencari udara segar" jawab Minhee dengan pandangan menunduk
"kalau kau punya waktu mencari udara segar bukankah sebaiknya mempergunakan itu untuk mempesiapkan dirimu melayani tamu. Jangan sampai besok pagi kau menyerahkan kain polos lagi padaku karena tak mampu memikat tamu dengan baik" nasehat pengurus Gu
Minhee tak menjawab, yeoja itu menunduk dalam kini membuat Namjoon yg melihatnya sedih.
"kau memiliki wajah cantik, tapi itu sama sekali tak kau gunakan untuk membuat tamu terpesona. Bagaimana bisa nyonya menarik seorang gisaeng sepertimu? Kehadiranmu disini hanya merusak nama baik wisma Huida saja" komentar pengurus Gu sinis
Tak ada balasan dari Minhee, yeoja itu masih setia dalam bungkamnya
"itu sebabnya aku tak suka yeoja yg memiliki kecantikan berlebihan sepertimu, karena yeoja2 seperti itu tak pernah menggunakan otaknya" tukas pengurus Gu kemudian berlalu
Hyomin tersenyum sinis mendengar itu, kemudian nampak menghampiri Minhee yg masih tertunduk
"otte? apa itu sakit? mendengar orang lain menilai kemampuanmu seburuk itu apa terasa menyedihkan untukmu Sulyu" sindir Hyomin
Pelan Minhee mengangkat wajahnya, memandang Hyomin yg tersenyum cerah. Tak ingin Minhee membalas kata2nya, Hyominpun melangkah menjauhi sosok itu. kini dia berhenti disisi Namjoon, dan menyentuh pelan bahu namja itu.
"malam ini kau harus melakukan yg sama Kim Namjoon, jangan coba membawa tamu untuknya. kalau saja kau keras kepala dan membiarkan tamu masuk kekamarnya, maka kau akan kehilangan warna bening aliran airmu. Sulyu yg kau banggakan nantinya akan berubah keruh dan tak lagi indah. Jadi untuk itu tetap kirim setiap tamunya padaku, agar aliran airmu tetap bening dan memancarkan keindahan" bisik Hyomin kemudian beranjak
Namjoon tak membalas, dia menatap Minhee yg memandangnya lekat. Ada kebingungan dimata Minhee kala itu, namun yeoja itu tak mencoba bertanya apapun pada Namjoon. Dengan gerakan pelan Minhee berbalik dan beranjak menuju kamar, meninggalkan Namjoon yg mematung ditempatnya
"mianhae....agassi" bisik Namjoon dalam hati
Minhee yg tak mendengar itu terus melangkah, membiarkan Namjoon tenggelam dalam rasa bersalah yg dibangunnya sendiri
*
Bersama beberapa masyarakat dan juga Minju, Seokjin melepaskan lampion keangkasa. Seulas senyum merekah dibibirnya bersama sosok Minju yg tersenyum lebar melihat lampion miliknya membumbung tinggi.
Langit terlihat begitu indah malam itu karena puluhan lampion juga bintang yg bersinar. suara sorak sorai masyarakat yg bekumpul menambah meriah acara perayaan yg ditujukan untuk Seokjin
"panglima....maukan anda minum bersama kami" ajak seorang namja tua
"aku tak biasa minum" balas Seokjin
Tawa berderai dari namja itu, membuat Seokjin tersenyum simpul
"bagaimana mungkin anda tak biasa minum tuan, bukankah anda seorang panglima. Seharusnya anda sering menikmati arak bersama para prajurit anda yg lain bukan" ucap namja itu disela tawanya
"kalau memang panglima Park tak terbiasa minum, sebaiknya kita mengajarinya" namja lain buka suara
"ne?" Seokjin nampak terkejut
"majayo, sebaiknya sekarang kita cari arak terbaik dan bawa panglima Park menikmatinya" namja lain setuju dengan usul tersebut
"tapi...aku..."
"sebaiknya oppa ikut saja, akan sangat tidak sopan menolak ajakan ahjussi2 ini" Minju memutus ucapan Seokjin
"tapi bagaimana denganmu?" Seokjin memandang Minju
"aku akan kembali kerumah bersama Jung ahjumma" Minju menunjuk yeoja disiinya
"tapi..."
"ayo berangkat panglima, sebelum semua kedai arak penuh" namja tua yg mengajak Seokjin minum menarik lengannya
Dengan langkah diseret, Seokjinpun terpaksa mengikuti langkah namja itu diikuti tiga namja lain. mereka terlihat terus membawa tubuh Seokjin, dan berhenti didepan wisma Huida
"bagaimana kalau kita menikmati arak disini?" tawar namja tua itu
"ne?" Seokjin nampak kaget
"sekalian kita meminta seorang yeoja untuk menemani panglima Park" lanjut namja itu kemudian
"ahjussi....kita tak bisa melakukan itu" Seokjin coba menolak
"jangan begitu panglima, wisma Huida ini menyimpan banyak yeoja cantik dan juga memiliki arak terbaik. Kau tak akan pernah bisa mendapatkan dua kesenangan disatu tempat selain disini" balas seorang namja dibelakang Seokjin
"tapi..."
"kajja...panglima mengatakan itu karena malu, karena itu sebaiknya kita mengantarkannya pada gisaeng terbaik ditempat ini. setelah melihat kecantikan gisaeng ditempat ini aku yakin panglima tak akan mau pergi sebelum meraih malam yg indah" namja tua kembali menarik tangan Seokjin memasuki tempat itu
Seokjin benar2 tak bisa menolak saat itu, tubuh namja itu terus diarahkan oleh namja2 yg bersamanya. Sampai akhirnya semua namja itu membawa Seokjin kembali kekamar Hyomin, dan mendorongnya masuk hingga dia tersungkur dilantai kamar. Hyomin yg baru merapikan pakaiannya nampak terkejut, diapun memandang Seokjin yg mengusap sikunya pelan
"tuan" sapanya pada sosok Seokjin
Seokjin bangkit, kemudian tersenyum tipis pada Hyomin
"anda mengunjungiku lagi" senyum Hyomin merekah cerah
"ani....sebenarnya aku dipaksa datang kemari" jawab Seokjin jujur
"kenapa setiap kali anda menemuiku sepertinya anda tak pernah berharap ada didekatku?" balas Hyomin
"ani...bukan seperti itu, hanya saja..." Seokjin sulit menjelaskan
Hyomin menatap Seokjin yg terlihat gugup
"sebaiknya tuan duduk" Hyomin menunjuk bantal duduk didekat meja kecil didalam ruangan itu
Seokjin tak menolak, namja itu segera duduk begitupun Hyomin. Pandangannya mengarah pada tempat tidur yg nampak berantakan, kemudian diapun memandang Hyomin lurus
"apa sebelum aku datang ada seorang tamu yg kau layani?" tanya Seokjin
"ne" Hyomin mengangguk
"apa kau baik2 saja?" Seokjin memandang lekat Hyomin
"apa maksud tuan?" Hyomin tak mengerti ucapan Seokjin
"bukankah kau baru melayani seorang namja, apa tubuhmu baik2 saja?" terang Seokjin
"aku baik2 saja, anda tak perlu khawatir. Aku masih bisa melayani anda dengan baik malam ini, jadi anda tak harus mencemaskan itu" balas Hyomin
"ani...aku tak mencemaskan kondisimu karena takut kau tak bisa melayaniku dengan baik, karena aku sama sekali tak berniat melakukan hal yg sama seperti tamumu" tulas Seokjin
"apa malam ini tuan ingin aku menemani anda berbincang lagi?" tanya Hyomin
"ani...aku akan pergi sekarang" Seokjin nampak bangkit
"tuan" Hyomin meraih jemari Seokjin
Seokjin menatap Hyomin yg terlihat ikut bangkit
"kenapa anda tak ingin menyentuhku? apa aku terlihat menjijikkan dimata tuan karena aku baru melayani namja lain?" tanya Hyomin
"aniyo, bukan seperti itu...hanya saja aku....aku benar2 tak bisa menyentuhmu. Saat ini ada seorang yeoja disisiku dan dia akan menjadi istriku dikemudian hari. Karena itu aku tak bisa membuatnya terluka dengan menyentuh yeoja lain disaat aku belum menyentuhnya" Seokjin coba menjelaskan
Tak ada balasan dari Hyomin, jemarinya melepas tangan Seokjin
"bagi namja lain mungkin hal ini bukanlah masalah, tapi bagiku ini tak bisa dibenarkan. Aku tak ingin mengkhianati yeoja disisiku yg dengan setia menungguku menikahinya, karena itu aku tak bisa menyentuhmu" Seokjin terus memberi pengertian
"geraekuna" balas Hyomin pelan
Seokjin nampak memandang Hyomin yg tertunduk, dan mengeluarkan uang dari dalam hanboknya
"ambillah ini sebagai hadiah untukmu" Seokjin menyerahkan uang itu pada Hyomin
"bagaimana bisa aku menerimanya sementara aku tak melakukan apapun untuk anda?" Hyomin pura2 menolak
"ambil saja, aku ingin kau menerima ini" Seokjin meletakan uang itu ditangan Hyomin
Hyomin memandang Seokjin, yg nampak merekahkan senyumnya
"aku pergi" pamitnya kemudian
Seokjin berbalik dan beranjak dari hadapan Hyomin.
"tuan" panggil Hyomin membuat langkah Seokjin terhenti
Namja itu berbalik, dan nampak terkejut ketika Hyomin melayangkan sebuah kecupan dibibirnya. Cepat Seokjin meraih bahu Hyomin dan menjauhkan tubuh yeoja itu darinya
"apa yg kau lakukan?" ucap Seokjin dengan wajah kaget
"aku hanya ingin memberi balasan dari pemberian tuan ini" balas Hyomin
Seokjin terpaku, kemudian nampak menghela nafas dalam
"seharusnya kau tak melakukan ini, aku memberikan itu padamu tanpa mengharap apapun" tukasnya kemudian
"tuan mungkin tak mengharapkan apapun, tapi aku merasa buruk jika membiarkan tuan pergi begitu saja tanpa mendapatkan apapun dariku" sambut Hyomin
Kembali Seokjin menghela nafas dalam mendengar ucapan Hyomin
"sudahlah...sebaiknya aku pergi" pamit Seokjin lagi
Namja itu segera berlalu, meninggalkan Hyomin yg menatap pintu dengan senyum yg memudar
"memangnya yeoja seperti apa yg membuatmu menghindari keindahanku?" gerutunya setelah sosok Seokjin pergi
Hyomin mendengus kesal, kemudian menatap kepingan uang ditangannya
"Geulimja....jangan mempermasalahkan itu, karena dia memberikanmu uang malam ini" Hyomin menghibur dirinya
Tawa kecil berderai dari Hyomin, mengisi setiap sudut ruangan itu dengan kebahagiaannya. Disisi lain sosok Seokjin nampak bersembunyi dibalik pilar karena namja2 yg membawanya masih berbincang dipaviliun utama wisma Huida
"kenapa mereka masih disana?" gerutu Seokjin
Namja itu termenung kini, kemudian menatap Namjoon yg melintasi halaman wisma. Dengan mengendap diapun meninggalkan tempatnya bersembunyi, untuk menghampiri Namjoon.
"Namjoon" panggilnya pada namja itu
Namjoon menghentikan langkahnya, dan memandang Seokjin yg melambai menyuruhnya mendekat. cepat Namjoon mendekati namja itu, dan menatap bingung pada Seokjin.
"apa yg anda lakukan disini tuan? Bukankah anda seharusnya ada dikamar Geulimja agassi"
"aku harus pergi, tapi aku tak bisa melewati pintu masuk karena ahjussi2 itu masih menikmati arak didepan. Bisa kau mengantarkanku kejalan lain, karena aku ingin pulang" pinta Seokjin
"ah...ne" Namjoon mengangguk "silahkan ikut aku" ajaknya kemudian
Seokjin segera mengikuti Namjoon, yg membawanya melewati kamar Minhee untuk menuju halaman belakang. langkah Seokjin tertahan sesaat, mendapati aroma jasmine ditempat itu
"tuan" panggil Namjoon mendapati sosok Seokjin yg mematung menatap kamar Minhee
Seokjin menoleh, dan melihat Namjoon yg menghampirinya
"siapa yg ada dikamar ini?" tunjuk Seokjin pada kamar Minhee
"Sulyu agassi yg ada dikamar itu" jawab Namjoon
"ah" Seokjin mengangguk "apa dia memiliki tamu malam ini?" tanya Seokjin kemudian
"opsoyo, tamu pertama dan terakhirnya adalah tuan yg pergi bersama anda setelah itu Sulyu agassi tak pernah memiliki tamu lagi" jawab Namjoon
"whaeyo? bukankah kau bilang dia yeoja yg cantik, menurut pengakuan Doojoon hyung juga seperti itu" Seokjin nampak heran
Namjoon tersenyum tipis, nampak enggan menjelaskan pada Seokjin
"apa aku tak boleh tahu?" Seokjin bisa membaca ekspresi tersebut dari Namjoon
"jweisonghaeyo" balas Namjoon
"gwenchana, lagipula itu bukan urusanku" ucap Seokjin
Namjoon kembali tersenyum tipis, membuat Seokjin mengukir senyum yg sama. keduanya kembali melangkah kini, meninggalkan kamar dimana Minhee terlihat duduk dengan tenang.
Yeoja itu terlihat menulis rangkaian puisi, untuk mengusir kebosanan karena takjuga ada tamu yg datang untuknya. Dia tak menyadari tambatan hatinya dimasadatang melewati tempat itu tanpa sempat menyapanya.
*TBC*
Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement
🌻Haebaragi🌻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro