Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Missing You #18

Seokjin terlihat memandang lurus Kwangsun yg merapikan barang2 miliknya, membuat namja itu sedikit kebingungan. Dengan langkah lemah diapun menghampiri Kwangsun, dan berdiri disisi yeoja itu

"omma...apa kau akan pergi?" tanyanya

Kwangsun menoleh pada Seokjin, kemudian menggeleng pelan

"ani...kita akan pergi" jawab Kwangsun

"kita?" ulang Seokjin

"ne...kita...aku, kau juga Minju, kita semua akan pergi meninggalkan ibu kota" terang Kwangsun

"kenapa kita harus meninggalkan ibu kota?" tanya Seokjin

Kwangsun terdiam, diapun bangkit dari duduknya dan menatap lekat Seokjin

"Kemarin...Minju dipanggil permaisuri ke istana dan dipaksa memberi jawaban dari ucapan yg pernah dia katakan. Minju yg dalam keadaan tak sadar saat mengatakan itu tak mungkin bisa menjelaskan maksud kata2nya. Akan sangat berbahaya bagi Minju bila terus ada disini, karena sepertinya permaisuri sudah tahu kelebihan yg dimilikinya. Dia bisa saja memamfaatkan kelebihan itu untuk berbuat jahat, jadi...sebaiknya kita meninggalkan ibu kota untuk melindunginya" terang Kwangsun

"kenapa kita harus pergi? Tidakkah kita bisa menjaganya disini. Bagaimanapun juga Minju seorang chinayang, dan semua orang nantinya akan tahu dengan hal itu. Menyembunyikannya bukanlah jalan keluar, karena kita hanya akan membuat Minju merasa bingung" balas Seokjin karena tak setuju dengan rencana Kwangsun

"apa kau ingin Minju mengalami nasib yg sama dengan kedua orang tuanya? Apa kau ingin Minju disakiti oleh orang2 yg gila kekuasaan? Bagaimana bisa kau mengucapkan hal itu sementara kau tak tahu posisi Minju yg dalam keadaan bahaya" Kwangsun menatap tajam Seokjin

"omma...apa omma mau menyembunyikan Minju dari dunia seumur hidup? Apa omma pikir dia akan bahagia menjalani kehidupan seperti itu? Minju perlu bebas, dia berhak memiliki kehidupan normal seperti yeoja pada umumnya"

"dia akan memiliki itu, tapi tidak sekarang. sebelum Minju bisa mengatur kelebihan yg ada pada dirinya maka kita harus menyembunyikannya. Tak ada satupun orang yg boleh tahu kekuatan yg Minju miliki, jadi sebaiknya kau bersiap karena kita akan pergi meninggalkan ibu kota sekarang juga" tukas Kwangsun

Seokjin tak mampu menjawab, namja itu terlihat menarik nafas dalam kini

"araso...aku akan bersiap" sambutnya dengan nada lemah

Kwangsun nampak bungkam, yeoja itu kembali merapikan barang2nya. Melihat hal itu Seokjin segera meninggalkan kamar, namun didepan pintu masuk langkahnya tertahan mendapati Minju yg mematung disana.

"Min..." kata2 Seokjin terputus karena Minju cepat menutup mulutnya

Yeoja itupun nampak menarik tangan Seokjin dan membawanya menjauh dari ruangan Kwangsun. Setelah merasa cukup jauh dari tempat Kwangsun berada, Minju melepaskan tangannya dari mulut Seokjin. Ditatapnya namja itu lurus, membuat Seokjin sedikit merasa salah tingkah.

"oppa....jadi...aku ini seorang chinayang" ucap Minju

"kau...mendengarnya?"

"hmm" Minju mengangguk dengan pandangan tertunduk

Seokjin menarik nafas dalam, kemudian terlihat mengusap kepala Minju lembut

"whaeyo? apa kau tak suka dengan kenyataan itu?" tanya Seokjin

"molla...aku tak tahu aku menyukainya atau tidak, tapi saat aku mendengarnya perasaanku berubah kacau. Aku tiba2 takut pada diriku sendiri, sekarang bahkan aku merasa tak sanggup bercermin untuk melihat bayanganku" balas Minju

Helaan nafas berat kembali terdengar dari Seokjin, bersama jemarinya yg meraih tangan Minju

"Minju...kau tak harus takut pada dirimu sendiri, karena menjadi seorang chinayang bukanlah hal yg menakutkan" tukas Seokjin lembut

"tapi bukan omma dan appaku meninggal karena mereka chinayang. Tempat tinggal kedua orang tuaku dibakar karena mereka seorang chinayang, dan aku bisa aja mengalami hal itu juga bukan" Minju menatap Seokjin lemah

"ani...oppa tak akan membiarkan kau mengalami hal itu. Dengan tangan ini oppa membawamu dari tempat kedua orang tuamu, maka dengan tangan ini pula oppa akan menjagamu. Kau tak perlu takut, karena oppa...akan selalu ada disisimu untuk menjagamu" janji Seokjin

"oppa" Minju menatap haru Seokjin

Pelan Seokjin meraih tubuh Minju dan memeluknya menghadirkan rasa tenang dihati yeoja itu

"oppa sangat menyayangimu, oppa tak akan membiarkanmu teluka" ucap Seokjin tulus

Senyum merekah dibibir Minju mendengar itu, bersama lingkarang tangannya yg memeluk pinggang Seokjin erat

"aku juga menyayangi oppa, dan akan menghabiskan sisa waktuku untuk terus menyayangi oppa" balas Minju kemudian

"hmm" sambut Seokjin

Namja itu mempererat pelukannya, dengan jemari yg mengusap rambut Minju lembut. Dibiarkannya rasa tenang menjalari hatinya, menghilangkan kekacauan yg sempat hadir.

Sementara itu disisi lain, Minhee dan Doojoon terlihat baru meninggalkan istana. Dengan langkah ringan dan diikuti Namjoon juga beberapa pengawal, keduanya nampak menuju sungai tempat Seokjin dan Minhee biasa bertemu.

Tangan Doojoon terus mengenggam jemari Minhee, seolah tak ingin yeoja itu jauh dari dirinya. Namja itu nampak menikmati perjalanan bersama Minhee, hingga mereka tiba ditempat yg Minhee inginkan.

"wah...tempat ini sangat indah" puji Doojoon melihat bunga2 sakura yg mekar sempurna ditempat itu

Minhee tak menjawab, matanya terlihat memandang kelopak bunga yg berguguran ditiup angin

"bagaimana bisa kau menemukan tempat ini?" tanya Doojoon kemudian pada Minhee

"aku mengikuti aliran air, karena itu menemukan tempat ini" jawab Minhee

"ah..." Doojoon mengangguk

Namja itu kembali memperhatikan bunga2 sakura yg bermekaran, sementara Minhee melangkah menuju sisi sungai. Yeoja itu terlihat menempati sebuah batu dimana dia dan Seokjin sering duduk bersama dan mengusap pelan tempat itu.

"tuan....aku akan pergi, apa kita tak bisa bertemu untuk terakhir kali?" bisik Minhee dalam hati

Doojoon yg tak sengaja menatap Minhee yg mematung nampak tersenyum. Pelan dia mendekati yeoja itu dan segera duduk disisinya membuat pandangan Minhee beralih memandangnya.

"tempat ini sangat bagus, bagaimana kalau kita menjadikan tempat ini sebagai tempat favorit kita?" usul Doojoon

Minhee tak membalas, matanya menatap Doojoon lekat bersama sebuah senyum tipis

"nanti...bila aku lelah dengan semua pekerjaanku sebagai raja, kita akan datang ketempat ini bersama dan menghabiskan waktu berdua hingga rasa lelahku hilang" urai Doojoon

Senyuman Minhee berubah kaku mendengar uraian kata2 Doojoon untuknya

"tidak hanya itu...ketika kita sudah memiliki buah hati, kita juga akan membawa mereka ketempat ini. Aku ingin berenang bersama dengan buah hatiku disungai ini saat musim panas tiba, kemudian menyantap semangka bersamamu ditempat duduk ini setelah merasa lelah" lanjut Doojoon

Jemari Minhee menggepal mendengar angan2 Doojoon, ada rasa sakit yg menyerang hati yeoja itu kini

"aku tak sabar menunggu saat seperti itu, aku kira dimasa depan aku akan menjadi namja yg sangat bahagia" Doojoon menatap lurus

Minhee coba mengontrol perasaannya, kemudian kembali menarik sebuah senyum tulus diwajahnya. Jemari Minhee kini nampak meraih tangan Doojoon, membuat perlahan pandangan mata namja itu mengarah padanya dan mendapati senyum yg sudah dikembangkan oleh Minhee.

"yg mulia bisakah anda berjanji satu hal padaku" pinta Minhee

"apa yg harus kujanjikan untukmu?" balas Doojoon

"dimasa depan....apapun yg terjadi, yg mulia harus selalu bahagia" urai Minhee

"tentu saja aku akan bahagia, asalkan bersamamu aku akan merasa bahagia" Doojoon meraih wajah Minhee

"ani....walau tanpa aku, yg mulia harus bahagia" Minhee menyentuh jemari Doojoon yg memegang wajahnya

Doojoon tercenung, merasa ucapan Minhee sedikit aneh baginya

"kenapa kau bilang aku harus bahagia tanpamu? Apa kau ingin meninggalkanku?" tanyanya tak coba meluluskan permintaan Minhee

"ani...hanya...aku...takut kalau akan lebih dulu menghilang dari hadapan yg mulia. Karena itu berharap yg mulia bisa hidup bila itu terjadi, aku tak ingin ketika aku pergi yg mulia menangisiku. Karena aku tak akan bisa tenang pergi bila yg mulia mengantarku dengan airmata" tukas Minhee menahan rasa sesak didadanya

"ya....apa yg kau ucapkan? Memangnya kau akan menghilang kemana?" ada perasaan takut terselip dihati Doojoon

Minhee tak menjawab, seulas senyum tulus dikembangkannya pada Doojoon agar namja itu merasa tenang

"aku tak tahu apa yg terjadi padamu, tapi aku merasa takut sekarang. kumohon jangan mengucapkan kata2 itu lagi padaku, karena aku....tak mau mendengarnya" Doojoon meraih Minhee dalam pelukannya

"ara....setelah ini.....aku tak akan mengucapkan hal itu lagi pada anda" balas Minhee dengan suara sedikit berat

"kau sudah berjanji, jadi jangan katakan hal2 mengerikan itu lagi padaku"

"hmm" Minhee mengangguk pelan

Doojoon melepaskan pelukannya dari Minhee, dan memandang lekat senyum yg sudah diukir oleh yeoja itu. Diusapnya lembut pipi Minhee dengan ibu jarinya, bersama seulas senyum yg sudah ikut mengembang diwajah Doojoon. Keduanyapun mulai mengurai cerita hangat berdua, ditemani suara riak air dan desau angin.

Tawa kecil yg selalu diurai Minhee membuat lengkungan senyum terus bertahan dibibir Doojoon, menghadirkan sejuta bahagia yg membuat hangat hatinya.

Namjoon yg menikmati kebahagiaan itu dari tempatnya ikut mengurai senyum. Ada rasa tenang dihati namja itu melihat wajah bahagia Minhee. Namjoonpun menaruh harapan agar kebahagiaan yg dirasakan Minhee akan selalu bertahan untuk yeoja yg masih sangat dicintainya itu.

*

Siang itu
Doojoon dan Minhee terlihat melintasi pasar, menikmati keramaian ditempat itu. Hingga disalah satu sudut jalan mereka beremu dengan Seokjin yg terlihat melangkah tenang bersama Minju dan Kwangsun

"Seokjin" panggil Doojoon karena namja itu tak mendapati kehadirannya disana

Seokjin menoleh, begitupun dengan Minju dan Kwangsun. Ketiganya mendapati Doojoon melangkah mendekat bersama Minhee, membuat mereka menghentikan langkah. Ada rasa sedikit tak nyaman dihati Seokjin melihat kehadiran keduanya disana, namun coba menutupinya dengan seulas senyum tipis.

"yg mulia" sambut Seokjin saat Doojoon ada dihadapannya

Doojoon menatap barang bawaan yg dibawa Seokjin juga Minju dan Kwangsun, kemudian menatap bingung pada namja itu

"kenapa kalian membawa banyak barang?" tanya Doojoon

Seokjin tak segera menjawab, namja itu coba menarik nafas dalam sesaat

"kami....akan meninggalkan ibu kota" jawab Seokjin dengan suara berat

"ne?" Doojoon terlihat kaget, begitupun dengan Minhee

Doongjoon terdiam sesaat, kepalanya seolah berhenti bekerja mendengar kabar dari sang sahabat

"kemana kalian akan pergi?" tanya Doojoon dengan suara lemah

"kami akan pergi ke Yeongnam dan menetap disana untuk mengurus kuil yg ditinggalkan oleh hommoni. Kami berencana membuka sekolah chinayang dan juga sekolah perawat disana untuk para cheonmin yg tak memiliki tempat tinggal" jelas Seokjin

"apa itu berarti kau dan keluargamu tak akan kembali kemari lagi?"

"ne" Seokjin mengangguk

"tapi...kau panglima perang untuk pasukan utama istana"

"aku sudah menyerahkan surat pengunduran diriku tadi, dan menteri Han sudah menerimanya" balas Seokjin

Doojoon merasa tak rela mendengar itu, membuatnya tak mampu mengucapkan apapun lagi. Minhee yg mendampingi Doojoon juga merasakan hal yg sama, yeoja itu terlihat memandang Seokjin lekat.

"whaeyo?" tanya Doojoon

"ne?" Seokjin bingung dengan pertanyaan namja itu

"kenapa kau pergi? apa ada seseorang yg menyuruhmu meninggalkan ibu kota?" Doojoon sedikit curiga

"animida, kami pergi karena memang harus mengurus kuil milik hommoni"
"gotjimal" Doojoon tak percaya

"kenapa yg mulia tak percaya padaku? kita sudah bersahabat sangat lama, bukankah sangat kejam bila meragukanku seperti ini" Seokjin coba tersenyum

"karena kita sudah bersahabat sangat lama jadi aku tahu kalau kau sedang berbohong"

"animida, aku jujur pada anda yg mulia. Tak ada satupun orang yg menyuruh kami pergi"

"kalau begitu jangan pergi, tetap disisiku" tahan Doojoon

"yg mulia...kalau aku tak pergi siapa yg akan menjaga Minju dan ommaku. Aku namja satu2nya dikeluarga ini, jadi tak mungkin meninggalkan mereka"

"mereka juga tak perlu pergi"

"yg mulia kumohon mengerti, aku....harus mengurus kuil milik hommoniku. Karena kuil disana sudah cukup lama dibiarkan tak terpakai, jadi kami harus kembali mempergunakannya dan menjadikan kuil itu sebagai pusat pendidikan kembali"

Doojoon tak membalas, namja itu terlihat mematung kini

"yg mulia...bila ada waktu aku akan mengunjungi anda, jadi bisakah aku dan keluargaku pergi" pinta Seokjin

"kenapa kau begitu kejam padaku? kenapa kau meninggalkanku sendiri? bukankah kau tahu tak ada yg bisa kupercaya diistana, jadi kenapa membiarkanku sendiri?" Doojoon menatap lurus Seokjin

Seokjin merasa bersalah karena itu, diapun menundukkan pandangannya

"yg mulia....anda bisa mengandalkan namja itu sebagai penganti oppaku" ucap Minju menunjuk Namjoon

Doojoon menatap Minju, kemudian mengarahkan pandangannya pada Namjoon

"namja itu orang yg akan melindungi anda dikemudian hari, dia akan menjadi satu2nya orang yg bisa anda percaya disaat anda ragu pada semua orang. Dia tak akan mengkhianati anda walau ujung pedang diarahkan pihak lawan kedadanya, karena itu...pertahankan dia disisi anda dan jangan pernah biarkan satu orangpun mengusirnya dari sisi anda" urai Minju

Semua menatap bingung Minju, namun tidak dengan Seokjin dan Kwangsun

"apa kau bicara seperti ini agar aku tak menahan oppamu?" balas Doojoon tak menganggap ucapan Minju serius

Minju tak membalas, yeoja itu terlihat memandang lurus Doojoon yg merekahkan senyum tipis untuknya

"sudahlah...kalau kalian memang harus pergi maka pergilah, tapi kau harus ingat untuk mengunjungiku setiap kali kau memiliki waktu. Kalau sampai kau tidak mengunjungiku, aku akan sangat marah padamu apa kau tahu" ucap Doojoon akhirnya

"ne" Seokjin mengangguk

Doojoon merangkul tubuh Seokjin, bersama seulas senyum tipis yg masih merekah dibibirnya. Pelan diapun menjauhkan tubuh namja itu, dan mengusap pelan bahu Seokjin.

"hati2, aku harap kau sampai dengan selamat ditujuanmu" ucap Doojoon dengan suara bergetar

"ne" Seokjin mengangguk

Seokjin menarik sebuah senyum kaku diwajahnya, kemudian terlihat membungkuk sopan bersama Minju dan Kwangsun. Sesaat kemudian merekapun berlalu, bersama tatapan Doojoon dan juga Minhee

"yg mulia" panggil Minhee sesaat sebelum tubuh Seokjin menghilang

"ne" Doojoon menolah pada Minhee

"bisakah aku bicara sebentar dengan panglima Park" pinta Minhee

"apa yg ingin kau bicarakan dengannya?"

"aku hanya ingin berterimakasih, karena sejak dia membawaku ke istana dengan permintaannya aku belum mengucapkan itu padanya"

"kau bisa mengucapkannya nanti saat dia berkunjung"

"ani...aku tak akan bisa mengucapkan itu lagi, jadi kumohon biarkan aku berterimakasih sekarang" Minhee memelas

Doojoon dibuat bingung dengan sikap Minhee, namun namja itu tak punya pilihan selain mengangguk pelan. Minhee segera tersenyum tipis melihat itu, diapun nampak beranjak dengan berlari menghampiri Seokjin yg terus melangkah menjauh

"tuan" panggil Minhee pada sosok Seokjin

Seokjin kembali menghentikan langkahnya, dan menoleh pada Minhee yg berlari kearahnya

"Minhee" ucapnya pelan

Minju dan Kwangsun ikut berhenti, dan menatap Minhee yg terengah dihadapan Seokjin

"tuan" panggilnya

"yg mulia...anda tak harus memanggilku begitu" ucap Seokjin dengan senyum kaku miliknya

Minhee tersenyum tipis membalas ucapan Seokjin padanya.

"ada yg ingin kusampaikan pada tuan" ucap Minhee kemudian

Seokjin memandang Kwangsun, yg terlihat menganggukkan kepalanya pelan seolah mengerti maksud pandangan namja itu

"Minju sebaiknya kita jalan lebih dulu, biar oppamu menyusul nanti setelah dia selesai bicara dengan yg mulia selir Sulyu" ajak Kwangsun

"ne" Minju mengangguk

Kedua yeoja itu berlalu kini, membiarkan Minhee dan Seokjin nampak saling berpandangan

"apa yg ingin yg mulia sampaikan?" tanya Seokjin

Minhee diam sesaat, yeoja itu coba menarik senyum terbaik miliknya

"gamsahamnida" ucap Minhee

"untuk apa yg mulia mengucapkan itu padaku?" Seokjin tak mengerti

"karena tuan sudah membawaku ketempat terbaik dinegara ini"

"aku datang memang untuk itu, jadi yg mulia tak harus berterimakasih" balasnya

Minhee kembali diam, memandang lurus Seokjin untuk melepas rasa rindunya selama ini

"kapan tuan akan kembali?" tanya Minhee

"kukira mungkin tak akan kembali ke ibukota dalam waktu dekat" balas Seokjin

"ani...bukan kembali kemari, tapi kembali ketempat tuan dimasa depan" Minhee menjelaskan maksudnya

"ah...aku tak tahu, omma bilang aku harus bertahan sebentar lagi. Tapi aku tak tahu sampai kapan aku harus bertahan" balas Seokjin

"tidakkah bisa kita kembali bersama" pinta Minhee

"ne?" Seokjin mengerutkan keningnya

"aku ingin bisa pergi kemasa depan bersama tuan" terang Minhee

"bagaimana mungkin? Kau bagian dari masa lalu, tidak sepertiku"

"kalau aku sudah melepas semua kehidupan masa laluku, tidak bisakah aku pergi dengan tuan"

Seokjin menatap bingung Minhee, tak begitu paham dengan semua ucapannya

"aku harus pergi" ucap Seokjin tak ingin tenggelam dalam kebingungannya

"ne" sahut Minhee

"aku permisi yg mulia" Seokjin membungkuk sopan

Minhee tak membalas, dia membiarkan Seokjin berbalik untuk kembali beranjak

"saranghae" ucap Minhee sebelum Seokjin melangkahkan kakinya

Seokjin mematung mendengar itu, dada namja itu bahkan bergemuruh hebat kini

"seingatku...aku belum mengucapkannya pada anda, karena itu sebelum kita berpisah aku ingin anda mendengar itu dariku" ucap Minhee

Seokjin kembali menoleh pada Minhee yg nampak merekahkan senyumnya

"saranghae, aku harap tuan selalu ingat janji tuan untuk memilikiku dimasa depan. aku tak ingin ada namja lain yg ada disisiku, aku hanya ingin tuan menjadikanku milikmu" airmata Minhee mentes pelan diantara senyumnya

Seokjin mengulurkan tangannya pada Minhee, dan mengusap airmata yg mengalir dipipi yeoja itu

"jangan khawatir, aku...akan selalu mengingat janjiku padamu. Tak akan pernah lagi melupakan janji yg sudah kubuat, dan membuatmu kecewa" tukas Seokjin pasti

Minhee mengangguk pelan, membalas ucapan Seokjin untuknya

"saranghae" ucap Seokjin juga

Senyum Minhee semakin merekah, begitupun halnya dengan Seokjin

"aku pergi" pamit Seokjin lagi

Tak ada balasan dari Minhee, yeoja itu kini menatap sosok Seokjin yg perlahan menjauh darinya. Bersama tatapan lurus miliknya yeoja itu membiarkan tubuh Seokjin menghilang diantara orang2 yg melintas dipasar hingga kedua matanya tak lagi mendapati sosok itu.
Tak berapa lama diapun beranjak dari sana untuk menemui Doojoon, dan kembali mengisi kebersamaan terakhirnya dengan namja itu. Minhee berusaha menghadirkan hari yg indah untuk Doojoon, untuk membuat kenangan yg menyenangkan bagi namja itu.

*

Gelap kembali menyapa
Minhee memegang dadanya yg mulai terasa sesak didalam kediamannya. Berkali2 yeoja itu coba menarik nafas dalam untuk mengusir rasa sesak tersebut namun sering gagal. Wajahnya mulai terlihat pucat kini karena rasa sakit yg menyerang dadanya, bahkan pergerakan Minhee mulai terbatas karena rasa sesak yg hadir.

"yg mulia" suara Namjoon membuat Minhee mengatur ekspresinya agar terlihat biasa

Yeoja itu tersenyum menatap Namjoon yg membawakan teh untuknya

"ini teh anda" ucap Namjoon meletakkan teh diatas meja

"gomawo" ucap Minhee

Namjoon mengangguk, membuat Minhee meneguk teh yg tersaji untuknya. Pelan Minhee kembali meletakkan cangkir teh diatas meja, dan menatap Namjoon yg memandangnya lurus

"yg mulia...apa anda sakit?" tanyanya mendapati wajah Minhee yg pucat

"animida, aku hanya sedikit merasa lelah karena sepanjang hari terus bermain bersama yg mulia" balas Minhee menutupi rasa sakit yg dirasanya

"kalau begitu sebaiknya anda beristirahat, agar kondisi anda membaik besok" saran Namjoon

"aku akan memiliki waktu tidur yg panjang nanti, jadi tak ingin melakukannya sekarang" balas Minhee

Namjoon mengerutkan keningnya, merasa Minhee menyimpan maksud tertentu dari kata2nya. Tahu namja dihadapannya bisa menangkap maksud dari kata2nya Minheepun terlihat segera meraih jemari namja itu

"Namjoon...bisa aku meminta satu hal padamu" ucapnya kemudian

"ne" Namjoon mengangguk

"kurasa aku tak bisa memenuhi janji yg mulia permaisuri untuk selalu menghibur yg mulia raja, jadi...bisakah kau melakukannya untukku" tukas Minhee

"apa...maksud...yg mulia?" Namjoon semakin heran dengan ucapan Minhee

"aku...mungkin tak akan bisa ada disisi yg mulia lagi, jadi...gantikan aku untuk menghibur yg mulia saat aku tak ada"

"memangnya yg mulia akan kemana?" Namjoon memandang Minhee lekat

Minhee tak menjawab, yeoja itu hanya tersenyum tipis

"yg mulia...jangan membuatku takut" suara Namjoon bergetar

Minhee mengusap pungung tangan Namjoon, mencoba menarik rasa takut yg bersarang dihati namja itu

"gomawo....selama ini kau sudah menjagaku dan selalu ada disisiku, keberadaanmu disisiku benar2 membuatku merasa beruntung. Aku tak pernah merasa sendiri semejak kau datang untuk menjagaku. Aku bahkan merasa tak akan ada bahaya besar yg akan menimpaku karena tahu kau akan datang menyelamatkanku" urai Minhee diantara rasa sakit yg menyerang tubuhnya

"yg mulia...kenapa anda mengatakan ini?" Namjoon semakin didera ketakutan

"dikemudian hari berjanjilah untuk melakukan hal yg sama pada yg mulia raja. Tak perduli ada berapa banyak orang yg mengancammu, kau tetap harus mendampinginya. Seperti apa yg dikatakan Minju pada yg mulia tadi, luluskan itu demi aku. Selalu hibur yg mulia seperti kau menghiburku disaat sedih, dan jaga dia agar tak ada orang yg bisa menyakiti yg mulia raja" Minhee tak mengubris ketakutan Namjoon

"yg mulia" suara Namjoon terdengar lemah

"aku hanya bisa mengandalkanmu untuk menjaga yg mulia, jadi kumohon kau bisa melakukan semua itu untukku" ucap Minhee dengan suara yg sama lemahnya dengan Namjoon

"yg mulia...kenapa anda mengucapkan semua ini? sebenarnya anda akan pergi kemana?" Namjoon menarik tangannya dari Minhee

Minhee akan menjawab, namun salah satu penjaga paviliunnya nampak masuk membuat kata2 yeoja itu tertahan

"yg mulia selir Sulyu, yg mulia raja memerintahkan seorang pengawal menjemput anda untuk dibawa ke istana yg mulia raja" ucap namja itu

"ne" Minhee mengangguk

Yeoja itu segera bangkit, begitupun dengan Namjoon. Sebelum yeja itu beranjak, dia nampak menatap lekat Namjoon.

"aku harap kau ingat semua kata2ku" ucap Minhee

Namjoon tak membalas, rasa takut karena semua ucapan Minhee membuat namja itu tak bisa mengucapkan apapun. Melihat kebungkaman Namjoon, Minhee mengusap pelan bahu namja itu. Kemudian segera berlalu menemui pengawal raja dan membiarkan namja itu membawanya ke kediaman Doojoon. Minhee segera diarahkan kekamar Doojoon ketika tiba diistana raja, sosok namja itupun nampak menantinya saat Minhee tiba.

"kemarilah" Doojoon merentangkan tangannya

Minhee berjalan pelan kearah Doojoon, dan segera tenggelam dalam pelukan namja itu

"kenapa yg mulia memanggilku datang?" tanya Minhee

"karena merindukanmu" jawab Doojoon

"bukankah yg mulia terus melihatku sepanjang hari ini, jadi kenapa yg mulia bisa merindukanku"

"itu karena semakin aku sering melihatmu, aku akan semakin merindukanmu" balas Doojoon seraya melepas pelukannya

Minhee terdiam, dipandangnya Doojoon yg nampak merekahkan senyum cerah

"itu berarti...bila yg mulia tak bisa lagi melihatku, maka yg mulia tak akan lagi merindukanku bukan" ucap Minhee kemudian

"apa maksudmu?" Doojoon menatap bingung Minhee

"aku...." Minhee tak melanjutkan kata2nya karena rasa sesak yg semakin dirasakannya

"akh.." rintih Minhee seraya memegang dadanya

"Sulyu...whaeyo?" Doojoon memandang cemas Minhee

Yeoja itu jatuh terduduk, membuat Doojoon merasa semakin cemas

"Sulyu...apa yg terjadi?" tanya Doojoon

Minhee tak menjawab, yeoja itu nampak memegang dadanya yg kian sesak

"sekertaris Ho apa kau diluar?" panggil Seokjin

Pintu kamar Doojoon segera terbuka, bersamaan dengan hadirnya sekertaris Ho disana

"panggilkan tabib, Sulyu...sepertinya dia sakit" perintahnya

"ne...algesseminida" sahut sekertaris Ho dengan wajah yg tak kalah panik dengan Doojoon

Namja itu segera berlalu, sementara Doojoon merebahkan Minhee dalam pelukannya

"gwenchana....aku sudah memanggil tabib, sebentar lagi mereka akan datang memeriksa kondisimu" ucap Doojoon coba menenangkan hatinya sendiri

"yg..mulia...aku.." nafas Minhee semakin memberat

"jangan katakan apapun, istirahatkan dirimu sampai tabib datang. Mungkin kau lelah karena kita terlalu lama diluar istana, karena itu kau merasa tubuhmu sakit" Doojoon membuat kesimpulan yg membuat hatinya tenang

Doojoon meraih jemari Minhee yg mulai terasa dingin dalam genggamannya. Rasa khawatir semakin menyerang hati Doojoon mendapati hal itu, namun dia masih berusaha tetap tenang

"apa yg terjadi? kenapa kau tak mengatakan kalau tubuhmu sedang dalam keadaan sakit? kalau tahu kondisi tubuhmu tidak baik, aku tak akan membawamu keluar istana hari ini. Aku akan meluangkan waktuku untuk menemanimu beristirahat dikediamanmu dan menjagamu" suara Doojoon terdengar bergetar

Minhee tak menjawab, yeoja itu masih coba menarik udara lebih banyak agar bisa menusir sesaknya

"yg..mulia...jweisonghaeyo" ucap Minhee mulai terbata

"jangan bicara kumohon, tabib akan segera datang jadi jangan habiskan tenagamu untuk bicara. Bebaringlah dengan tenang, dengan begitu kau akan memiliki lebih banyak tenaga" Doojoon mengusap rambut Minhee

"a...ni...aku...harus...mengucapkan ini...pada anda...setidaknya...agar yg mulia...bisa tahu...keinginanku" Minhee masih memaksa bicara

"Sulyu kumohon dengarkan aku, jangan bicara apapun. Setelah tabib datang dan menyembuhkanmu, maka kau bisa mengucapkan apapun padaku" airmata Doojoon menetes

Minhee merasa dadanya kian sesak, bahkan udara yg dipaksa masuk tak mampu mengusir sesak itu. Dengan kesulitan dia terus menarik udara kedalam paru2nya yg mulai mengeras, agar bisa menyampaikan pesan terakhir untuk Doojoon

"yg...mu..lia....an...da...harus..bahagia...aku mungkin harus pergi lebih dulu, tapi...anda harus tetap bahagia" tukas Minhee

"ani....kau tak akan pergi kemanapun, aku tak akan membiarkanmu pergi. kita akan terus bersama, karena aku tak akan melepaskanmu kemanapun" suara Doojoon semakin bergetar

Minhee menggeleng pelan, rasa sesak membuat yeoja itu semakin sulit benafas kini

"jwei..songhaeyo...sampai saat ini...tak bisa mencintai anda. Andai saja aku...memililiki lebih banyak waktu...aku ingin bisa membalas...cinta yg anda berikan padaku" ucapnya diantara rasa sesak yg menyiksa

"kau akan memilikinya, tabib akan segera memeriksamu dan membuatmu sembuh jadi kau akan memiliki banyak waktu untuk membalas cintaku. Jadi kumohon bertahanlah, aku akan meminta tabib menyembuhkanmu jadi kumohon bertahan" Doojoon memelas

Jemari Doojoon menyentuh pipi Minhee, membuat yeoja itu segera menyentuh pungung tangannya

"ada banyak bintang dimataku sekarang, sepertinya mereka memanggilku pergi" ucap Minhee

"ani...tak ada yg menjemputmu, kau akan tetap disisiku jadi jangan ucapkan itu" airmata Doojoon semakin deras menetes

Minhee tak membalas, ditatapnya lurus Doojoon yg terus meneteskan airmata untuknya

"yg...mulia....bisakah....an..da tersenyum...untukku, aku...ingin...melihat senyum anda....untuk yg terakhir kali" pinta Minhee

Doojoon merasa hatinya sakit mendengar itu, dengan terpaksa diapun menarik seulas senyum bersama airmata yg terus menetes

"gam...sa..ham...nida yg...mu...lia" Minhee ikut merekahkan senyumnya

Minhee merasa udara yg masuk kedalam tenggorokannya semakin sedikit, membuat dadanya kian terasa sesak. Pandangan matanya pun mulai kabur, hingga perlahan akhirnya berubah gelap bersama tarikan nafas terakhir yeoja itu.

Degub jantung Doojoon seakan ikut terhenti melihat kedua mata Minhee yg perlahan terpejam. Dengan tangan bergetar diapun mengusap pelan pipi Minhee berusaha membangunkannya.

"Sulyu...Sulyu...Sulyu buka mataku kumohon, jangan tidur karena tabib belum datang. kau harus tetap tejaga sampai tabib memeriksamu, jadi kumohon jangan tidur" Doojoon menguncang tubuh Sulyu

Tak ada balasan dari Minhee, bahkan sekedar sebuah helaan nafas dari yeoja itu. dada Doojoon terasa sakit melihat kenyataan itu, membuatnya segera memeluk erat jasad Minhee.

"Sulyu...kumohon jangan pergi, tabib belum datang jadi jangan pergi. Bukankah aku sudah berjanji akan meminta tabib untuk menyembuhkanmu" isak Doojoon semakin menjadi

Sekertaris Ho tiba diruangan itu bersama tabib, namja itupun nampak membatu melihat Doojoon yg memeluk tubuh Minhee sambil menangis. Tanpa sadar airmatanyapun menetes karena itu, melihat kesedihan yg dialami Doojoon

"Sulyu buka matamu..,kumohon buka matamu. Jangan pergi seperti ini, bagaimana bisa kau pergi seperti ini" Doojoon memandang wajah tenang Minhee

Namjoon yg tiba disana dengan terengah nampak terduduk dilantai, seketika tubuhnya bergetar melihat Minhee yg terlelap dalam abadi dalam pelukan Doojoon

"yg mulia.....kenapa seperti ini? apa yg terjadi sebenarnya?" bisik Namjoon dalam hati

Bersama gelap istana Doojoon tenggelam dalam duka malam itu karena kepergian Minhee

dalam alam abadinya. Suara isak dari Doojoon seakan mengantarkan Minhee dalam ruang abadinya. Menutup hari indah yg diciptakan yeoja itu sebagai salam perpisahan darinya.

Sementara itu jauh ditempat Seokjin beristirahat bersama Minju dan Kwangsun, namja itu nampak terjaga karena mimpi yg begitu nyata dihadapannya.

Semua yg terjadi didalam istana Doojoon seolah tergambar jelas dalam mimpi Seokjin membuat namja itu meneteskan airmata. Ada rasa sesak yg hadir didada namja itu bersama dengan rasa nyeri didalam kepalannya. Seokjin meremas keras rambutnya menahan rasa sakit yg mulai menjalari setiap bagian kepalanya

"AKH" rintih Seokjin keras

Minju yg berbaring didalam tenda yg mereka bangun segera tersentak karena itu. Segera dia bangkit dan mendapati Seokjin yg sudah berguling ditanah dengan memegang kepalanya

"oppa" Minju segera menghampiri namja itu

Kwangsun yg baru kembali dari mengambil air ikut berlari menghampiri Seokjin melihat sosoknya yg terlihat kesakitan. Segera diraihnya tubuh namja itu dan membaringkan dipangkuannya

"omma...apa yg terjadi pada oppa?" tanya Minju

Tak ada balasan dari Kwangsun yeoja itu terlihat meraba kening Seokjin dan merasakan suhu badan namja itu meningkat tinggi dalam sesaat. Samar2 Seokjin yg tenggelam dalam rasa sakitnya mulai merasa mendapati sosok bayangan Minhee yg merekahkan senyum padanya.

"tuan" suara Minhee terdengar memangilnya

"Minhee" panggilnya dengan tatapan yg mengarah pada sosok itu

"ayo kembali" tangan Minhee mengulur pada Seokjin

Seokjin tak membalas namja itu segera meraih uluran tangan Minhee, membuatnya seketika terbawa kelorong cahaya yg seolah tanpa ujung.

Tak ada yg bisa Seokjin lakukan saat itu, dia hanya membiarkan rasa hangat genggaman Minhee membawanya melewati lorong tersebut. Perlahan Seokjin merasa cahaya yg mengitarinya mulai memudar, dan gelap menyapa mata namja itu.

Tak berapa lama diapun merasa tubuhnya terhepas keras, bersama rasa sakit yg kembali menjalari setiap bagian kepalanya. Pelan Seokjin coba membuka mata, dan mendapati ruangan serba putih yg menyapa matanya.

"Minhee" panggil Seokjin dalam senyap yg didapatinya diruangan serba putih

Tak ada sahutan untuk namja itu, membuatnya akhirnya kembali menutup mata dan tenggelam dalam lelap

*
TBC

Sorry for typo
Thanks for votement

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro