Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Missing You #14

"Seokjin" suara Doojoon menyapa telinga Seokjin

Namja itu berpura2 tak mendengar panggilan Doojoon, dia terus melangkah tanpa menoleh pada sosok itu. Melihat Seokjin yg masih memacu langkahnya Doojoonpun ikut mempercepat langkah kakinya. Segera Doojoon mengejar langkah Seokjin, dan menghadang langkah namja itu membuat Seokjin segera berhenti.

"yg Mulia" Seokjin membungkuk sopan berpura2 terkejut mendapati sosok Doojoon dihadapannya

"aku terus memanggilmu tadi, kenapa kau tak menoleh padaku?" tanya Doojoon

"jincayo? Jweisonghaeyo, aku tak mendengar itu" ucap Seokjin berbohong

"kau tak mendengarnya" Doojoon menatap tajam Seokjin

"ne, aku tak mendengarnya" Seokjin coba terlihat meyakinkan

Doojoon terlihat tak yakin dengan itu, namun wajah Seokjin yg nampak tenang membuat namja itu akhirnya percaya.

"kau darimana?" tanyanya kemudian

"aku baru menemui menteri Han untuk menyerahkan nama2 prajurit baru yg akan ditempati di istana" jawab Seokjin

"sepertinya akhir2 ini kau sangat sibuk, sampai tak bisa mengunjungiku. Seingatku letak kantor pertahanan dan istanaku tak begitu jauh, bukankah seharusnya bila ada waktu kau mengunjungiku untuk sekedar memberi salam" Doojoon sedikit menyindir

"jweisonghaeyo yg mulia, aku sebenarnya berulang kali ingin mengunjungi anda. Tapi pekerajaanku sedikit banyak akhir2 ini, membuatku tak bisa melakukan hal itu" balas Seokjin dengan wajah menyesal

"sekarang ini...apa kau masih sibuk?" tanya Doojoon

"ne" Seokjin mengangguk

"kalau begitu singkirkan dulu kesibukanmu, karena ada yg ingin kubicarakan" tukas Doojoon

"tapi aku..."

"jangan membantah, ini perintah dariku" potong Doojoon

Seokjin menghela nafas dalam, kemudian menganggukkan kepalanya berat

"kajja...kita bicara di istanaku" ajak Doojoon kemudian

Seokjin kembali mengangguk, dan mengikuti langkah Doojoon yg membawa ke istananya.

"duduklah" ucap Doojoon yg sudah menempati tempat duduknya

Tanpa menuggu perintah kedua Seokjinpun duduk dan menatap Doojoon lurus. Sejenak sosok Doojoon terlihat bungkam, membuat Seokjin yg melihat itu kebingungan. Seokjin ingin bertanya, namun wajah serius Doojoon menahan ucapannya. Pada akhirnya namja itupun lebih memilih diam, membiarkan Doojoon tenggelam dalam bungkamnya

"Seokjin" panggil Doojoon mengusir senyap yg berada diantara mereka sesaat

"ne" sahut Seokjin

"aku rasa ada sesuatu yg aneh pada Sulyuku" ungkapnya

Seokjin tersentak mendengar nama itu dari Doojoon, namun coba bersikap biasa

"Namjoon bilang akhir2 ini Sulyu sering pergi meninggalkan wisma tanpa mengatakan padanya dan kembali saat gelap menyapa" urai Doojoon

"memangnya kemana Sulyu pergi?" Seokjin mencari tahu

"Namjoon tak tahu kemana dia pergi, namja itu pernah coba mengikuti tapi dia segera kehilangan jejak Sulyu. Sepertinya saat itu Sulyu tahu kalau dia diikuti, dan bersembunyi agar Namjoon tidak terus mengikutinya" terang Doojoon

"Sudah berapa lama dia melakukan itu?" tanya Seokjin

"dia melakukan itu sekitar dua minggu terakhir" jawab Doojoon

Seokjin terdiam, dia segera mengerti sebab perubahan sikap Minhee

"apa selain hal itu, ada hal lain yg berubah darinya?"

"aniyo...dia tetap tersenyum dan mengurai tawa bersamaku. Sulyu juga masih mengurai sikap hangatnya setiap kali aku menemuinya di wisma Huida" jawab Doojoon

"lalu apa yg anda khawatirkan? Bukankah dia masih Sulyu yg sama yg anda kasihi"

"aku khawatir karena dia bisa saja benar2 menghilang dariku dan aku tak bisa lagi menemuinya" sambut Doojoon

"apa maksud yg mulia?" Seokjin mengerutkan keningnya

"aku menemukan luka dipergelangan tangannya, kupikir yeoja itu mencoba bunuh diri diam2" ungkap Doojoon

"ne?" Seokjin nampak kaget

"memang luka yg kudapatkan bukanlah luka besar, dan tidak terlalu serius. Tapi...aku tetap saja khawatir, karena luka itu kudapati setelah mendengar kabar dari Namjoon kalau sepanjang hari Sulyu menghilang" wajah Doojoon terlihat khawatir

Seokjin terdiam, ada beban yg menaungi hatinya karena mendengar semua hal tentang Minhee

"apa yg harus kulakukan sekarang Seokjin? Apa aku harus membiarkan dia terus melakukan hal itu?" tanya Doojoon membuat Seokjin yg tercenung sedikit tersentak

Seokjin memandang Doojoon, kemudian mengurai senyum tipis

"untuk sementara waktu biarkan saja dulu dia melakukan apapun yg dia inginkan. karena jika yg mulia terlalu mengatur kehidupannya, aku takut Sulyu akan merasa tak nyaman. Mungkin saat ini Sulyu sedang ingin menikmati banyak waktu sendirian, ada banyak hal yg mungkin mengusiknya karena itu dia ingin menyelesaikan hal itu seorang diri" ucap Seokjin bijak

"apa akan baik2 saja? apa dia tak akan melakukan sesuatu yg membuatnya menghilang dari hadapanku?" Doojoon nampak cemas

"ani..dia tak akan meninggalkan yg mulia, aku akan menjamin hal itu"

"bagaimana bisa kau menjamin hal itu?" Doojoon menatap Seokjin lekat

"ommaku...bukankah anda tahu kalau dia adalah chinayang yg terkenal. Aku akan meminta jimat perlindungan padanya, untuk menjaga kesalamat Sulyu" jawab Seokjin

"ah...majayo, kenapa aku tak pernah terpikir hal itu" Doojoon tersenyum senang

Seokjin ikut merekahkan senyumnya, walau dengan perasaan yg kacau

"hal terbaik yg saat ini membuatku begitu beruntung adalah menjadikanmu sebagai sahabat. Seandainya aku tak memiliki sahabat sepertimu, mungkin aku akan terpuruk dalam keputus asaan" ucap Doojoon

Tak ada balasan dari Seokjin, namja itu semakin merekahkan senyumnya cerah

"ah...aku bisa merasa tenang sekarang" gumamnya lega

Seokjin memandang lekat Doojoon, yg terlihat lebih tenang sekarang

"melihat anda yg begitu memperhatikannya, sepertinya yg mulia benar2 mencintai Sulyu" ucap Seokjin

"jadi kau pikir aku tak benar2 mencintainya" balas Doojoon

"ani...hanya saja, aku berpikir anda hanya tergoda karena kecantikan yg Sulyu miliki tak benar2 memperhatikan yeoja itu hingga mengkhawatirkannya seperti ini" tukas Seokjin

Doojoon tersenyum tipis, begitupun dengan Seokjin

"saat ini Sulyu adalah bagian nyawaku, aku tak akan bisa hidup dengan baik tanpanya. Mungkin aku masih bisa bernafas, dan mungkin aku masih bisa membuka mataku kalau dia pergi dariku. Tapi mungkin aku tak benar2 bisa menjalankan kehidupanku layaknya orang normal bila tak ada dirinya disisiku. hanya sekedar membayangkan yeoja itu diam2 pergi dari sisiku saja aku sudah sangat takut. Bila menghadapi kenyataan dia benar2 meninggalkanku, kupikir aku akan segera gila karena itu" urai Doojoon

Senyum Seokjin berubah getir mendengar penuturan Doojoon, sementara itu sang sahabat nampak mengukir senyum Minhee dikepalanya

"kau tahu...aku tak pernah merasakan jatuh cinta sebelumnya. Tapi saat bertemu Sulyu, aku segera merasakan indahnya perasaan itu. Sejak saat aku menyadari itu cinta, akupun bertekad untuk tetap menjaga yeoja itu. Tak akan membiarkannya dimiliki namja lain, juga di sakiti oleh siapapun" senyum diwajah Doojoon merekah kini

Seokjin terpaksa menarik senyum yg sama diwajahnya agar Doojoon tak mendapati perasaan sesak yg mulai membuatnya sulit bernafas

"karena itu...sangat baik mendengarmu menawarkan sebuah jimat untuknya. setidaknya dengan kehadiran jimat itu aku akan merasa sedikit tenang membiarkan Sulyu sendirian dimanapun dia berada" lanjut Doojoon

Seokjin mengangguk pelan membalas ucapan Doojoon, masih dengan senyum yg merekah

"kalau memang bisa kau kirimkanlah jimat itu segera padaku, agar aku bisa menyerahkannya pada Sulyu" pinta Doojoon

"ne....aku akan segera memintanya pada omma dan menyerahkannya pada anda" balas Seokjin

Doojoon tersenyum cerah, wajahnya terlihat tak menyimpan beban lagi

"apa ada hal lain yg ingin yg mulia bahas denganku?" tanya Seokjin kemudian

"ani" Doojoon menggeleng

"kalau begitu...bisakah aku kembali, karena ada hal yg harus ku urus"

"ne...tentu saja" Doojoon tak melarang

Seokjin bangkit, kemudian nampak membungkuk sopan

"aku pergi yg mulia" pamitnya

"ne..gomawo sudah mau membantuku" balas Doojoon

Seokjin tersenyum dan mengangguk pelan, kemudian segera berlalu dari hadapan Doojoon. Dengan langkah lemah dia meninggalkan kediaman Doojoon, bersama bayangan wajah Minhee yg menari dibenaknya

"ini pasti karena aku bukan" Seokjin menyalahkan dirinya

Pelan namja itu menghentikan langkahnya, bersama hembusan nafas berat yg terdengar darinya.

"kau benar2 namja yg luar biasa Seokjin, kau berhasil menghadiahkan luka pada yeoja yg kau cintai" bisik Seokjin dalam hati

Seokjin terlihat tercenung ditempatnya kini, memikirkan sosok Minhee yg sudah tak lagi ditemuinya. Sampai akhirnya perlahan pandangan namja itu mengarah pada paviliun Chinju yg berada didekatnya.

"akan ada seseorang yg menempati paviliun ini tak lama lagi, dan dia adalah seseorang yg disinari cahaya putih. Seseorang yg memiliki kesucian, tidak hanya ditubuhnya tapi juga hatinya" kalimat yg diucapkan Minju segera terngiang ditelinga Seokjin

"Seseorang yg dihiasi cahaya putih" ulang Seokjin pelan

"agassi...anda memiliki sinar putih yg menyilaukan, dengan cahaya seperti itu agassi akan menjadi yeoja yg paling dekat dengan yg mulia pangeran. Mungkin cahaya putih itu tak akan menjadikan agassi sebagai yeoja nomer satu dinegeri ini, tapi cahaya yg menyelimuti agassi bisa mengantarkan agassi menjadi bagian istana" kata2 Minju disaat yg berbeda ikut terpanggil kedalam ingatan Seokjin kini

"yeoja suci, sinar putih, bagian dari istana" Seokjin mengulang beberapa kata yg dirasanya memiliki kaitan

"bagaimanapun juga Sulyu adalah seorang gisaeng, karena itu aku tak bisa membawanya. Walau dia masih seorang yeoja suci, semua orang akan tetap memandangnya sebagai cheonmin dan tak akan mau menerimanya" kali ini ucapan Doojoon yg bermain dalam ingatan Seokjin

Seokjin terus memainkan ingatannya, mencoba menarik sebuah garis merah dari setiap bagian kenangan yg didapatinya

"kau akan berada disini sampai seorang yeoja suci menyatu dalam abadi ditempat terbaik dinegara ini" keterangan dari Kwangsun seakan menjadi bagian terakhir dari teka-teki yg coba Seokjin pecahkan

"apa yeoja suci yg dimaksud omma adalah Minhee?" Seokjin menyimpulkan

Seokjin memacu langkahnya kini untuk kembali kerumah agar mendapati jawaban yg diinginkannya. Segera diapun menghampiri Kwangsun yg terlihat baru meninggalkan kuil ketika tiba dirumah. Ada seulas senyum yg menghias diwajah Kwangsun melihat kehadiran Seokjin, sementara namja itu mendekati sang ibu masa lalunya dengan wajah penuh tanda tanya.

"omma...yeoja yg harus kubawa ketempat terbaik dinegara ini, apakah dia Minhee?" Seokjin memastikan kesimpulan yg dibuatnya

Senyum Kwangsun semakin merekah, sebuah anggukan pelanpun menjawab pertanyaan yg diberikan Seokjin

"apa tempat terbaik yg omma maksud adalah istana?" tanyanya lagi

"ne" jawab Kwangsun

"jadi aku harus membawa Minhee masuk kedalam istana sebagai yeoja milik pangeran" tukas Seokjin

"ne" Kwangsun mengangguk

"bagaimana caraku melakukannya? Aku seorang panglima biasa, jika pangeran saja tak memiliki kuasa atas itu bagaimana mungkin aku bisa melakukannya?" tanya Seokjin

"kau bisa melakukannya dengan mengandalkan hadiah yg diberikan yg mulia raja padamu" jawab Kwangsun

"ne?" Seokjin nampak bingung

"sebuah permohonan darimu yg dijanjikan untuk dikabulkan oleh yg mulia raja apapun itu, kau bisa memintanya membiarkan Minhee masuk istana dan menjadi istri yg mulia pangeran" terang Kwangsun

"apa...itu akan baik2 saja? maksudku..,apa nantinya para menteri tak akan mempermasalahkan itu?" balas Seokjin

"ini sebuah hadiah yg diberikan raja untukmu, tak ada satupun menteri yg berhak mempermasalahkannya. Selama kau bisa meyakinkan mereka kalau yeoja yg disukai yg mulia pangeran adalah seorang yeoja suci yg memiliki sinar cerah, maka mereka tak akan bisa melakukan apapun" balas Kwangsun

Seokjin tercenung, dia nampak membuang pandangannya lurus kini

"saat ini masalahnya bukan datang dari para menteri Seokjin, tapi pada hatimu. Kau belum bisa meyakinkan hatimu untuk benar2 melepaskannya, karena itu kau coba membuang kesempatan untuk menjalankan tugasmu" tukas Kwangsun

Tak ada sahutan dari Seokjin, seolah namja itu membenarkan ucapan Kwangsun padanya

"temui dia sekarang, dan beri yeoja itu pengertian sebelum kau menyerahkannya pada sahabatmu. Kau dan dia harus sama2 bisa menepikan perasaan yg kalian punya, sebelum membiarkan yeoja itu tinggal dalam keabadian diistana" saran Kwangsun

"tapi omma....aku...tak ingin melihatnya lagi, karena jika aku melihatnya aku tak ingin melepaskan Minhee pergi"

Kwangsun tersenyum, diapun meraih jemari Seokjin dan mengenggamnya

"yakinkan hatimu akan masa depan yg kau miliki dengannya, karena hanya dengan itu kau bisa rela melepaskannya saat ini. katakan juga pada yeoja itu kalau kau akan meraihnya dimasa depan, sehingga dia bisa melepaskanmu pergi"

"tapi..."

"jangan terus menunda ini Seokjin, karena semakin kau mengulur waktu semakin lama kau kembali pada cintamu dan itu hanya akan membuatnya tenggelam dalam kekhawatiran. Saat ini kau berada dalam keadaan koma didunia nyatamu, jika kau tak segera kembali kesana maka kau tak akan pernah bisa kembali lagi. Karena itu...segera lakukan tugasmu agar kau dan dia tak lagi tersiksa dengan perasaan sedih yg kalian bagi dimasa ini" potong Kwangsun

Seokjin kembali bungkam, coba memikirkan setiap kata yg diberikan Kwangsun padanya. Ada rasa sakit yg mengiris hatinya perlahan kala itu, namun Seokjin coba menahan sakit itu untuk kebahagiaan yg akan didapatkannya

"araso....aku akan menemuinya" ucap Seokjin dengan suara berat

Kwangsun mengusap bahu Seokjin, tahu pasti rasa sakit yg coba ditahan namja itu

"aku pergi omma" pamitnya kemudian

Kwangsun mengangguk, kemudian membiarkan Seokjin berlalu dari hadapannya

"Semoga berhasil" bisiknya dalam hati

Tak ada balasan dari Seokjin, namja itu terus beranjak dengan langkah pasti menemui Minhee. Disepanjang jalan dia coba meyakinkan hatinya untuk melepas yeoja itu, hingga akhirnya Seokjin mendapati sosok Minhee tercenung dipinggir sungai. Dengan langkah pelan namja itu mulai menghampiri Minhee, kemudian duduk disisinya membuat Minhee berpaling

"tuan" ucap Minhee lemah

Seokjin merekahkan senyum tipis bersama tatapan Minhee yg mengarah lurus padanya

"kenapa tuan ada disini? apa tuan mau melihat bagaimana buruknya hidupku karena tuan?" tanya Minhee dingin

Seokjin tak menjawab, pelan diraihnya jemari Minhee dan mengenggamnya

"mianhae...membuat hidupmu sulit akhir2 ini" sesal Seokjin

Minhee menarik tangannya dari Seokjin, kemudian menggeleng pelan

"animida, akulah yg membuat hidupku sulit karena tak bisa berhenti memikirkan tuan" balasnya

"Minhee aku..."

"kalau tuan datang hanya untuk menyuruhku hidup dengan baik maka tuan bisa pergi. Aku masih mampu mengingatkan diriku sendiri untuk melakukan hal itu, jadi tuan tak harus melakukannya hanya karena kasihan melihat hidupku sekarang" Minhee memutus kata2 Seokjin

"Minhee" suara Seokjin melemah

"mungkin sampai saat ini aku belum berhasil mengusir bayangan tuan, tapi aku yakin aku akan bisa melakukannya. Perlahan aku akan menjadikan tuan sosok yg tak berharga bagiku seperti yg tuan lakukan padaku" lanjut Minhee

"kau salah...aku...tak pernah melihatmu sebagai sosok yg tak berarti. Selama ini...aku selalu melihatmu sebagai yeoja yg special"

"jangan berbohong hanya untuk menghiburku tuan"

"ani...aku tak berbohong, justru kebohongan yg kubuat adalah saat aku mengatakan kalau aku tak memiliki perasaan yg sama denganmu"

"tuan" Minhee memandang lekat Seokjin

"mianhae...membuatmu terluka karena mengatakan kau hanya sekedar teman berbincang. Mianhae...karena mengungkap tentang yeoja yg akan menjadi pendampingku sebagai balasan pernyataan cintamu. Mianhae...sudah membuat hari2mu sulit dengan menjauhimu. Mianhae...noumu mianhae" sesal Seokjin

Minhee terbungkam, ucapan Seokjin cukup membuatnya terkejut saat itu

"sebenarnya...kalau saja aku memiliki kekuatan, aku ingin sekali mengubah takdir yg sudah digariskan pada kita. tapi...bila aku melakukannya aku akan kehilanganmu dimasa depan, dan kupikir...aku tak akan rela untuk itu" ucap Seokjin

Kening Minhee berkerut, tak begitu paham dengan ucapan Seokjin

"aku memiliki waktu yg panjang dimasa depan untuk mendapatkan cintamu. Bahkan kesakitan demi kesakitan kuterima sebelum akhirnya kau berada disisiku. Dengan semua perjuangan itu, aku tak akan mungkin rela mengubah semuanya sekarang dan membuat kau pergi dari sisiku" lanjut Seokjin

"tuan...apa yg tuan katakan?" Minhee terlihat bingung

Seokjin tak menjawab, dia kembali mengenggam kedua jemari Minhee dan memandang lembut yeoja itu

"Minhee...aku harus melepaskanmu sekarang, untuk keberasamaan kita dimasa depan" ucap Seokjin

"tuan" suara Minhee semakin lemah

"mungkin ini akan menjadi waktu yg sulit untukmu, tapi aku janji...dimasa depan aku akan menghadiahkan lebih banyak kebahagiaan lagi untukmu. Aku akan mencintaimu dari waktu kewaktu, dan tak menghentikan rasa cintaku padaku" ucap Seokjin

Minhee memandang Seokjin lurus, masih tak mengerti ucapan Seokjin. Melihat kebingungan diwajah Minhee, Seokjin terlihat merekahkan senyum tipis. Pelan jemarinya meraih sebuah cincin yg selalu dibawanya, dan menyematkannya dijari Minhee

"ini terlalu kecil, aku membeli cincin yg tidak sesuai dengan jarimu" Seokjin tertawa pelan

Minhee meraih cincin itu, kemudian menyematkan dijari kelingkingnya

"tuan membelinya bukan untuk jari manisku, tapi untuk jari kelingkingku" ucap Minhee pelan

Seokjin tersenyum tipis, seketika ada rasa sakit dihatinya mendapati hal itu. Minhee menatap cincin yg diberikan Seokjin, jemarinya mengusap pelan pemberian namja itu untuknya

"tuan...apa ini bukti kalau tuan mencintaiku?" tanya Minhee dengan pandangan yg mengarah pada Minhee

"ne" Seokjin mengangguk

"apa rasa cinta itu tak bisa tuan gunakan untuk memilikiku?" tanya Minhee

"mianhae...mungkin saat ini aku mencintaimu, tapi tak bisa menjanjikan kalau rasa itu bertahan ketika aku tak lagi berada dalam tubuh ini" balas Seokjin

"apa maksud tuan?" Minhee kembali dibuat bingung

"aku memperkenalkan diriku sebagai Kim Seokjin padamu bukan" ucap Seokjin sebelum menjelaskan

"ne" Minhee mengangguk

"sesungguhnya aku bukan Kim Seokjin yang sebenarnya, aku adalah Kim Seokjin renkarnasi Seokjin dimasa depan. seorang namja yg akan sangat mencintaimu, dan menjaga cinta dihatiku hanya untukmu" jelas Seokjin

"ne?" Minhee terlihat terkejut

"roh nenek moyang membawaku kemasa ini, untuk menarikmu ketempat terbaik dinegara ini. Mengeluarkanmu dari wisma yg membuat kilaumu tak terlihat, dan menyandingkanmu disisi yg mulia pangeran" terang Seokjin

"jadi tuan...bukanlah seseorang yg hidup dimasa ini"

"ne" Seokjin mengangguk

"jadi darimana tuan berasal?"

"aku datang dari masa depan, dan kembali untuk menjalankan tugasku" jawab Seokjin

"tugas apa yg harus tuan jalankan?" tanya Minhee lagi

"aku bertugas membawamu masuk kedalam istana, dan menjadikanmu sebagai yeoja yg bersanding dengan pangeran" jawab Seokjin

Minhee terdiam, lidahnya menjadi kelu mendengar penjelasan yg diberikan oleh Seokjin

"Minhee....saat ini aku tidak memakai tubuhku dan hatiku untuk mencintaimu. Semua yg kumiliki sekarang adalah milik Seokjin, sosok masa laluku. Jika aku memaksa memilikimu dengan tubuhnya, maka ketika aku kembali kemasa depan sosokmu dimasa sekarang hanya akan terluka. Seokjin hidup dengan mencintai Minju, dan tak ada yg bisa mengusik cinta itu. Jadi...karena itu...aku harus mengabaikan rasa cintaku padamu, dan membiarkanmu berada ditempat dimana kau seharusnya berada yaitu disisi pangeran"

"tuan....tapi aku ingin ada disisi tuan, tak perduli nantinya tuan kembali kemasa depan dan tak lagi mencintaiku. Asalkan itu ada disisi tuan, maka aku akan hidup dengan bahagia" ucap Seokjin

"ani...aku tak bisa melakukan itu, karena aku akan kehilanganmu"

"tuan...anda akan membuatku menderita dikehidupanku ini bila membiarkanku terlepas dari tuan" Minhee nampak sedih

Seokjin meraih wajah Minhee dan mengusap pipi yeoja itu lembut

"Minhee...kali ini kau mungkin terlepas dariku, namun dikehidupan mendatang aku akan kembali mendapatkanmu. Saat itu terjadi aku tak akan pernah membiarkanmu menjauh dariku. Aku akan selalu menjagamu dan tak akan pernah melepas rasa cinta yg ada dihatiku. Aku juga tak akan membiarkan satupun namja merebutmu dari sisiku saat hari itu tiba. Selalu yakini itu dalam hatimu, karena janjiku akan selalu kupenuhi walau tidak dalam kehidupan kali ini" ucap Seokjin memberi pengertian

"tuan" airmata Minhee menetes

"aku mencintaimu, bahkan sangat2 mencintaimu. Ingatlah apa yg kulakukan saat ini karena aku mencintaimu, dengan begitu kau tak akan merasa sedih menjalankan hidupmu disisi yg mulia pangeran"

"tuan...aku tak ingin kehilangan tuan" Minhee terlihat semakin sedih

"aku juga tak ingin kehilanganmu, tapi saat ini tak ada yg bisa kita lakukan. demi kehidupan kita dimasa depan, biarkan kisah cinta kita berakhir seperti ini" airmata Seokjin ikut menetes

Pelan Seokjin memeluk tubuh Minhee, membiarkan yeoja itu menumpahkan rasa sedih dipelukannya. Mendapati pelukan hangat Seokjin membuat Minhee semakin terisak, kenyataan dia akan kehilangan sosok itu membuat hati Minhee terasa begitu sakit.

lama yeoja itu menumpahkan rasa sedihnya dalam pelukan Seokjin, sampai akhirnya Minhee menghentikan tangisnya. Seokjinpun segera melepaskan pelukanya, dan menatap Minhee yg menyeka sisa airmata dipipinya.

"mianhae...selama ini kau pasti menangis seorang diri disini" ucap Seokjin

Minhee tersenyum tipis mendengar itu, membuat Seokjin melakukan hal yg sama. Kini mata Minhee memandang lekat Seokjin, membuat namja itu sedikit merasa bingung

"whaeyo? apa ada yg aneh diwajahku?" tanya Seokjin

Minhee menggeleng pelan menjawab pertanyaan Seokjin

"kalau tak ada yg aneh, kenapa kau memandangku seperti itu?"

"karena aku penasaran seperti apa tuan dimasa depan" jawab Minhee

"aku yg kau lihat saat ini, adalah aku dimasa depan. semua sikapku yg kutunjukkan padamu, adalah sikapku yg selalu kutunjukkan padamu dimasa depan"

"geraekunna" Minhee mengangguk

Seokjin mengusap pipi Minhee, membuat yeoja itu ikut meraih wajah Seokjin

"aku dimasa datang, apa yeoja yg begitu beruntung hingga bisa memiliki tuan?"

"ani...akulah namja yg beruntung bisa mendapatkanmu"

"jinca?'

"hmm"

"kenapa tuan merasa beruntung?" tanya Minhee

"sama seperti dirimu yg dipuja banyak namja saat ini, sosokmu dimasa depan juga akan membuat mata namja tak bisa berpaling darimu"

Senyum Minhee merekah lebar mendengar uraian kata2 Seokjin

"apa kita pasangan yg bahagia dimasa datang?"

"hmm" Seokjin mengangguk

"apa yg membuat tuan merasa bahagia ada disisiku dimasa datang?"

"karena kau memberi segala hal yg pertama untukku, walau aku bukanlah cinta pertamamu"

"kalau tuan bukan cinta pertamaku, siapa yg menjadi cinta pertamaku?"

"itu Jimin"

"Jimin" ulang Minhee

"ne...Park Jimin, seorang namja yg menjadi chinggu terbaik kita"

"apa dia namja yg tampan?"

"ne...dia bahkan dijuluki casanova karena ketampanannya"

"geraekunna"Minhee mengangguk "apa aku dan dia sudah menjadi sepasang kekasih saat itu?" tanyanya kemudian

"hmm"

"apa saat aku dan dia menjadi sepasang kekasih tuan sudah mencintaiku?"

"jauh sebelum itu aku sudah mencintaimu"

"itu berarti tuan merasakan sakit karena tak mendapat balasan dari cintaku bukan"

"hmm"

"itu pasti tuan rasakan karena tega mengabaikan rasa cintaku saat ini, tuan mendapatkan karma dari tindakan tuan padaku" ucap Minhee

"ne...majayo, aku rasa apa yg kurasakan saat itu karena sudah mengabaikan cintamu saat ini" Seokjin tertawa pelan

Minhee tersenyum lebar mendengar itu, perasaannya yg sempat kacau perlahan mulai terasa tenang kini

"lalu...apa yg membuatku dan namja bernama Ilhoon itu berpisah?" Minhee mencari tahu

"kurasa karena dia tak bisa membuatmu nyaman seperti yang bisa kulakukan padamu" jawab Seokjin

Senyum merekah dibibir Minhee untuk sesaat, sebelum wajah itu kembali dihiasi mendung

"whaeyo?" Seokjin menatap bingung Minhee

"tuan...bisakah aku melewati hariku tanpa tuan" ucap Minhee

"tentu saja"

"tapi hari2ku akan menyakitkan jika itu kulewati tanpa tuan"

"ani...yg mulia akan menghadiahkan hari yg indah untukmu. Perlahan kau akan melupakanku, dan akhirnya mencintai yg mulia secara penuh karena kebaikan yg diberikannya. Ada disisi yg mulia adalah tempat terbaikmu saat ini, tak ada tempatmu kembali selain dalam pelukan yg mulia" balas Seokjin

Minhee terdiam, membuat Seokjin meraih tangannya dan mengecup pungung tangan yeoja itu

"ini semua demi masa depan kita Minhee, jadi kau harus berusaha hidup bahagia tanpaku dimasa ini untuk kebersamaan kita dimasa depan" tukas Seokjin

Minhee menganggukkan kepalanya pelan, walau hatinya belum benar2 rela melepaskan Seokjin. Kembali sebuah pelukan didapatinya dari Seokjin, bersama rasa tenang yg kembali merayapi hatinya

*

Minhee memandang lekat cincin pemberian Seokjin bersama seulas senyum dibibirnya

"Minhee...kali ini kau mungkin terlepas dariku, namun dikehidupan mendatang aku akan kembali mendapatkanmu. Saat itu terjadi aku tak akan pernah membiarkanmu menjauh dariku. Aku akan selalu menjagamu dan tak akan pernah melepas rasa cinta yg ada dihatiku. Aku juga tak akan membiarkan satupun namja merebutmu dari sisiku saat hari itu tiba. Selalu yakini itu dalam hatimu, karena janjiku akan selalu kupenuhi walau tidak dalam kehidupan kali ini" janji yg diucapkan Seokjin kembali teringat dikepalanya

Senyum Minhee semakin merekah, membuat Namjoon yg sejak tadi menemaninya terlihat bingung

"agassi...anda..terlihat bahagia hari ini" ucap Namjoon

Minhee menoleh pada Namjoon, kemudian kembali menatap cincin pemberian Seokjin

"Namjoon...apa kau percaya renkarnasi itu ada?" tanya Minhee

"ne...tentu saja" jawab Namjoon

"apa kau pernah membayangkan sosok seperti apa dirimu ketika sudah berenkarnasi nanti?" Minhee mengarahkan kembali wajahnya pada Namjoon

"molla..mungkin sosok namja yg ada disisi agassi, dan mengerti agassi lebih dari siapapun" jawab Namjoon

"whaeyo? tidakkah kau berpikir berada jauh dariku"

"whae? apa agassi tak ingin tinggal disisiku?"

"ani...hanya, tidakkah kau merasa bosan terus ada disisiku dan menjagaku"

"ani, aku tak merasa bosan karena itu"

"jinca?'

"hmm"

"ara...kalau begitu kalau kau dilahirkan kembali datanglah padaku. muncul dihadapanku sebagai pengawalku, dan jadi orang yg mengerti aku lebih dari siapapun"

"hmm" Namjoon mengangguk

"janji" Minhee mengarahkan kelingkingnya

"ne...janji" Namjoon mengaitkan kelingkingnya dijari Minhee

Minhee tersenyum cerah, kemudian membuang pandangannya kelangit malam

"aku harap dimasa depan saat aku dilahirkan aku bisa memiliki banyak cinta dan juga dihadiahkan orang tua yg hangat" bisik Minhee pelan

Namjoon memandang lekat Minhee yg terlihat merekahkan senyum tipisnya

"aku berharap aku akan menjadi orang yg paling dekat dengan agassi saat terlahir kembali dan menjadi salah satu orang tempat agassi berlari untuk menumpahkan rasa sedih yg agassi rasakan" bisik Namjoon dalam hati

Namja itu merekahkan senyum tipis, kemudian ikut melayangkan pandangannya kelangit malam

"apa yg sedang kalian lakukan? apa kalian sedang berlomba menghitung bintang?" tanya Doojoon yg baru tiba disana

Minhee menatap kehadiran Doojoon, kemudian segera bangkit dari duduknya dan membungkuk hormat begitupun Namjoon

"yg mulia" sambutnya

Doojoon segera berdiri dihadapan Minhee dan memandang lekat wajah Minhee yg terlihat tak lagi mendung

"apa ada sesuatu yg terjadi?" tanyanya pada yeoja itu

"ne?" Minhee memandang bingung Doojoon

Doojoon meraih wajah Minhee, membuat Namjoon segera menyingkir dari tempat itu

"akhir2 ini, saat kau menyambutku matamu selalu terlihat mendung. Tapi hari ini...aku tak mendapati mendung dimatamu" tukas Doojoon

Minhee tak menjawab, yeoja itu hanya tersenyum tipis

"apa ada sesuatu yg menyingkirkan mendung itu?" tanyanya kemudian

"hmm" Minhee mengangguk

"apa yg membuat mendung itu tersingkir dari matamu?"

"janji"

"janji?" kening Doojoon berkerut

"ne...sebuah janji" ulang Minhee

Doojoon terlihat bingung, namun sebelum bertanya Minhee sudah terlihat meraih jemari namja itu yg menyentuh pipinya

"apa yg mulia sudah makan?" tanyanya

"ajik" Doojoon menggeleng

"kalau begitu aku akan menyiapkan makan malam untuk yg mulia, dan menemani yg mulia makan"

"hmm" Doojoon mengangguk

"yg mulia tunggulah dikamar, aku akan menyiapkan makanan untuk yg mulia"

"ne" kembali Doojoon mengangguk

Namja itu segera berlalu menuju kamar, bersama tatapan Minhee dan juga senyum yg memudar diwajahnya

"jweisonghaeyo yg mulia, aku tak bisa memberikan cinta yg anda harapkan dariku. Tapi aku berjanji untuk ada disisi yg mulia sampai akhir hidupku dimasa ini, sebelum aku hidup bersama dengan cintaku dikehidupan setelahnya" bisik Minhee

Dengan langkah pelan Minheepun segera beranjak menuju dapur untuk menyiapkan makan malam. Perasaan sedih masih sering menyapanya ketika mengingat sosok Seokjin, namun janji yg diucapkan namja itu membuat rasa sedih yg Minhee rasakan perlahan menghilang.

Kini Minhee berusaha membuat perasaannya tenang dengan janji tersebut, agar mampu menjalankan kehidupan dengan baik sesuai harapan Seokjin

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro