Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Missing You #16

Doojoon baru menyelesaikan upacara pernikahannya dengan Mingi saat sosok Minhee bersama para gisaeng dari wisma Huida memasuki lapangan tempat berlangsungnya pernikahan.

Namja itu terlihat berbalik dan merekahkan senyumannya pada Minhee yg berjalan pelan menuju tempatnya berdiri. Mingi yg masih berada disisi Doojoon merasa sedikit terasingkan karena tatapan namja itu pada Minhee.

Bahkan perasaan yeoja itu berubah kacau kini, melihat tangan Doojoon yg mengulur pada Minhee. Uluran tangan itu segera disambut oleh Minhee, membawa yeoja itu mendekat kesisi Doojoon

"yeppo" puji Doojoon saat Minhee ada dihadapannya

Yeoja itu segera menunduk mendengar itu, sementara Mingi terlihat mengepalkan tangannya

"yg mulia permaisuri, anda bisa meninggalkan altar pernikahan karena upacara untuk yg mulia pangeran dan juga selir Sulyu akan segera dimulai" namja yg sejak tadi memimpin pernikahan menyentak Mingi yg nampak melamun

Yeoja itu menoleh pada namja itu, kemudian dibantu beberapa dayang diapun turun dari altar menuju sebuah kursi yg sudah disediakan untuknya.

Dengan tatapan tak suka Mingi terus menyaksikan upacara pernikahan Doojoon dan Minhee. Begitupun dengan sosok Seokjin yg hadir diantara para pejabat istana.

Dengan menahan perasaannya yg kacau namja itu duduk tenang ditempatnya, hingga upacara pernikahan selesai dilakukan.

Doojoon terlihat mengandeng tangan Minhee menuju kursi kosong disisi Mingi, dan mulai duduk menikmati hiburan yg disajikan untuk mereka. Raut bahagia tergambar jelas diwajah Doojoon saat itu, namun tidak untuk Minhee dan Mingi.

Mata Minhee terlihat tertuju pada Seokjin yg terlihat memandangnya, mengabaikan tatapan Doojoon yg mengarah padanya. Tak jauh berbeda dengan Seokjin, yg sama sekali tak memperhatikan pandangan Mingi yg mengarah padanya.

"Sulyu" panggil Doojoon seraya menyentuh pungung tangan Minhee

"ne" Minhee segera mengarahkan pandangannya pada Doojoon

"apa kau menikmati pertunjukannya?" tanya Doojoon

"ne" Minhee mengangguk

Seulas senyum lebar dikembangkan Doojoon untuknya, membuat Minhee ikut merekahkan senyum yg sama. Jemarinya kini terlihat mengenggam tangan Minhee, menambah kecemburuan dihati Mingi.

Doojoon terlihat menikmati pertunjukan yg tersaji, sementara Minhee mencari keberadaan Seokjin yg sudah menghilang dari tempatnya. Dengan tatapan gusar yeoja itu terus mencari sosok Seokjin, yg tak juga ditemuinya sampai pesta pernikahan tersebut berakhir.

Ibu suri terlihat menghampiri Doojoon, Mingi dan Minhee yg terlihat turun dari tempat duduk mereka. Seulas senyum direkahkan yeoja itu untuk Mingi, kemudian nampak mengusap pelan pipi yeoja itu. Tak ingin ibu suri menangkap resah yg sejak tadi dirasanya, Mingipun ikut merekahkan senyuman untuknya.

"apa kau bahagia?" tanya ibu suri pada Mingi

"ne, tentu saja aku bahagia. Hari ini....aku sudah menjadi permaisuri yg mulia raja, jadi bagaimana mungkin aku tak merasa bahagia" Mingi melayangkan pandangannya pada Doojoon

Doojoon menatap datar Mingi, kemudian terlihat memandang Minhee yg menunduk

"syukurlah kalau kau merasa bahagia" tukas ibu suri mengabaikan sosok Minhee yg ada diantara mereka

Mingi tersenyum tipis, sementara Doojoon menatap kesal ibu suri

"kau dan permaisuri datanglah kekediamanku, aku sudah mempersiapkan perayaan kecil untuk kalian" ajak ibu suri kemudian

"hanya aku dan permaisuri" tukas Doojoon

"ne...hanya kau...dan permaisuri" tegas ibu suri dengan sudut mata yg menatap Minhee

"bagaimana dengan Sulyu?" tanya Doojoon

"bukankah saat ini di istana ada sahabat-sahabatnya dari wisma Huida, kupikir dia akan menikmati waktu menyenangkan bersama mereka" ucap ibu suri sinis

Minhee memandang ibu suri sejenak, kemudian terlihat kembali menunduk

"kalau begitu aku tak ingin pergi" tolak Doojoon

Minhee segera menatap namja itu, yg sudah terlebih dulu memandangnya

"yg mulia, sebaiknya anda pergi bersama permaisuri menikmati acara yg sudah dipersiapkan ibu suri untuk anda" ucap yeoja itu

"bagaimana bisa aku pergi dan meninggalkanmu sendiri?" balas Doojoon

"animida, aku sama sekali tidak sendiri. Seperti yg dikatakan ibu suri, sahabat-sahabat ku dari wisma Huida berkunjung kemari dan ada baiknya aku menikmati waktu bersama mereka. Aku tak akan memiliki waktu lagi bertemu dengan mereka, karena itu aku harus memamfaatkan kunjungan mereka kali ini untuk berbincang banyak" tukas Minhee lembut

Doojoon tak membalas, ditatapnya lurus Minhee yg merekahkan senyum hangat untuknya

"araso....aku pergi" Doojoon mengalah

Senyum Minhee semakin merekah, membuat Doojoon melakukan hal yg sama

"aku akan segera menemuimu setelah acara minum berakhir, jadi kau harus menungguku" Doojoon menyentuh kedua pipi Minhee

"ne" Minhee mengangguk

Doojoon mengecup lembut kening Minhee, membuat Mingi semakin dikuasai cemburu. Senyum yg dikembangkan keduanya membuat dada yeoja itu segera memanas seketika

"aku pergi" pamit Doojoon lembut

"ne" balas Minhee

Segera Doojoon menatap ibu suri yg memandang datar kearahnya. Kemudian membiarkan yeoja itu berlalu dan segera mengikutinya dari belakang bersama Mingi, para dayang serta pengawal. Minhee yg mematung ditempatnya hanya bisa memandang kepergian Doojoon, kemudian berlalu seorang diri menuju paviliunnya.

"yg mulia" sambut Namjoon yg menunggu di paviliun itu

"kenapa kau tak datang di tempat pernikahan?" protes Minhee pada namja itu

"harus ada yg memastikan kediaman ini tetap aman, karena itu aku dan pengawal lain terus menungguinya" jawab Namjoon

"ini istana, apa mungkin tempat ini tidak aman?" balas Minhee

"itu mungkin saja terjadi, mengingat kalau anda bukanlah sosok yg diharapkan ditempat ini" sambut Namjoon

Minhee terbungkam, wajah yeoja itu terlihat sedih kini. Namjoon merasa sedikit menyesal mengucapkan itu, namun tak bisa melakukan apapun karena sudah terlanjur mengatakannya

"yg mulia selir Sulyu" sebuah suara membuat Namjoon dan Minhee menoleh

"yg mulia raja, yg mulia permaisuri" Minhee membungkuk dalam pada kedua orang tua Doojoon begitupun Namjoon

"ani...kau tak harus memanggil kami seperti itu lagi, karena saat ini sudah ada raja dan permaisuri yg mengantikan kami" balas raja

Minhee tak membalas, dia nampak tersenyum tipis dengan pandangan yg menunduk

"kediamanmu benar2 sepi, sepertinya ommonimku sudah membuatmu dalam keadaan sulit" ucap raja

"animida, aku merasa tempat ini sudah cukup ramai mengingat tak ada yg menjagaku selama di wisma Huida selain Namjoon" sambut Minhee

Raja dan permaisuri saling berpandangan, kemudian memandang lekat Minhee yg masih menundukkan pandangannya. Pelan raja menghampiri Minhee dan mengusap pelan bahu yeoja itu membuatnya mengadahkan pandangan

"mianhae" ucap sang raja

"kenapa yg mulia meminta maaf padaku?" tanya Minhee bingung

"karena seharusnya aku bisa mempermudah kehidupanmu, tapi..aku tak berdaya melawan ommonim karena istana dalam adalah bagian dari kuasanya" raja mengurai penyesalannya

"animida, itu bukan kesalahan lagipula hal yg wajar bila ibu suri bersikap seperyi itu. Bagaimanapun juga aku hanyalah seorang cheonmin, dan tak layak ada disisi yg mulia raja. Bagi ibu suri yg begitu menjaga harga diri istana, ini adalah sesuatu yg wajib dilakukannya" Minhee nampak tak keberatan

Raja tak membalas, ditatapnya Minhee yg terlihat tenang mengucapkan hal itu

"kau yeoja yg baik, pantas saja Doojoonku begitu mencintaimu" ucap raja

Senyum Minhee merekah lebar, membuat raja dan permaisuri ikut merekahkan senyumnya

"tidakkah yg mulia ingin masuk, aku akan menghidangkan teh untuk yg mulia" tawar Minhee

"ani...aku dan istriku harus segera berangkat ke istana utara sebelum hari gelap" tolak raja lembut

"tidakkah sebaiknya yg mulia menungu yg mulia raja agar yg mulia raja bisa mengantar kepergian yg mulia" ucap Minhee

"kalau dia mengantar kami, maka aku akan berat meninggalkan tempat ini" sambut permaisuri

Tak ada balasan dari Minhee, ditatapnya yeoja itu yg nampak tersenyum lembut

"aku tak akan bisa melangkahkan kakiku meninggalkan tempat ini jika melihat tatapan yg mulia raja, jadi ada baiknya bila pergi disaat namja itu sedang sibuk melayani ibu suri" lanjut permaisuri kemudian

"tapi...yg mulia raja bisa sedih karena itu" tukas Minhee

"bukankah dia bisa mendapat hiburan darimu" permaisuri meraih jemari Minhee

"yg mulia" ucap Minhee lemah

"selir Sulyu...bisakah aku meminta sesuatu padamu" tukas permaisuri

"apa yg ingin yg mulia minta dariku?" tanya Minhee

"aku ingin memintamu untuk menjaga putraku, dan buat dia selalu tersenyum. Dia namja yg sangat manja dan mudah putus asa. Dulu saat dia mengalami kesulitan dia selalu berlari kedalam pelukanku dan memintaku mengusap rambutnya agar dia lebih tenang. Tapi sekarang aku tak bisa lagi melakukan itu untuknya karena aku harus menemani suamiku beristirahat diistana utara. Sekarang aku menyerahkan tugas itu padamu, jadi kau harus selalu memberi semangat pada yg mulia seperti aku melakukannya selama ini" ucap permaisuri

"bukankah seharusnya yg mulia meminta hal ini pada permaisuri" sambut Minhee

"seharusnya memang begitu, tapi aku tahu pasti hati putraku tidak diserahkannya pada permaisuri jadi aku tak bisa meminta hal itu padanya. Dengan cintanya yg besar padamu, tak mungkin bagi yg mulia raja untuk berlari pada permaisuri karena itu memintamu melakukan hal ini untuknya" tukas permaisuri

Tak ada balasan dari Minhee, mata yeoja itu memandang lekat permaisuri yg terlihat menatapnya penuh harap

"aku....aku berusaha menjaga yg mulia raja dan mengantikan tugas yg mulia menghiburnya" Minhee meluluskan permintaan yeoja itu

"gomabsemnida" permaisuri mengusap pungung tangan Minhee

"ne" Minhee mengangguk

Sebuah pelukan hangat dihadiahkan permaisuri padanya, membuat perasaan Minhee merasa ikut menghangat. Pelan yeoja itupun melepaskan pelukannya, dan memandang Minhee dengan senyum yg terkembang

"kami harus pergi, kau jagalah dirimu" pamit permaisuri

"ne, yg mulia juga harus menjaga kesehatan" balas Minhee

Permaisuri mengangguk, begitupun dengan raja. Segera keduanya meninggalkan Minhee untuk menuju istana utara tempat mereka akan menghabiskan masa tua. Mata Minhee terus memandang kepergian mereka, sampai rombongan yg membawa mereka menghilang dari pandangan yeoja itu

"Namjoon....kenapa orang baik seperti permaisuri dan raja harus meninggalkan tempat ini?" tanya Minhee

"karena kalau mereka terlalu lama berada ditempat ini, hati mereka akan terpengaruh dengan keserakahan dan ketamakan orang2 diistana. Karena itu...sebelum mereka tenggelam dalam sifat mengerikan itu, ada baiknya mereka pergi" jawab Namjoon

Minhee mengarahkan pandangannya pada namja itu, dan menatap Namjoon lekat

"jadi kenapa kita ada disini? apa kita bagian dari orang2 jahat itu?" tanyanya lagi

"ani...kita ada disini karena yg mulia berhak ada disini. Seorang yg baik hati seperti yg mulia harus memiliki akhir indah dihidupnya, karena itu yg mulia berada disini" ucap Namjoon

"geraekunna" Minhee tersenyum tipis

"yg mulia terlihat lelah, sebaiknya yg mulia masuk untuk beristirahat" saran Namjoon

"apa orang2 dari wisma Huida sudah pulang?" tanyanya

"ne...mereka sudah pulang sesaat sebelum yg mulia tiba. Nyonya Hong bilang harus segera kembali, karena mereka harus mempersiapkan para gisaeng untuk perayaan yg akan diadakan masyarakat luar istana atas pernikahan yg mulia raja" jelas Namjoon

"kenapa mereka begitu cepat kembali ke wisma Huida? padahal aku belum berterimakasih pada mereka, karena mau membantuku menghias diri" ucap Minhee lemah

"bukankah yg mulia bisa mengirim sedikit bingkisan pada mereka sebagai ungkapan terimakasih" saran Namjoon

"aku tak yakin bisa melakukan itu, bahkan untuk isi dapur kediamanku diatur penuh oleh ibu suri jadi bagaimana bisa aku mengirimi mereka bingkisan" balas Minhee

Namjoon menangkap kesedihan diwajah Minhee, membuatnya mematung karena tak bisa berbuat apapun

"haruskah kita kesana sekarang dan mengucapkan terimakasih secara langsung" usul Minhee

"andwe...anda seorang selir sekarang, jadi bagaimana mungkin anda bisa masuk wisma Huida lagi" larang Namjoon

"majayo" ucap Minhee lemah

Minhee menunduk sedih kini, merasa bersalah pada orang2 yg sudah membantunya

"yg mulia...kalau memang yg mulia ingin mengucapkan terimakasih, aku akan mewakili yg mulia melakukannya. Aku akan meninggalkan istana sebentar untuk menemui orang2 di wisma Huida dan menyampaikan rasa terimakasih anda" hibur Namjoon

"apa mereka tak akan tersingung jika kau yg melakukan itu? mereka akan menganggapku sombong jika kau yg datang untuk berterimakasih pada mereka" Minhee tak setuju

Namjoon terdiam, merasa kata2 Minhee ada benarnya

"sudahlah...kalau ada waktu aku akan mengundang nyonya Hong ke istana dan menyampaikan itu padanya" ucap Minhee coba menghibur dirinya sendiri

"ne...sebaiknya begitu saja" Namjoon mengangguk setuju

"sekarang aku harus membersihkan diriku, yg mulia bilang akan menemuiku usai acara minum teh bersama yg mulia ibu suri" tukas Minhee

Tak ada sahutan dari Namjoon, dia terlihat mengikuti Minhee yg terlihat beranjak memasuki kediamannya. Sementara itu diluar istana, Seokjin terlihat memasuki kediamannya dengan langkah lemah. Sosok Kwangsun yg baru meninggalkan kuil segera menghampiri Seokjin ketika melihat kehadiran namja itu.

"Seokjin" panggil Kwangsun membuat namja itu menoleh

"omma" sambutnya dengan suara lemah

Kwangsun mendekati Seokjin, membuat namja itu segera memeluk tubuhnya

"ini sangat sakit, aku merasa jantungku akan terlepas dari tempatnya karena begitu sakit" adu Seokjin

Kwangsun mengusap pungung Seokjin, memberikan sedikit semangat untuk namja itu. Mendapat sentuhan Kwangsun, Seokjinpun segera membenamkan wajahnya dibahu yeoja itu

"omma tugasku sudah selesai bukan, bisakah aku kembali sekarang? aku ingin bertemu dengan Minheeku, aku ingin mengusir rasa sakit ini dengan melihat wajahnya" pinta Seokjin

Tak ada sahutan dari Kwangsun, membuat Seokjin segera menjauhkan tubuhnya dari yeoja itu

"omma....tolong kirim aku kembali" pintanya

"tidak sekarang"

"whae?"

Kwangsun tak membalas, membuat Seokjin memandangnya bingung

"omma whaeyo? apa aku sudah tak bisa kembali?" Seokjin terlihat khawatir kini

"ani...kau akan kembali, tapi tidak sekarang"

"kenapa aku tak bisa kembali sekarang"

"karena yeoja suci itu belum menjemput abadinya" jawab Kwangsun dalam hati

Seokjin memandang Kwangsun yg terbungkam, dan menyentuh bahu yeoja itu

"omma whaeyo?" tanyanya

"sebaiknya kau istirahat saja, kau terlihat lelah" Kwangsun coba menghindari pertanyaan Seokjin

"omma aku.."

"aku akan membawamu kembali Seokjin, aku janji untuk itu. sekarang...sebaiknya kau istirahatkan tubuhmu karena kalau kau tak akan bisa kembali dalam keadaan lemah" potong Kwangsun

Seokjin tak bisa membalas, diapun segera berlalu dari hadapan Kwangsun

"mianhae...kau harus merasakan kesakitan disini, tapi aku tak bisa membiarkanmu kembali sekarang sebelum yeoja itu menyentuh ruang abadi" sesal Kwangsun

Yeoja itu menatap langit siang, mencoba melepas rasa bersalah dihatinya. Bersama awan yg berarak Kwangsun coba mendapat ketenangan, agar perasaannya merasa lebih baik.

*

Doojoon terlihat meneguk teh yg tersaji dihadapannya dengan cepat. Segera setelah cangkir tehnya kosong namja itupun terlihat bangkit dan memandang lurus sang ibu suri.

"aku sudah menghabiskan teh ku, sekarang aku harus pergi" pamit namja itu

"yg mulia raja, bagaimana bisa kau bersikap tak sopan seperti itu padaku?" protes ibu suri

"aku sudah bersikap sopan dengan mengikuti acara kecil yg anda buat untukku sejak siang tadi. Sekarang aku sudah menghabiskan semua makanan yg tersaji dan juga tehku, jadi aku harus segera pergi dari tempat ini" balas Doojoon

"kenapa kau ingin segera pergi dari tempat ini? apa itu karena kau harus menemui gisaengmu yg sudah menunggu?" ucap ibu suri

"hommonim....dia bukan lagi gisaeng, Sulyu sudah menjadi selirku sekarang" Doojoon memandang tak suka ibu suri

"dimataku dia masih yeoja yg sama, bukankah sudah kukakatan sebelumnya padamu. Lagipula selir mana yg mengundang gisaeng untuk mengiringinya pada upacara pernikahan" tukas ibu suri

"itu karena hommonim tak membiarkannya memiliki dayang, kalau saja hommonim memberi dayang pada Sulyu itu tak akan terjadi" balas Doojoon

"untuk apa seorang gisaeng seorang dayang, bahkan dayang memiliki kelas sosial darinya jadi kenapa mereka harus melayani cheonmin?"

"hommonim...haruskan anda mengatakan hal sekejam itu pada Sulyuku"

"berhenti mengatakan dia Sulyumu"

"sirro...dia Sulyuku dan sampai kapanpun tetap menjadi Sulyuku"

"bagaimana kau bisa mengucapkan hal menjijikkan itu dihadapan permaisurimu?" bentak ibu suri

Doojoon tak membalas, dia menatap Mingi yg memandangnya dengan tatapan lemah. Sejenak tempat itu senyap, ibu suri dan Doojoon terlihat sama2 coba mengontrol emosi mereka.

"aku pergi" Doojoon mengusir senyap itu

"kalau kau pergi itu berarti kau sudah tak menghormatiku lagi sebagai ibu suri" tukas ibu suri

"aku akan menghormati hommonim jika hommonim juga menghormatiku. Jika hommonim tak bisa menghormatiku sebagai seorang raja negeri ini, maka jangan salahkan aku bila tidak menghormati hommonim sebagai ibu suri" balas Doojoon

"berani sekali kau mengucapkan itu padaku, apa gisaeng itu yg membuatmu bersikap tidak sopan padaku?" ibu suri kembali emosi

"jangan selalu menyalahkan Sulyu karena dia tak melakukan sesuatu yg buruk padaku. Aku melakukan hal ini karena keinginanku sendiri, untuk memperingatkan hommonim atas sikap yg hommonim perlihatkan padaku raja dari negeri ini" tukas Doojoon

"kau..." ibu suri memukul tengkuknya yg terasa sakit

"ibu suri" Mingi menghampiri yeoja itu

Doojoon tak ambil pusing, namja itu segera berlalu mengabaikan ibu suri begitu saja. Melihat hal itu ibu suri bertambah kesal, membuat tengkuk yeoja itu semakin terasa sakit.

"ibu suri apa anda baik2 saja?" tanya Mingi yg terlihat khawatir

Tak ada sahutan dari ibu suri, yeoja itu coba menarik nafas dalam agar rasa sakit yg dirasakannya berkurang. Lama yeoja itu mengontrol emosi yg masih menyerang hatinya, hingga perlahan diapun mampu mengurangi kesal yg dihadirkan Doojoon.

"ibu suri apa anda sudah merasa lebih baik?" tanya Mingi melihat ibu suri yg terlihat tenang

"ne, gomawo sudah mengkhawatirkanku" balas ibu suri

Mingi tersenyum tipis membalas ucapan ibu suri padanya, sementara yeoja itu terlihat mematung kini

"ibu suri, anda kenapa?" tanya Mingi melihat ekspresi ibu suri

Tak ada jawaban dari ibu suri, yeoja itu terlihat masih mematung

"Yoon Doojoonku yg baik sudah berubah karena yeoja itu, membuatku merasa sedih" gumamnya pelan

Mingi mengusap pungung tangan ibu suri, mencoba menghibur yeoja tua itu

"ini semua terjadi karena panglima Park, kalau saja dia tak meminta agar yeoja itu bisa masuk kedalam istana maka Doojoonku tak akan berubah" ibu suri terlihat marah kini

"ibu suri, sebaiknya jangan terlalu memikirkan banyak hal. Serahkan saja semua padaku, biar aku yg membuat yg mulia kembali menjadi dirinya" ucap Mingi

Ibu suri memandang yeoja itu, nampak olehnya rasa percaya diri yg diperlihatkan Mingi

"saat ini yg mulia hanya tergoda olehnya, karena pesona yg dihadirkannya pada yg mulia. Aku akan membuat yg mulia menyukaiku dan melupakan yeoja itu, jadi aku berharap dukungan dari ibu suri padaku" tukas Mingi

"tentu saja aku akan mendukungmu, tanpa kau minta sekalipun aku akan selalu mendukungmu"

Mingi tersenyum lebar, membuat ibu suri melakukan hal yg sama

"kalau begitu izinkan aku kembali kekediamanku untuk mempersiapkan diri menyambut yg mulia. Yg mulia akan menemuiku untuk menghabiskan malam bersama, karena itu aku harus ada di istanaku segera"

"ne...sebaiknya kau segera kembali, dan sambut yg mulia di istanamu" ibu suri nampak semangat

Mingi mengangguk, segera yeoja itu bangkit dan membungkuk dalam pada ibu suri sebelum berlalu dari tempat itu. Ditemani pengawal dan juga para dayang Mingi menuju kediamannya, dan nampak duduk dengan pandangan lurus.

"Sulyu....berani sekali kau mencuri setiap perhatian dari yg mulia raja" bisik Mingi pelan

Jemari yeoja itu mengepal mengingat setiap sentuhan yg dihadiahkan Doojoon pada Minhee dihadapannya. Rasa kesal segera menumpuk dihatinya mengingat sosok Minhee yg pada mulanya seorang gisaeng

"aku tak akan membiarkan cheonmin sepertimu mengalahkan pesonaku" gumam Mingi lagi "dayang Hwang" panggilnya kemudian

Seorang dayang masuk dan segera membungkuk dihadapan Mingi

"aku ingin membersihkan diri, siapkan air bunga untukku mandi. pilihkan pakaian sutera terbaik juga hiasi kamar ini dengan wewangian karena yg mulia pangeran akan datang malam ini ke istanaku" perintahnya

"ne, algessemnida" sahut yeoja itu

Mingi segera bangkit, didampingi dua orang dayang dia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Dibantu para dayang Mingipun menikmati mandi dengan taburan bunga didalam bak kayu yg merendam tubuhnya. Seribu khayalan tentang waktu indah yg akan dilewatinya bersama Doojoon membuat senyum merekah dibibirnya.

"tunggulah Sulyu...lihatlah bagaimana aku mengeluarkan pesonaku dihadapan yg mulia. Bahkan keindahan yg kau hadirkan dihadapan yg mulia tak akan ada artinya jika aku sudah mengeluarkan pesonaku" bisik hati Mingi penuh percaya diri

Senyum semakin merekah dibibir Mingi, seolah khayalan yg mengisi kepalanya akan segera menjadi nyata. Yeoja itu tak pernah mengira, sosok Doojoon yg saat itu sedang menatap wajah Minhee lekat sama sekali tak memiliki niat mengunjunginya. Mata Doojoon bahkan tak lepas dari wajah Minhee sejak namja itu tiba di paviliun Chinju.

Kehadiran Doojoon yg tak disadari Minhee, membuat yeoja itu tak menyadari tatapan yg Doojoon arahkan padanya sampai tangan namja itu melingkar dipingang rampingnya. Minhee segera terkejut menerima sentuhan itu, membuatnya membalik tubuh pada Doojoon

"anda datang yg mulia" sambutnya dengan senyum cerah

"hmm" Doojoon mengangguk

"apa anda datang dengan berlari?" tanya Minhee

"bagaimana kau tahu?" Doojoon menatap lekat Minhee

"peluh dikening anda yg melaporkan itu padaku" Minhee menyeka keringat Doojoon dengan ujung lengannya

Doojoon merekahkan senyumnya mendengar itu bersama dengan lengannya yg menarik Minhee semakin erat dalam pelukannya.

"aku benar2 merindukanmu dan ingin segera melihat wajah indah ini karena itu aku berlari dengan segera agar bisa melihatmu" ucap Doojoon

Tak ada balasan dari Minhee selain senyumnya yg merekah semakin lebar

"langit akan segera mengelap sebentar lagi, apa yg akan kita lakukan didalam kamarmu malam ini?" Doojoon mengusap pipi Minhee

"apa yg anda harapkan kita lakukan? aku akan melakukan apapun harapan anda" jawab Minhee

"kau yakin akan melakukan apapun yg kuinginkan"

"hmm"

"jinca?"

"ne" Minhee mengangguk

"kalau begitu aku tak boleh menyia2kan kesempatan itu bukan, aku harus mengharapkan hal2 indah agar malam berlalu dengan menyenangkan" tukas Doojoon

Minhee menatap Doojoon lembut, nampak menikmati wajah bahagia yg namja itu tunjukan padanya

"whae?" Doojoon bingung dengan tatapan Minhee

"aku senang melihat wajah bahagia yg mulia, membuat aku merasa beruntung hadir didunia ini karena bisa mengukir senyum diwajah anda" jawab Minhee

"aku bahkan lebih merasa beruntung mendapatkanmu" balas Doojoon

"aku hanya seorang cheonmin, bagaimana bisa yg mulia merasa beruntung mendapatkanku?"

"bagiku kau bukan seorang cheonmin, keberadaanmu dihatiku lebih berharga dari yeoja terbaik dinegara ini"

"yg mulia" Minhee memandang lekat Doojoon

Sebuah kecupan dihadiahkan Doojoon pada Minhee, kemudian namja itu terlihat memandang Minhee

"aku pikir tak akan ada lagi yg kubutuhkan didunia ini setelah kau ada disisiku" ucapnya lembut

Doojoon segera memeluk tubuh Minhee erat, membiarkan yeoja itu mendengarkan debar jantungnya yg memacu. Lama namja itu memeluk tubuh Minhee, sampai akhirnya perlahan Doojoon melepas pelukan itu

"aku ingin membersihkan diri, bisakah kau menyiapkan air mandi untukku" pinta Doojoon

"ne" Minhee mengangguk

Dengan berdampingan keduanya beranjak dari tempat mereka menuju kamar mandi di paviliun Minhee. Doojoon terlihat menunggu Minhee yg menyiapkan air mandinya, dan membiarkan yeoja itu menunggunya saat Doojoon membersihkan diri.

Sementara diwaktu yg sama sosok Mingi sudah selesai membersihkan diri. Senyum masih bertahan diwajahnya karena mendapati kamarnya kini sudah dihiasi wewangian. Sebuah gaun sutera tipispun sudah tersedia diatas ranjang kini, yg kemudian nampak dikenakannya.

"otte?" tanya Mingi pada dayang yg membantunya berpakaian

"anda terlihat begitu mempesona yg mulia" puji dayang itu

"apa pesonaku sudah bisa menandingi selir Sulyu sekarang?" tanyanya lagi

"tentu saja kecantikan yg anda miliki tak sebanding dengan yg dimilikinya. Selir Sulyu terlihat cantik karena riasan yg dikenakannya, sementara anda memiliki keindahan alami" ucap dayang itu

'apa begitu?" Mingi terlihat senang mendengar pujian itu

"ne" dayang itu mengangguk

Mingi menatap wajahnya dicermin kini, kemudian nampak tersenyum lebar melihat pantulan wajahnya disana

"majayo, apa yg kau katakan benar" ucapnya percaya diri

Dayang itu tersenyum, begitupun dengan Mingi

"kau boleh keluar, kalau pangeran datang segera antarkan dia kekamarku" perintahnya

"ne" dayang tersebut mengangguk

Yeoja itupun segera berlalu meninggalkan kamar Mingi, membiarkan yeoja itu menunggu kehadiran Doojoon. Dengan perasaan berdebar Mingi terus menunggu kedatangan Doojoon.

Hingga gelap menyapa namun sosok yg dia tunggu tak juga hadir dikediamannya. Sosok tersebut justru nampak sedang menatap lekat Minhee yg duduk dihadapannya dengan tenang.

"apa yg mulia akan terus memandangiku sepanjang malam?" tanya Minhee yg melihat Doojoon hanya menatapnya

"aku ingin melakukan sesuatu yg lebih, tapi jantungku sangat berisik sekarang membuatku tak bisa melakukan apapun" Doojoon mengusap dadanya

Minhee tertawa pelan mendengar itu, membuat Doojoon tak mampu menahan senyumnya

"pertama kali kita bertemu yg mulia juga melakukan hal ini, yg mulia terus memandangiku dan mengatakan jantung yg mulia berdetak sangat cepat hanya karena menyentuh pipiku" tukas Minhee diantaa tawanya

"itu karena kau selalu membuat jantungku berdetak tak menentu, sehingga menjadikanku tak tahu harus melakukan apa" balas Doojoon

Tawa Minhee berubah menjadi senyuman kini, membuat Doojoon perlahan mendekatkan tubuhnya karena mendapati keindahan senyuman itu. Jemari Doojoon meraih tangan Minhee kini, dan mengusap pelan dengan ibu jarinya.

Perlahan Doojoonpun mendekatkan wajahnya pada Minhee, untuk menghadiah kecupan dibibir yeoja itu. Kedua mata Minheepun nampak terpejam kini, membiarkan Doojoon semakin mendekatkan wajahnya. Namun sebelum bibir Doojoon mendaratkan kecupan dibibir Minhee, detak jantungnya yg memburu menahan namja itu. Segera Doojoon menjauhkan wajahnya dari Minhee dan bangkit. Dengan langkah terburu diapun menuju jendela dan membuka lebar jendela tersebut untuk mendapatkan udara segar

"yg mulia" ucap Minhee yg sudah membuka mata dan mendapati Doojoon yg coba mengatur nafasnya yg tak teratur

"mianhae...berikan aku waktu sebentar" pinta Doojoon

Minhee tersenyum melihat itu, yeoja itupun membiarkan Doojoon mengatur nafasnya

"kenapa ini begitu sulit? padahal didalam mimpi aku bisa melakukannya dengan baik" sungut Doojoon pelan

Minhee yg mendengar itu terlihat tertawa pelan, membuat Doojoon memandangnya

"whaeyo? apa aku terlihat aneh sekarang?" tanyanya

Tawa Minhee terhenti, ditatapnya Doojoon yg memandangnya dengan wajah serius

"animida yg mulia, jweisonghaeyo" Minhee segera menunduk

Doojoon menghela nafas dalam dengan tubuh yg bersandar disisi jendela. Untuk sejenak tempat itu terasa hening, hanya diisi suara angin yg menyelinap masuk lewat jendela

"Sulyu...apa kau memasang alat pemacu jantung ditubuhmu?" tanya Doojoon mengusir senyap itu

Minhee kembali mengarahkan pandangannya pada Doojoon, menatap namja itu bingung

"kenapa yg mulia bertanya seperti itu?" Minhee balas bertanya

"itu karena...setiap ada didekatmu jantungku tak pernah mau berdetak dengan normal. Dia terus memacu cepat seolah aku sedang melintasi lapangan besar dengan berlari, dan membuatku merasa tak tenang" ungkap Doojoon

Seulas senyum kembali Minhee kembangkan karena itu, bersama tubuhnya yg perlahan menghampiri Doojoon. Jemari yeoja itu memegang dada Doojoon dan bisa merasakan jantungnya yg memacu cepat

"majayo...jantung yg mulia berdetak sangat cepat, bahkan lebih cepat dari yg kudengar saat yg mulia memelukku sore tadi" ucap Minhee dengan pandangan yg mengarah lurus kemata Doojoon

"jadi apa yg harus kulakukan? aku berpikir ingin memiliki malam yg indah denganmu saat ini, tapi dengan kondisi jantung seperti ini aku tak yakin bisa memiliki itu" tukas Doojoon

Dengan langkah sedikit ragu Minhee mendekatkan tubuhnya pada Doojoon, dan memeluk namja itu. Minhee nampak merebahkan kepalanya didada Doojoon, membuat namja itu segera memeluknya. Debaran jantung Doojoon terdengar jelas ditelinga Minhee kini, membuat senyum semakin terkembang diwajahnya

"apa dengan memeluk yg mulia seperti ini, malam terasa lebih indah bagi yg mulia" tanyanya kemudian

"hmm" sahut Doojoon pelan

"kalau begitu aku akan membiarkan tubuhku ada dalam pelukan yg mulia lebih lama agar malam terasa semakin indah. Kalau nanti yg mulia merasa keindahan malam berkurang aku akan mencari cara lain agar keindahan malam yg anda inginkan kembali. Sampai yg mulia terlelap aku akan terus mencari cara menghadiahkan keindahan malam yg membuat yg mulia merasa tenang" ucap Minhee

Doojoon tersenyum senang, namja itupun semakin memeluk erat tubuh Minhee

"Sulyuku sangat hebat, apa yg dilakukannya saat ini membuatku semakin mencintainya" tukas Doojoon

"apa bila yg mulia mencintaiku, yg mulia bisa merasa semakin bahagia?" tanya Minhee

"tentu saja" jawab Doojoon

"kalau begitu aku harus membuat yg mulia semakin mencintaiku agar yg mulia bisa lebih merasa bahagia lagi"

"hmm...kau harus melakukannya"

Minhee menjauhkan sedikit tubuhnya agar bisa memandang Doojoon

"saranghae" ucap Doojoon saat mendapati tatapan Minhee

Senyum Minhee sempat memudar sesaat, sebelum akhirnya dia mengembangkan kembali senyum itu.

"gamsahamnida" sambut Minhee

Doojoon sedikit kecewa, namun tetap menghadiahkan senyum untuk Minhee. sebuah kecupan lembut dihadiahkan namja itu kembali dikening Minhee, sebelum membiarkan yeoja itu merebahkan kepala didadanya.

Keduanya terlihat menikmati kehangatan bersama, tanpa sadar sepasang mata Mingi mendapati kebersamaan itu. Ada cemburu yg menghias bola mata indah yeoja itu, membuat tangannya menggepal kuat

"yg mulia permaisuri, tidakkah sebaiknya kita kembali" ucap dayang hwang yg juga melihat itu

"bagaimana dia bisa melakukan itu? aku menunggunya datang tapi dia lebih memilih menghabiskan waktu dengan gisaeng itu" Mingi nampak geram

Dayang hwang tak menjawab, yeoja itu hanya tertunduk mendapati amarah Mingi

"aku seorang permaisuri, tapi posisiku disingkirkan dari sisi yg mulia oleh seorang selir" lanjutnya kemudian

"yg mulia, sebaiknya kita kembali ke istana. Bila ada yg melihat anda disini yg mulia bisa jadi bahan perbincangan" ucap dayang Hwang

Mingi masih menatap Minheeyg berada dalam pelukan Doojoon, kemudian mengarahkan pandangannya pada wajah Doojoon.Senyum bahagia diwajah namja itu membuat rasa nyeri dihatinya. Merasa taksanggup mendapati hal itu, Mingipun berlalu diikuti dayang Hwang.

Malam yg menjadi saksi dibiarkannya membisu bersama tubuhnya yg semakin menjauh darikediaan Minhee. Dengan perasaan yg kacau, Mingi menembus gelap yg mengantar tubuhyeoja itu kembali kekediamannya.

*
TBC

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro