Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Missing You #13

Seokjin terlihat mematung ketika mengikuti rapat dengan menteri pertahanan di istana. Tak ada satupun penjelasan yg didengar oleh Seokjin kala itu karena dia terus memikirkan sosok Minhee. Wajah sedih yeoja itu yg terakhir kali dilihatnya, membuat perasaan Seokjin benar-benar kacau.

"jadi bagaimana menurut anda panglima Kim?" tanya menteri yg memimpin rapat itu

Seokjin tak menjawab, dia masih nampak tenggelam dalam lamunannya

"panglima Kim" tegur menteri karena melihat kebungkaman namja itu

"ne" sahut Seokjin karena sedikit tersentak

Namja itu mengitari pandangannya pada semua yg hadir dirapat tersebut. Tampak oleh Seokjin tatapan bingung orang-orang disekitarnya yg diarahkan padanya.

"bagaimana menurut anda tentang strategi perluasan wilayah yg diterangkan oleh panglima Baek tadi?" sang menteri mengulang pertanyaannya

"strategi? Strategi apa?" Seokjin tak mengerti

"apa kau tak mendengar apa yg dijelaskan panglima Baek baru saja?" menteri tersebut memandang tajam Seokjin

"jweisonghaeyo, ada hal lain yg kupikirkan jadi tak menyimak rencana yg dibuat panglima Baek" sesal Seokjin

Sebuah gebrakan keras meja menyentak orang-orang disana, tak terkecuali Seokjin. Namja itu segera tertunduk karena amarah sang menteri yg diperlihatkan padanya, begitupun yg lain.

"apa anda pikir rapat ini sebuah lelucon panglima Kim?" ucap sang menteri keras

"animida" Seokjin menggeleng

"kalau memang anda tak menganggap rapat kerja ini lelucon, kenapa anda memikirkan hal lain disaat kita sedang memikirkan cara memperluas kerajaan kita?" suara sang menteri semakin meninggi

"jweisonghaeyo" Seokjin terlihat semakin menyesal

"jangan karena kau adalah seorang panglima kesayangan yg mulia raja dan sudah mendapatkan penghargaan tertinggi kau berpikir bisa bersikap sesukamu. Rapat ini aku yg memimpin, mengabaikan rapat berarti mengabaikanku sebagai menteri pertahanan dinegara ini. Dan itu sama saja dengan kau menghina seorang panglima tertinggi dari seluruh prajurit dinegeri ini apa kau tahu" menteri tersebut terlihat emosi

"jweisonghaeyo" Seokjin menunduk dalam

Sang menteri nampak bangkit, dan segera meninggalkan tempat itu dalam keadaan emosi.

Semua yg hadir disana nampak terdiam kini, memandang Seokjin yg masih menunduk karena merasa bersalah

"jweisonghaeyo" ucapnya pada yg lain

"anda tak perlu mengucapkan maaf panglima Kim, menteri Han memang seperti itu. Dia mungkin bersikap begitu padamu karena mendengar kabar kalau yg mulia raja akan mengantikan posisinya denganmu" ucap seorang namja yg ada dihadapan Seokjin

Seokjin mengarahkan pandangannya namja itu yg terlihat merekahkan senyum cerah padanya

"sejak dulu menteri Han memang tak begitu suka dengan para panglima yg memiliki karir cemerlang. Dia sangat takut posisinya digantikan oleh panglima2 yg memiliki kemampuan diatasnya. Sudah bukan rahasia lagi kalau menteri Han tak memiliki kemampuan apapun dalam mengatur strategi mempertahankan wilayah. Selama ini dia hanya memamfaatkan prajurit2 rendah yg memiliki otak cemerlang untuk menyusun strategi yg nantinya akan dipamerkannya didepan yg mulia" lanjut namja itu

Tak ada balasan dari Seokjin, namja itu hanya mengukir senyum kaku

"aku kira sudah waktunya jabatan menteri negara dipegang oleh orang yg benar2 memiliki kemampuan, bukan lagi orang yg hanya mengandalkan kekerabatan diistana seperti dia bukan begitu" namja itu meminta pendapat yg lain

"majayo" semua nampak mengangguk setuju

"aku kira akan ada baiknya jika panglima Kim benar2 diangkat menjadi menteri pertahanan, karena itu akan memudahkan tugas kita" ucap namja itu menutup kata2nya

"animida, aku bukan orang yg tepat untuk posisi itu. selama ini aku terbiasa ada dimedan perang, bukan duduk tenang dikursi menteri. Ada banyak orang yg bisa menempati kursi itu, tetapi bukan aku" ucap Seokjin

"tapi panglima Kim..."

"sepertinya rapat sudah berakhir, jadi aku harus kembali sekarang" Seokjin bangkit memutus kata2 namja dihadapannya

Seokjin segera berlalu setelah membungkuk dalam pada semua yg hadir disana. Dengan langkah teratur diapun meninggalkan bangunan tersebut, dan menelusuri taman istana yg terlihat sepi. Disalah satu bagian taman, sosok Doojoon yg sedang berjalan2 mendapati Seokjin. Namja itu terlihat akan menghampiri Seokjin, namun sang ayah yg berada tak jauh dari sahabatnya membuat langkah Doojoon tertahan

"Panglima Kim" panggil raja padanya

Seokjin menoleh, dan segera membungkuk sopan pada raja membiarkan namja itu mendekatinya bersama para dayang dan prajurit pengawal.

Nampak sang raja berdiri dihadapan Seokjin, dan memandang lurus namja itu dengan senyum hangat diwajahnya

"apa kau baru menghadiri rapat dengan menteri Han?" tanya raja melihat Seokjin yg berpakaian rapi

"ne...matsemnida" Seokjin mengangguk

"apa saja yg kalian bahas tadi?" tanya raja

"aku tak yakin, karena...tak memperhatikan apa yg dibahas disana" balas Seokjin dengan wajah menunduk

"whaeyo? apa yg membuatmu tak memperhatikan pembahasan dirapat itu?" kening raja berkerut

"aku memikirkan hal lain saat rapat sedang berlangsung, dan membuat menteri Han marah karena itu" ungkap Seokjin

Tawa ringan raja terdengar oleh Seokjin, membuat namja itu memandang bingung padanya

"tak pernah ada yg melakukan hal ini pada menteri Han sebelumnya, kurasa kau adalah orang pertama yg berani mengabaikan rapat yg dia pimpin dan membuat menteri Han marah" urai raja diantara tawanya

Seokjin tersenyum kaku mendengar apa yg diungkapkan raja padanya

"tapi jangan khawatir, menteri Han tak akan marah terlalu lama pada bawahannya. Karena dia adalah orang yg membutuhkan bawahan, jadi dalam waktu singkat amarahnya akan mereda" lanjut raja

Namja itu mengangguk pelan kini, membalas keterangan yg diberikan oleh sang raja

"kalau kau tak keberatan, bisakah aku tahu apa yg kau pikirkan sampai kau mengabaikan rapat yg dipimpin menteri Han?" raja mencari tahu

"bukan hal yg serius, hanya masalah kecil diluar pekerjaanku" Seokjin enggan menjelaskan

"apa ini masalah permintaan yg akan kau minta padaku?" tanya raja lagi

"animida, aku sama sekali tak memikirkan hal itu"

"jadi kau belum memikirkan apa yg ingin kau minta padaku?"

"ne"

"whae? apa tak ada yg benar2 kau inginkan?" raja nampak menatap bingung Seokjin

Seokjin tak membalas, seulas senyum tipis dikembangkannya pada sang raja

"ini aneh, pada umumnya orang2 akan mudah meminta apapun dariku jika memiliki kesempatan yg sama denganmu. tapi kau...kau justru belum memikirkan apapun yg kau inginkan dariku" ucap sang raja

"itu karena ada banyak hal yg kupikirkan, jadi tak memikirkan hal tersebut"

"cepatlah putuskan sebelum aku mundur dari jabatanku dan pergi beristirahat di istana utara. Aku tak ingin berhutang janji padamu, karena itu segera cari apa yg benar2 kau inginkan" raja mengusap bahu Seokjin lembut

"anda...ingin mundur dari posisi sebagai raja yg mulia?" Seokjin nampak kaget

"ne" raja mengangguk

"whaeyo? bukankah seharusnya anda menjadi seorang raja sampai anda tutup usia?" Seokjin terlihat bingung

"aku kira tak akan melakukan itu, karena pangeran Yoon Doojoon sepertinya sudah diap untuk mengantikanku. Aku berpikir ingin menyerahkan jabatan itu langsung padanya, dengan mengitu aku bisa menikmati waktu istirahatku di istana utara" balas raja

"tapi yg mulia, masyarakat masih membutuhkan anda"

"aku tahu...tapi namja tua ini sudah tak sanggup lagi menjalankan urusan negara, karena itu aku akan menyerahkannya pada yg lebih muda. Tugas terakhirku adalah mewujudkan apa yg paling kau inginkan, setelah itu aku akan meninggalkan istana ini dan pergi ke istana utara untuk istirahat. Dari sana aku akan mengawasi putraku dan membimbingnya secara perlahan agar bisa menjadi raja yg baik. setelah aku melihatnya tumbuh menjadi seorang raja yg dicintai rakyat aku baru bisa merelakan hidupku diambil yg kuasa" urai raja

"yg mulia" suara Seokjin terdengar lemah

Raja nampak merekahkan senyum tipis, dengan pandangan yg mengarah kelangit

"aku merasa usiaku sudah sama dengan usia langit sekarang, tubuhku terasa sangat lemah bahkan untuk sekedar melangkah. Sudah saatnya aku menyingkir dari kursiku, dan membiarkan tenaga baru melanjutkan pemerintahan dinegeri ini" gumam raja pelan

Tak ada balasan dari Seokjin, matanya menatap sang raja yg tenggelam dalam bungkamnya. Ditempat Doojoon berada namja itu ikut mematung mendengar apa yg diucapkan sang ayah untuknya.

"yg mulia pangeran" sekertaris Ho menyentuh pundak Doojoon

"aku ini namja yg tak berguna maja? Abonim memikirkan banyak hal untukku, sementara aku hanya bersenang2 tanpa tahu apa yg dipikirkannya" desah Doojoon pelan

Sekertaris Ho tak menjawab, dia nampak memandang Doojoon yg terlihat sedih

"ternyata apa yg dikatakan menteri2 tentangku itu benar, aku memang pangeran yg tak bisa diandalkan. Andai saja selir lain memiliki seorang putra juga, mungkin aku akan tersingkir dari kandidat seorang raja"

"pangeran jangan mengatakan itu" balas sekertaris Ho

Doojoon tampak mengabaikan ucapan itu, dia terlihat berbalik dan berlalu dengan langkah lemah. cepat sekertaris Ho mengikuti Doojoon, ikut melangkah pelan dibelakang namja itu.

*

"tuan" suara Minhee terdegar ditelinga Seokjin ketia dia akan memasuki rumahnya

Seokjin menoleh dan mendapati Minhee yg berdiri tak jauh dari pintu gerbang rumahnya

"kau" Seokjin nampak kaget dengan kehadiran Minhee

Minhee tak menjawab, dengan langkah hati2 dia mendekati Seokjin yg memandangnya lurus

"ada yg harus kubicarakan dengan tuan" ucap Minhee saat ada dihadpan Seokjin

"aku rasa kau sudah membicarakan semua hal kemarin, jadi tak ada yg perlu kau bicarakan lagi" Seokjin berusaha membuat nada bicara terdengar datar

"kumohon tuan, aku ingin menjelaskan sesuatu padamu" pinta Minhee

"aku tak ingin mendengar apapun" Seokjin membuang pandangannya dan terlihat beranjak

"tuan...kumohon dengarkan aku" Minhee menahan lengan Seokjin

Seokjin memandang lekat Minhee yg terlihat menatapnya dengan mata memelas

"aku mohon tuan, berikan aku kesempatan untuk menjelaskan sesuatu padamu. jika setelah ini kau mau membenciku maka tuan bisa melakukannya, asalkan tuan memberikanku kesempatan untuk menjelaskan pada tuan" pinta Minhee

Seokjin diam sesaat karena memikirkan sesuatu, kemudian terlihat menarik nafas dalam. Dipandangnya Minhee yg masih terlihat memasang pandangan memelas, kemudian terlihat mengangguk pelan

"araso...masuklah" Seokjin menarik pelan tangannya dari Minhee

Minhee tersenyum, bersama Seokjin diapun melangkah memasuki rumah namja itu

"Minju" panggil Seokjin saat mereka sudah berada didalam rumah

"ne...oppa" sahut yeoja itu seraya keluar dari dalam

Seokjin melambaikan tangannya sebagai isyarat agar Minju mendekat, membuat yeoja itu segera menghampiri Seokjin yg berdiri disisi Minhee

"Minju kenalkan ini Sulyu, dia adalah yeoja yg mulia pangeran Yoon Doojoon" Seokjin memperkenalkan Minhee pada Minju

Minju memandang Minhee lekat, membuat yeoja itu merekahkan senyumannya

"annyonghasemnika" Minhee mengangguk ringan

Tak ada balasan dari Minju, dia terlihat masih mengarahkan pandangannya lurus pada Minhee

"agassi...anda memiliki sinar putih yg menyilaukan, dengan cahaya seperti itu agassi akan menjadi yeoja yg paling dekat dengan yg mulia pangeran" ungkap Minju

"ne?" Minhee nampak bingung

Seokjin ikut bingung, namun melihat ekspresi Minju yg berbeda dia segera menyadari kalau yeoja itu sedang berada dialam bawah sadarnya

"Mungkin cahaya putih itu tak akan menjadikan agassi sebagai yeoja nomer satu dinegeri ini, tapi cahaya yg menyelimuti agassi bisa mengantarkan agassi menjadi bagian istana" urai Minju

"apa...yg dia katakan?" Minhee melayangkan pandangannya pada Seokjin

Seokjin tak menjawab, namja itu terlihat mengusap bahu Minju membuat yeoja itu tersadar

"ne" sahut Minju

"bisa bawakan onnie ini segelas teh, karena ada yg ingin oppa bicarakan dengannya" pinta Seokjin

"ah...ne" Minju mengangguk

Segera yeoja itu berlalu dari hadapan keduanya, bersama tatapan bingung Minhee

"duduklah" ucap Seokjin

Minhee tak membalas, dia nampak segera duduk diikuti Seokjin

"apa yg ingin kau sampaikan?" tanya Seokjin kemudian setelah keduanya duduk

"tuan aku....aku...menyukai tuan" ungkap Minhee terbata

Seokjin mengepalkan tangannya mendengar itu, namja itu coba menahan ekspresinya agar Minhee tak melihat gusar yg sudah menyelimuti hatinya

"mungkin ini terasa aneh bagi tuan mengingat kita belum lama berkenalan, tapi...aku benar2 menyukai tuan dan ingin menjadi milik tuan" ungkap Minhee

"kau yeoja milik pangeran, bagaimana bisa aku memilikimu"

"aku bisa meminta pangeran melepaskanku, asal tuan mau memilikiku" balas Minhee

"kenapa kau harus melakukan itu? apa kau pikir aku ingin memilikimu?" Seokjin memandang lurus Minhee

"ne?" Minhee menatap bingung Seokjin

"hanya karena aku bersikap baik padamu, apa kau pikir aku juga menyukaimu?" ucap Seokjin dengan nada dingin

"tuan...bukankah selama ini anda juga menyukaiku?"

"bagaimana bisa kau berpikir seperti itu?" Seokjin menarik senyum tipis dibibirnya

"tuan" Minhee menatap lemah Seokjin

"selama ini aku hanya menganggapmu sebagai seorang teman berbincang tak lebih dari itu. aku terbiasa bersikap hangat pada banyak orang, jadi secara tak sengaja melakukan hal yg sama padamu. aku tak mengira kau ternyata salah mengartikan kehangatan yg kutunjukkan, dan aku menyesal karena itu" Seokjin semakin menggepalkan tangannya

Minhee merasa dadanya sakit karena itu, tak jauh berbeda dengan Seokjin

"Minju...dia...adalah yeoja yg akan menjadi istriku, bersamanyalah aku akan merangkai masa depan nanti. Pernikahanku dan Minju hanya tinggal masalah waktu saja, setelah omma memiliki tanggal yg baik maka kami akan menjadi sepasang suami istri" Seokjin coba menekan perasaan sakit dihatinya

Minhee tertunduk, ada bulir airmata yg coba yeoja itu tahan dikedua bola matanya

"tuan...anda....sedang berbohong bukan" harap Minhee

"ani....aku tak sedang berbohong, Minju memang calon istriku yeoja yg akan mendampingiku" balas Seokjin

Jemari Minhee mencengkram gaunnya kuat, merasa hatinya dipenuhi rasa sakit

"tuan...kenapa anda melakukan ini padaku?" Minhee menatap Seokjin dengan mata berkaca2

Seokjin tak membalas, lidahnya membatu melihat tatapan yg diberikan Minhee padanya

"apa anda begitu membenciku sehingga mengungkapkan kenyataan ini sekarang? apa dimata anda seorang gisaeng itu sangat kotor sehingga membuatku merasakan sakit seperti ini?" pelan airmata Minhee menetes

"aniyo...aniyo" jawab Seokjin dalam hati

"kalau aku bukan seorang gisaeng apa tuan akan melakukan ini juga? Kalau aku terlahir sebagai yeoja bangsawan apa tuan akan memperlakukanku sekejam ini? apa karena aku seorang Cheonmin maka tuan merasa pantas memperlakukanku seperti ini? tuan tak hanya mempermalukanku sebagai seorang yeoja, tapi sudah menghempasku sebagai seseorang yg memberi cinta pada tuan" airmata Minhee semakin deras mengalir

"mianhae" bisik hati Seokjin

"seharusnya kalau memang anda tak menyukaiku, sejak awal anda tak harus memberikanku harapan. Aku terlanjur berpikir akan memiliki sebuah cinta yg selama ini kutunggu karena kehadiran anda. Aku berpikir mungkin sudah saatnya aku meninggalkan dunia kelam itu dan berlari pada cinta anda. Tapi ketika aku memupuk semua harapan tersebut, anda membuangku jauh hanya karena kenyataan aku adalah seorang gisaeng" urai Minhee

"aniyo Minhee...aniyo" sanggah Seokjin dalam hati

Minhee terdiam sesaat, menikmati tangis yg diurainya dihadapan Seokjin

"kurasa tak pernah ada akhir yg indah untuk seorang gisaeng. Dia hanya akan hidup sebagai Cheonmin untuk selamanya tanpa cinta yg dia inginkan. Sebuah akhir yg indah hanyalah sebuah dongeng untuk yeoja sepertiku, karena dikehidupan nyata tak ada kebahagiaan yg benar2 bisa kudapatkan" ucap Minhee dengan suara lemah

Yeoja itu nampak bangkit, dan berlari meninggalkan Seokjin yg membatu. Kini hanya rasa sakit yg ditinggalkan Minhee dan bersarang dihati Seokjin.

Dengan terus menahan rasa sakitnya Seokjin terlihat duduk termenung, menatap tempat kosong yg baru ditinggalkan oleh Minhee.

"oppa" suara Minju membuat Seokjin berpaling

Namja itu menarik seulas senyuman, berusaha menutupi rasa sakit dihatinya

"dimana tamu oppa?" tanya Minju

"dia sudah pulang" jawab Seokjin

"kenapa dia tak menunggu teh yg kubuat" Minju duduk ditempat yg ditinggalkan Minhee

"ada hal yg harus diurusnya, jadi tak menunggu teh yg kau buat" balas Seokjin

Minju mengangguk pelan tanda mengerti

"Minju" panggil Seokjin

"ne" Minju menoleh pada namja itu

"tadi...kau menceritakan sesuatu tentang cahaya putih saat melihat tamu oppa, bisa oppa tahu apa maksud ucapanmu itu?" Seokjin coba mencari keterangan dari ucapan Minju

Minju diam, yeoja itu nampak berpikir

"aku tak ingat pernah mengucapkan hal itu" sambutnya kemudian

Seokjin tersenyum tipis, kemudian mengusap kepala Minju

"kalau kau tak ingat maka jangan mengingatnya, oppa akan menganggap kau tak pernah mengatakan hal2 seperti itu" tukas Seokjin

Minju memandang Seokjin yg terlihat mengurai senyum tipis padanya

"oppa istirahat dulu" Seokjin bangkit dari duduknya

"ne" Minju mengangguk

Segera Seokjin beranjak dari hadapan Minju, menuju kekamarnya. sampai didalam kamar, Seokjin nampak merebahkan tubuhnya begitu saja diatas ranjang.

"seharusnya kalau memang anda tak menyukaiku, sejak awal anda tak harus memberikanku harapan. Aku terlanjur berpikir akan memiliki sebuah cinta yg selama ini kutunggu karena kehadiran anda. Aku berpikir mungkin sudah saatnya aku meninggalkan dunia kelam itu dan berlari pada cinta anda. Tapi ketika aku memupuk semua harapan tersebut, anda membuangku jauh hanya karena kenyataan aku adalah seorang gisaeng" uraian kalimat yg Minhee ucapkan kembali mengusik Seokjin

Tarikan nafas berat terdengar dari namja itu, mengingat ucapan yg Minhee arahkan padanya

"aku adalah namja yg paling mencintaimu apapun kondisi yg kau alami apa kau tahu. Aku tak mungkin menepismu dari sisiku hanya karena alasan konyol seperti itu. kalau saja aku tak sedang bermain dengan takdir saat ini, mungkin aku akan membawamu pergi bersamaku. Tapi....aku tak bisa melakukan itu sekarang, karena kau bisa terlepas dari tanganku dikemudian hari jika aku melakukannya" bisik Seokjin dengan suara berat

Pelan namja itu meletakkan lengannya diatas kening dan memejamkan mata. Bersama penat dan resah dia membiarkan jiwanya dibawa pergi kedalam mimpi.

Untuk sesaat Seokjin berhasil melarikan diri dari masalah yg dihadapinya, bersama keindahan dunia mimpi yg segera menyapanya.

Disaat Seokjin sudah mendapatkan ketenangan didalam mimpi, sosok Minhee justru terlihat mematung ditepi sungai tempatnya biasa bertemu dengan Seokjin.

Airmata masih menghiasi kedua pipinya karena rasa sakit yg dihadirkan Seokjin. Minhee tertunduk menatap aliran air yg membawa kelopak bunga sakura yg jatuh kedalamnya.

"kalau itu bisa membuat langkah kakimu melangkah kedekatku, kupikir walau disesaki jutaan liter air sekalipun aku tak merasa itu membuatku merasa sesak" uraian kata Seokjin bermain dikepala Minhee kala itu

"tuan berbohong padaku, tuan mengucapkan kebohongan padaku. bukankah tuan bilang tak akan jadi masalah untuk tuan, tapi kenapa sekarang disaat aku mulai melangkahkan kaki kearah tuan anda justru menghindar" gumam Minhee bersama isaknya

Minhee memegang dadanya yg terasa sesak, airmata yeoja itu semakin deras mengalir. Yeoja itu terus menghabiskan waktunya ditempat itu.

Tanpa sadar sosok Namjoon sejak tadi cemas mencari keberadaannya. Hyomin yg mendapati itu terlihat menghampiri Namjoon, membuat namja itu segera melayangkan pandangan padanya.

"kau terlihat resah, apa terjadi sesuatu pada agassi yg kau cintai?" ucap Hyomin dengan senyum tipis yg merekah

Namjoon tak membalas, membuat senyum Hyomin semakin merekah

"kupikir dia mungkin kabur meninggalkan tempat ini, karena sejak kembali ke wisma ini kemarin wajahnya terlihat tak baik. mungkin terjadi hal yg buruk antara dirinya dan pangeran dan membuat yeoja itu memutuskan pergi" lanjut Hyomin membuat perkiraan

"agassi tak mungkin pergi, kalaupun dia ingin melakukan hal itu dia pasti memintaku menemaninya" balas Namjoon

"mungkin saja dia sudah mendapat namja lain yg lebih baik menjaganya darimu, karena itu Sulyu tak ingin mengajakmu pergi dengannya" balas Hyomin

Namjoon terbungkam, kesedihan yg didapatinya kemarin dari Minhee membuat namja itu sedikit terpengaruh dengan kata2 Hyomin

"dia itu seorang gisaeng, mudah baginya mengoda semua namja untuk membawanya pergi dari tempat ini. Hanya dengan menjanjikan malam yg indah, semua namja akan bersedia membawanya pergi. Belum lagi dia memiliki wajah yg indah, tak akan ada namja yg mau menolak setiap ajakannya. Selama ini Sulyumu hanya berpura2 menjaga harga dirinya, padahal dia tak lebih dari yeoja penggoda kelas rendah" ucap Hyomin merendahkan Minhee

Sebuah tamparan segera melayang kepipi yeoja itu sesaat setelah dia menyelesaikan kata2nya. Dengan wajah marah Hyomin menoleh pada pemilik tangan yg menamparnya, dan nampak kaget saat tahu orang tersebut adalan Doojoon

"berani sekali kau mengatakan hal itu untuk yeojaku" mata Doojoon menyorot tajam pada Hyomin

"yg mulia aku..."

"kau tak berhak menilai Sulyu seperti itu apa kau tahu?" bentak Doojoon

Hyomin tertunduk melihat amarah yg diperlihatkan Doojoon padanya

"NYONYA HONG" panggil Doojoon kemudian

Tak ada sahutan dari yeoja itu, hanya para gisaeng yg satu persatu keluar mendapati teriakan Doojoon

"NYONYA HONG KELUAR DAN TEMUI AKU" suara Doojoon semakin mengeras

Dengan sedikit kesusahan sosok nyonya Hong keluar, dan menghampiri Doojoon

"ada apa yg mulia?" yeoja itu membungkuk sopan dihadapan Doojoon

"usir yeoja ini keluar dari wisma ini" Doojoon menunjuk Hyomin

"yg mulia" ucap Hyomin lemah

"dia sudah berani merendahkan yeojaku, aku tak ingin melihatnya berada ditempat ini lagi" lanjut Doojoon

"yg mulia jangan lakukan itu, aku berjanji tak akan melakukan hal itu lagi" Hyomin bersujud dikaki Doojoon

"cepat usir dia, sebelum kau juga kutendang pergi dari wisma ini" Doojoon menatap nyonya Hong

"tapi yg mulia..."

"KAU MAU MEMBANTAH" suara Doojoon kembali meninggi

Nyonya Hong menarik nafas dalam, kemudian menatap Hyomin yg masih belutut

"pelayan...kemasi barang2 Geulimja, dan bawa dia ke wisma Komta di Gyeongsang" perintah nyonya Hong

"nyonya jangan lakukan itu, aku ingin berada disini" Hyomin memohon

"mianhae...aku tak bisa melawan permintaan yg mulia pangeran" balas nyonya Hong

Hyomin menatap Doojoon yg masih berdiri tegak ditempatnya, kemudian memeluk kaki namja itu

"yg mulia kumohon ampuni aku, aku menyesal sudah mengatakan itu untuk Sulyu" Hyomin memelas

"apa kau mau mati? Berani sekali kau menyentuhku setelah aku melarangmu melakukan itu" Doojoon menatap tajam Hyomin

"yg mulia" Hyomin masih memeluk kaki Doojoon

Karena kesal, Doojoon segera menghempas keras tubuh Hyomin membuat yeoja itu tersungkur. Beberapa gisaeng nampak kaget karena itu, sementara Hyomin mulai menangis.

"cepat bawa dia pergi, sebelum aku benar2 marah" ucap Doojoon dengan tatapan dingin

Nyonya Hong memberi isyarat pada pelayan, membuat dua orang namja segera meraih tubuh Hyomin

"yg mulia kumohon jangan lakukan ini" Hyomin masih memelas pada Doojoon

"jankanman" tahan Doojoon saat dua pelayan itu akan membawa Hyomin

Langkah dua pelayan itu segera terhenti, membuat Doojoon mengarahkan langkahnya pada yeoja itu

"kau....bukankah namamu Geulimja" ucap Doojoon

"ne" Hyomin tertunduk

"kalau begitu sangat baik geulimja sepertimu berada di Komta, karena sebuah bayangan tak akan terlihat ditempat yg gelap" Doojoon tersenyum sinis

"yg mulia" pandangan Hyomin mengarah lemah pada Doojoon

"bawa dia" perintah Doojoon kemudian

"yg mulia...mohon ampuni aku...aku akan memperbaiki sikapku, tapi kumohon jangan biarkan aku diusir dari tempat ini. yg mulia...yg mulia.." Hyomin terus meronta saat tubuhnya dibawa berlalu dari tempat

"ini peringatan untuk yg lain, juga untukmu sebagai gisaeng tertinggi ditempat itu" Doojoon mengarahkan pandangan pada nyonya Hong

"aku tak ingin lagi mendengar ada yg mengatakan hal2 jelek untuk Sulyuku, karena kalau sampai aku mendengar itu nasib kalian tak aka jauh berbeda dengan Geulimja" Doojoon mengedarkan pandangannya pada semua yg sudah berkumpul disana

Tak ada sahutan, semua tenggelam dalam senyap bersama wajah mereka yg tertunduk

"Namjoon....ikut denganku" ajak Doojoon kemudian

"ne" sahut Namjoon

Kedua namja itu melangkah menuju kamar Minhee, dan segera duduk berhadapan disana

"dimana Sulyu?" tanya Doojoon setelah duduk tenang dikamar

"aku...tak tahu dimana agassi sekarang" jawab Namjoon dengan wajah tertunduk

"bagaimana mungkin kau tak tahu? Aku sudah memintamu menjaganya dan mengikuti kemanapun Sulyu pergi" Doojoon memandang tajam Namjoon

"ampuni hamba yg mulia, hamba pantas mati. Hamba kehilangan agassi saat agassi bilang dia ingin membersihkan dirinya" Namjoon menunduk dalam

Doojoon diam, ditatapnya Namjoon lurus

"hamba sudah mencari agassi disetiap tempat dirumah ini karena agassi tak juga kembali kekamar namun tak berhasil menemukannya. Hamba benar2 melalaikan tugas hamba, yg mulia bisa menghukum hamba karena kesalahan ini" ucap Namjoon kemudian

Helaan nafas terdengar dari Doojoon, namja itu bangkit dari duduknya kini dan melangkah menuju jendela kamar Minhee

"apa ada sesuatu yg terjadi padanya?" tanya Doojoon

"aku...tak tahu yg mulia" Namjoon berbohong

Tak ada sahutan dari Doojoon, namja itu tercenung memandang kosong dihadapannya

"dimana kau sekarang? apa kau merasa bosan disisiku karena itu pergi meninggalkanku sekarang?" bisik Doojoon dalam hati

Angin yg membawa taburan bunga sakura membalas ucapan Doojoon, menghadirkan sebuah rasa sesak dihatinya. Namjoon yg melihat itu merasa bersalah, namun tak memiliki keberanian untuk mengungkapkan kebenaran pada Doojoon.

*

"Sulyu" sambut Doojoon saat yeoja itu memasuki kamarnya

"yg mulia" Minhee menatap lemah Doojoon

Segera namja itu menghampiri Minhee, dan meraih bahunya

"kau darimana saja? aku dan Namjoon cemas mencarimu sejak siang tadi" ucap Doojoon

"jweisonghaeyo, membuat anda cemas" sesal Minhee

Doojoon memandang lekat Minhee, dan mendapati mata sembab yeoja itu

"apa yg terjadi padamu? apa kau menangis?" Doojoon mengusap wajah Minhee kini

Minhee tertunduk, tak menjawab pertanyaan Doojoon untuknya

"apa ada orang yg menyakitimu?" tanya Doojoon lagi

"animida" Minhee menggeleng

"lalu...kenapa kau menangis?" Doojoon mencari tahu

"itu karena...." Minhee memenggal kata2nya "aku merindukan omma" lanjutnya berbohong

"ne?" Doojoon menatap lekat Minhee

"hari ini...hari dimana omma meninggal, karena itu...aku mengingatnya" mata Minhee kembali berair bersama kebohongan yg meluncur dari mulutnya

Doojoon tersenyum mendengar itu, diapun memeluk tubuh Minhee erat

"jadi karena itu kau menghilang, apa kau ingin menikmati waktu mengingat ommamu jadi pergi tanpa mengatakan apapun pada Namjoon" Doojoon membuat kesimpulannya

"ne" sahut Minhee dengan suara lemah

"geraekunna" nada bicara Doojoon sedikit terdengar tenang kini

Minhee meneteskan airmatanya, ada rasa bersalah dan juga rasa sakit dihatinya yg tertinggal dari luka yg diciptakan Seokjin

"kau tahu...aku pikir kau pergi karena sudah merasa bosan denganku. Aku kira tak akan bisa melihatmu lagi setelah hari ini" ucap Doojoon dengan pelukan yg semakin erat ditubuh Minhee

Tak ada sahutan dari Minhee, yeoja itu nampak menikmati tenangnya dalam pelukan Doojoon

"aku benar2 takut kau tak akan kembali padaku, karena itu kumohon....jangan pernah melakukan hal ini lagi. Kau bisa pergi kemanapun kau mau, kau bisa meminta Namjoon meninggalkanmu seorang diri jika kau perlu menyendiri. Tapi kumohon...jangan pergi tanpa mengatakan apapun seperti tadi. Kau membuatku merasa tak akan bisa melihat dirimu lagi. Membuat hariku menjadi buruk dan dihantui keresahan yg bahkan tak bisa kuusir walau dengan menghadirkan bayanganmu" urai Doojoon

"jweisonghaeyo, jongmal jweisonghaeyo" ucap Minhee dengan suara serak

Doojoon menjauhkan tubuhnya dari Minhee, dan meraih wajah yeoja itu

"jangan pernah tinggalkan aku, walau kau merasa bosan sekalipun jangan pernah meninggalkan aku. Aku tak ingin hidup bila tak melihatmu, aku merasa sulit bernafas saat mendapatimu tak ada didekatku" ucap Doojoon tulus

"aku hidup tanpa tujuan saat ini, jadi kurasa tak ada tempatku berlari selain kesisi yg mulia" balas Minhee dengan airmata yg masih menetes

Doojoon tersenyum, dihadiahkannya sebuah kecupan dikening Minhee dan kembali memeluknya

"aku juga tak memiliki tempat berlari selain kedalam pelukanmu" ucapnya kemudian

Minhee melingkarkan tangannya dipinggang Doojoon, mencoba untuk mendapatkan perlindungan dari namja itu

"hanya yg mulia yg tak mengubah pandangan yg mulia tentangku. Hanya yg mulia namja yg melihatku sebagai yeoja yg berharga walau aku seorang gisaeng. Terhadap namja yg seperti ini, kenapa aku berniat meninggalkannya untuk namja yg bahkan tak menyimpan cinta untukku" bisik Minhee dalam hati

Senyap menari diruangan itu, memainkan gusae dihati Minhee yg tak mau pergi. Bersama debaran jantung Doojoon yg menari ditelinganya Minhee berusaha menenangkan diri.

Yeoja itu coba membiarkan rasa sesak dihatinya pergi didalam pelukan hangat yg Doojoon hadiahkan untuknya kala itu

•••TBC•••

Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement

🌻HAEBARAGI🌻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro