Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Missing You #11

Doojoon nampak berbaring dengan kepala yg ditopang oleh tangannya memandang Minhee yg berbaring disisinya. Yeoja itu masih terlelap dalam mimpi saat Doojoon menikmati keindahan wajah Minhee dengan senyum yg merekah. Pelan Doojoon meraih jemari Minhee dan mengecup lembut pungung tangan yeoja itu. Diapun kemudian meletakkan tangan yeoja itu kepipinya, masih menikmati wajah indah Minhee yg mempesonanya.

"dari ujung kepala sampai kaki, kau benar2 diliputi kemewahan Sulyu. Bagaimana bisa aku membiarkanmu disentuh oleh namja lain dengan keindahan yg kau miliki" gumam Doojoon pelan

Doojoon mengusapkan pungung tangan Minhee kepipinya, merasakan kelembutan kulit yeoja itu

"diwajah itu...walaupun tidak banyak senyuman, tetapi mampu membuat jantungku yg seharusnya berdetak normal menjadi berdegup sangat kencang" kini Doojoon meletakkan tangan Minhee kedadanya

Doojoon menikmati bunyi jantungnya yg berdetak cepat dalam ruang sunyi yg hanya diisi nafas teratur milik Minhee. Matanya masih terus mengawasi sosok Minhee, dengan pesona yg dipancarkan yeoja itu

"kalau memang kecantikan yg kau tunjukkan ini adalah sebuah dosa, aku akan rela tenggelam dalam dosa itu Sulyu. Tenggelam dalam dosa yg kau ciptakan lebih baik bagiku, daripada harus hidup untuk melupakanmu" lanjut Doojoon

Senyap menari dikamar itu, mengiringi bunyi degup jantung Doojoon yg berdetak semakin cepat. Sampai akhirnya perlahan Minhee membuka mata, dan bangkit dengan terburu melihat Doojoon yg sudah terjaga.

"akh..." Minhee memegang kepalanya yg terasa sakit

"gwenchana?" Doojoon segera duduk dihadapan Minhee melihat yeoja itu yg nampak kesakitan

"hmm...gwenchansemnika" jawab Minhee dengan suara lemah

Doojoon ikut memijat pelan kening Minhee membuat yeoja itu mengarahkan pandangan padanya

"apa sudah lebih baik?" tanya Doojoon melihat tatapan Minhee

"ne" Minhee mengangguk

"syukurlah" Doojoon tersenyum cerah

Minhee ikut merekahkan senyumnya membalas senyum hangat yg diberikan Doojoon padanya

"apa yg mulia sudah lama terbangun?" tanya Minhee

"ne, cukup lama" jawab Doojoon

"kenapa yg mulia tak membangunkanku?"

"itu karena aku ingin melihat wajahmu yg terlelap" jawab Doojoon

Minhee segera menundukkan pandangannya, mendapat balasan dari Doojoon. Doojoon merekahkan senyumnya melihat itu, diapun nampak bangkit membuat Minhee mengadahkan pandangan kearahnya

"aku sudah harus kembali ke istana" ucapnya

Minhee bangkit dan memandang lurus Doojoon

"apa yg mulia tak ingin membersihkan diri terlebih dulu? Aku akan menyiapkan air mandi untuk yg mulia" tawar Doojoon

"ani...aku akan melakukannya nanti di istana" balas Doojoon

Seulas senyum dari Minhee terlihat membalas ucapan Doojoon

"gomawo...sudah membuatku tidur dengan nyenyak setelah sekian lama kau menganggu tidur malamku. Tadi malam walau tak terjadi apapun dan kita berada ditempat tidur yg berbeda tapi aku merasa sangat nyaman. Memejamkan mata saat kau berada disampingku benar2 membuatku merasa tenang. Bahkan karena merasa begitu nyaman, aku sampai tak sadar saat pagi menyapa" urai Doojoon dengan wajah bahagia

"sebuah kehormatan bagiku bisa membuat yg mulia merasa nyaman ada disisiku" sambut Minhee

Tak ada balasan dari Doojoon, dia terlihat mengenakan hanboknya dibantu Minhee kemudian berlalu bersama yeoja itu.

Sekertaris Ho dan dua pengawalnya nampak menyambut kehadiran Doojoon tak jauh dari kamar Minhee. Sementara Namjoon baru menghampiri keduanya saat melihat Doojoon akan meninggalkan wisma Huida

"aku pulang dulu" pamit Doojoon

"hati2 yg mulia" pesan Minhee

"hmm" Doojoon mengangguk

Dengan langkah teratur, Doojoonpun beranjak dari hadapan Minhee bersama tatapan yeoja itu untuknya.

"sepertinya kau terlihat menikmati waktu bermalammu bersama yg mulia" sebuah suara membuat Minhee dan Namjoon menoleh

Sosok Hyomin nampak melangkah mendekat kini, dengan tatapan tajam yg mengarah pada Minhee

"tapi kudengar...beberapa pelayan membawakan tempat tidur kekamarmu, apa itu berarti yg mulia menolak untuk menyentuhmu?" lanjut yeoja itu dengan nada sinis

Minhee diam, dia tak berusaha membalas semua ucapan Hyomin. Sementara Namjoon yg mendengar itu terlihat mengepalkan tangannya karena kesal

"kurasa...kau memang tak memiliki bakat sebagai seorang gisaeng. Bagaimana bisa seorang yeoja yg menyebut dirinya gisaeng tak pernah bisa menarik namja untuk menyentuhnya. Sebaiknya kalau kau tak bisa melayani yg mulia dengan baik, berhentilah menjadi yeojanya. Kau lebih pantas menjadi seorang budak daripada menjadi yeoja milik yg mulia" ejek Hyomin dengan senyuman sinis

"agassi...sebaiknya jaga ucapan anda" Namjoon mengingatkan

"whae? memangnya apa yg mau kau lakukan padaku? apa kau mau membunuhku? Atau kau ingin mengadukan perbuatanku pada yg mulia" balas Hyomin dengan pandangan yg mengarah pada Namjoon

"aku bisa melakukan semuanya dalam satu waktu jika kau memaksaku agassi" sambut Namjoon dengan tatapan tajam

"wah...kenapa aku jadi merasa sangat takut sekarang?" ucap Hyomin dengan nada mengejek

Namjoon nampak akan menghampiri Hyomin, namun segera Minhee menahan tubuhnya

"kau tak harus melayaninya" ucap Minhee

"tapi agassi.."

"sebaiknya kita masuk, aku ingin membersihkan diri dan sarapan" potong Minhee seraya beranjak

Namjoon menghela nafas dalam melihat kepergian Minhee, pelan diapun mengarahkan pandangannya pada Hyomin

"kau beruntung agassi karena Sulyu agassi menahanku, karena kalau tidak aku bisa saja membuatmu tak bisa lagi melayani tamu" ucap Namjoon dengan tatapan geram

"kau juga beruntung karena aku tidak mengatakan pada Sulyu tentang perasaanmu padanya Kim Namjoon. Karena kalau sampai aku mengatakannya, yeoja itu pasti akan menghindarimu dan tak akan membiarkanmu menjadi penjaganya lagi" balas Hyomin dengan tatapan tak kalah tajam dari Namjoon

Namjoon terbungkam mendengar kata2 Hyomin, membuat yeoja itu merekahkan senyum cerah. Pelan Hyomin menghampiri Namjoon, dan mengusap pelan bahu namja itu

"jangan coba2 mengancam akan menyakitiku Namjoon, karena aku memegang rahasia terbesarmu. Kalau rahasiamu ini sampai didengar oleh Sulyu ataupun yg mulia pangeran, kau...tak akan bisa ada disisi agassi yg kau cintai lagi. Apa kau ingin hidup jauh darinya Lee Namjoon? Apa hatimu rela jika yeoja itu tak lagi tertangkap matamu?" tukas Hyomin

Namjoon mengepalkan tangannya, menahan emosi yg sudah bermain dalam dadanya

"walau yg mulia pangeran bilang kau memiliki status yg tinggi, tapi dimataku kau tetaplah seorang budak. Tak ada yg berbeda dari seorang Lee Namjoon juga Sulyu dimataku. Bagiku keduanya tetap orang yg sama, dan memiliki kedudukan yg tak lebih tinggi dariku" ucap Hyomin dengan ekspersi yg berubah

Yeoja itu segera berlalu, meninggalkan Namjoon mematung ditempatnya. Namja itu merasa paginya seketika menjadi buruk, karena apa yg diucapkan Hyomin padanya.

Berbeda dengan yg dirasakan Seokjin kala itu, yg sudah bisa tersenyum lega melihat Minju yg terlihat ceria. Mata namja itu bahkan tak lepas memandang Minju, yg dengan semangat mengatur sarapan diatas meja

"oppa whaeyo?" tanya Minju saat mendapati tatapan Seokjin

"memangnya kenapa?" Seokjin balas bertanya

"kenapa oppa terus menatapku seperti itu" Minju menjelaskan maksud pertanyaan

"tentu saja karena yeoja ini memiliki wajah yg indah" Seokjin mengusap pipi Minju pelan

"mwoya" balas Minju dengan wajah menunduk

Seokjin tertawa pelan melihat itu, membuat semu merah menghiasi pipi yeoja itu

"aku harus mengambil sayur didapur" Minju coba menghindari Seokjin

Yeoja itu akan beranjak meninggalkan Seokjin, ketika jemarinya menahan langkah Minju. Segera Minju menoleh pada Seokjin, dan mendapati tawa namja itu yg berganti tatapan lurus

"gwenchana?" tanyanya dengan suara lembut

"ne?" Minju terlihat bingung

Seokjin menarik Minju mendekat, kemudian meraih kedua jemari yeoja itu

"apa kau baik2 saja? apa tubuhmu tak merasa sakit setelah pingsan kemarin?" tanya Seokjin

"gwenchana, tak ada yg buruk dari tubuhku pagi ini" jawab Minju

"jincayo?" Seokjin coba meyakinkan

"hmm...tentu saja, bukankah aku hanya pingsan satu malam. Kalau oppa terlihat baik2 saja setelah pingsan selama tiga hari, bagaimana bisa aku yg pingsan dalam semalam memiliki kondisi yg buruk" tukas Minju dengan senyum cerah

Seokjin meletakkan jemari Minju kepipinya, kemudian ikut merekahkan senyum cerah untuk yeoja itu

"syukurlah kalau kau baik2 saja, oppa sedikit khawatir melihatmu yg terus tak sadarkan diri semalaman" ujar Seokjin kemudian

Minju memandang lekat Seokjin, kemudian nampak menarik jemarinya dari namja itu

"tapi oppa..aku memiliki mimpi yg aneh saat aku pingsan" Minju mengeser kursi dan duduk dihadapan Seokjin

"mimpi aneh seperti apa?" tanya Seokjin

"aku bermimpi, melihat oppa menemui seorang yeoja yg tak kukenal. Oppa dan dia berbincang hangat didekat sungai sambil menikmati bunga sakura yg berguguran" jawab Minju

Seokjin tercekat mendengar itu, lidahnyapun seketika berubah kelu

"aku terus memanggil2 oppa saat itu, berharap oppa melihatku. Tapi oppa sama sekali tak menyadari keberadaanku, dan terus menghabiskan waktu bersama yeoja itu. aku sangat sedih melihatnya, kupikir aku akan kehilangan oppa. tapi saat melihat perhatian oppa pagi ini, aku merasa lega dan tak lagi memikirkan mimpi itu" lanjut Minju bersama senyum yg kembali terkembang dibibirnya

Sebuah senyum kaku juga dikembangkan Seokjin dibibirnya, bersama sentuhan jemari namja itu dipipi Minju

"mianhae...oppa membuatmu merasa resah seperti itu dalam mimpimu" sesal Seokjin

"ani..oppa tak perlu meminta maaf, itu hanya sebuah mimpi" balas Minju

Seokjin merasa dadanya sakit karena itu, sementara Minju yg tak menyadarinya masih tersenyum cerah

"ah...aku harus mengambil sayur didapur" Minju nampak bangkit dan berlalu

Seokjin memandang kepergian Minju, kemudian nampak menyangga keningnya diatas meja

"apa kau merasa sudah mengkhianatinya?" suara Kwangsun membuat Seokjin menegakkan tubuhnya

"omma" ucapnya lemah

Kwangsun tersenyum, kemudian nampak duduk disisi Seokjin

"aku.."

"omma tahu...omma bisa memakluminya karena kau bukan Seokjin" potong Kwangsun

Seokjin menghela nafas berat, merasa dadanya sesak kini

"jangan terlalu merasa bersalah, semua akan baik2 saja dikemudian hari" hibur Kwangsun

"bagaimana mungkin aku tak merasa bersalah, disaat Minju percaya padaku aku justru mengkhianatinya" balas Seokjin

"ini bukan sebuah pengkhianatan, kau hadir kesini memang untuk tujuan itu" tukas Kwangsun

"ne?" Seokjin memandang Kwangsun bingung

"kau hanya harus mengikuti kata hatimu, jangan pikirkan hal lain diluar itu"

"tapi omma..."

"Seokjin...Seokjinku namja yg mencintai Minju, rasa cinta namja itu bahkan sangat tulus padanya. saat ini...tubuh dan hati Seokjin sedang dikuasai olehmu, setelah kau menyelesaikan semua tugasmu dia akan kembali menjadi sosok yg mencintai Minju dengan tulus" kembali Kwangsun memotong ucapan Seokjin

Seokjin diam, ditatapnya mata Kwangsun mencari kejujuran disana

"kau datang karena ada sebuah tugas yg menantimu, yg nantinya mengikat takdir cintau dengan kekasih yg kau miliki dimasa depan. Kau hanya harus melewati jalanmu dengan baik, dan bila kau merasa itu sulit aku akan membanmu" Kwangsun menyentuh jemari Seokjin lembut

Sebuah senyum dikembangkan Seokjin karena itu, bersama sebuah anggukan pelan untuk Kwangsun

"bersikaplah wajar didepan Minju, jangan sampai dia menyadari kau bukan Seokjinnya. Sebisa mungkin singkirkan rasa bersalahmu, karena kau tak harus memiliki itu" nasehat Kwangsun

"ne" kembali Seokjin mengangguk

Kwangsun tersenyum, bersamaan dengan sosok Minju yg tiba dengan semangkuk sayuran ditangannya. Segera yeoja itu meletakkan sayuran yg dimasaknya diatas meja, kemudian menyantap itu bersama Kwangsun dan Seokjin.

*

Doojoon terlihat duduk dengan tenang didepan ibu suri yg memanggilnya. Sosok Mingi yg juga ada disana membuat Doojoon merasa tak nyaman, namun namja itu tak bisa mengatakannya.

"kudengar kau mengantar Mingi pulang kemarin, apa itu benar?" tanya ibu suri pada Doojoon

"ne...matsemnida" jawab Doojoon malas

"apa kau menginap dirumahnya hingga baru kembali pagi ini?" tanya ibu suri lagi

"animida, aku menginap dirumah Seokjin dan menemaninya menunggui Minju yg pinsan karena terlalu lelah berkeliling istana" Doojoon berbohong

"apa Minju yg kau maksud itu calon istri Seokjin?" ibu suri memastikan

"ne" Doojoon mengangguk

"kenapa dia bisa pingsan?" ibu suri mencari tahu

"kemarin Seokjin membawa Minju kemari, karena yeoja itu ingin melihat istana. Kami menghabiskan waktu cukup lama berjalan2 disekitar istana, karena itu Minju merasa lelah dan akhirnya pingsan" terang Doojoon

"apa dia sudah baik2 saja sekarang?"

"ne, saat aku meninggalkannya pagi ini dia baik2 saja" jawab Doojoon asal

"syukurlah kalau begitu" ibu suri terlihat lega mendengarnya

Doojoon hanya tersenyum tipis, berusaha menutupi kebohongannya dengan itu

"Mingi...Doojoon dan Seokjin sangatlah dekat, jadi nanti jika kau sudah menjadi permasuri kau jangan heran kalau Doojoon meninggalkan istana tiba2 hanya untuk menemui Seokjin. Namja ini tak bisa hidup tanpa Seokjin, baginya Seokjin itu sudah seperti seorang saudara" ibu suri menerangkan pada Mingi

Mingi mengangguk pelan, seraya merekahkan senyum tipis diwajahnya

"hommonim...anda tak harus mengatakan hal itu pada orang lain" protes Doojoon

"siapa yg kau maksud orang lain? Mingi ini calon permaisurimu"

"algessoyo, tapi hommonim tak harus mengungkapkan itu padanya karena itu membuatku malu" wajah Doojoon terlihat tak senang

"Mingi harus tahu seperti apa calon suaminya, karena itu hommoni menceritakan itu padanya. kau tak harus malu karena hommonim rasa itu bukan hal yg memalukan, bukankah begitu Mingi?" ibu suri menatap Mingi

"ne...matsemnida" Mingi mengangguk anggun

Doojoon menghela nafas dalam, kemudian diapun nampak bangkit

"aku mau membaca diperpustakaan" ucapnya dengan wajah kesal

"kalau begitu ajaklah Mingi bersamamu" balas ibu suri

"ne?" Doojoon menatap lurus ibu suri

"whae? apa kau tak mau membawanya?' ibu suri balas memandang lurus Doojoon

"hommonim...tak bisakah aku pergi sendiri, aku ingin menikmati waktu membacaku dengan tenang" sambut Doojoon

"memangnya kenapa bila kau membawa Mingi bersamamu? bukankah nantinya kalian bisa membaca bersama disana" ucap ibu suri

"hommonim, aku tak bisa konsentrasi membaca bila ada orang lain didekatku" Doojoon membuat alasan agar Mingi tak dipaksa ikut dengannya

"Mingi yeoja yg tenang, dia tak akan menganggumu"

"tapi hommonim.."

"abaikan saja kehadiran Mingi kalau kau takut kecantikannya mengusik konsentrasimu membaca. Jangan lagi membuat alasan yg tak masuk akal, karena hommonim tahu pasti apa yg ada dipikiranmu" potong ibu suri

"aniyo, aku..."

"pergi dan bawa Mingi bersamamu" ibu suri tak memberi kesempatan Doojoon melanjutkan ucapannya

Tak ada yg bisa dilakukan Doojoon, dia nampak menatap Mingi yg sudah mengarahkan pandangan padanya

"kajja" ajaknya malas

Mingi mengangguk, dan segera bangkit dari duduknya

"yg mulia ibu suri, aku pergi dulu" pamitnya sambil membungkuk sopan

"ne" ibu suri mengangguk pelan

Doojoon tak berpamitan pada ibu suri, dia segera meninggalkan ruangan itu diikuti Mingi. Tanpa perbincangan keduanya melangkah menuju sebuah bangunan yg dijadikan sebagai perpustakaan istana.

Doojoon nampak meraih beberapa buku setelah berada didalam tempat itu, kemudian duduk tenang disalah satu kursi. Mingi yg memperhatikan sikap Doojoon ikut meraih sebuah buku, lalu yeoja itupun duduk dihadapan Doojoon.

"yg mulia" panggil Mingi saat melihat Doojoon yg fokus dengan bacaannya

"hmm" sahut Doojoon tanpa menoleh

"apa yg mulia tak menyukai kehadiranku disini?" tanya lagi

"kenapa kau berpikir begitu?" Doojoon masih tak menoleh

"itu karena...yg mulia sepertinya terlihat begitu keberatan membawaku mengikuti yg mulia kemari

"aku akan bersikap sama pada semua orang tak hanya kau, karena memang aku tak terbiasa membaca bersama orang lain. aku suka ketenangan ketika sedang membaca, karena itu aku lebih merasa nyaman bila membaca sendiri" terang Doojoon dengan tatapan yg terus mengarah pada buku ditangannya

"kalau memang begitu, haruskah aku meninggalkan yg mulia sendirian disini?" tanya Mingi

"kalau kau tak keberatan melakukannya, maka kau bisa pergi" Doojoon tak coba menahan keberadaan Mingi

Yeoja itu nampak kecewa, diapun bangkit kemudian berlalu tanpa mengucapkan apapun. Mata Doojoon sempat menatap tubuh Mingi sebelum menghilang dibalik pintu, kemudian kembali membaca setiap baris kalimat dalam buku ditangannya.

Sementara itu dipinggir sungai Seokjin dan Minhee terlihat kembali bertemu. Seokjin yg baru tiba ditempat itu terlihat menghampiri Minhee, yg sudah terlebih dulu menunggunya.

"tuan" sambut Minhee

"apa kau lama menungguku?" tanya Seokjin

"animida" Minhee menggeleng

"kau membawa bekal lagi untuk kita" Seokjin mengarahkan pandangannya pada kotak bekal ditangan Minhee

"ne" Minhee mengangguk

"apa itu tak merepotkanmu?"

"animida, aku senang membuatkan sesuatu untuk tuan" jawab Minhee

Senyum Seokjin merekah karena itu, begitupun dengan Minhee

"matahari sedikit terik hari ini, ada baiknya kalau kita duduk dibawah pohon sakura saja" saran Seokjin

Minhee mengangguk, dan membiarkan Seokjin meraih jemarinya kemudian membawa yeoja itu bawah pohon bunga sakura yg cukup rindang

"jankanman" ucap Seokjin sebelum keduanya duduk

Namja itu terlihat melepas pakaian luar hanboknya, dan meletakan diatas tanah

"tuan...anda tak harus melakukan itu" ucap Minhee mendapati sikap Seokjin

"gwenchana, aku tak ingin membuat pakaianmu kotor" balas Seokjin

"tapi tuan..."

"duduklah" ucap Seokjin membuat kata2 Minhee terputus

Dengan terpaksa Minhee segera duduk diatas pakaian Seokjin yg dibentang diatas tanah, sementara namja itu duduk diatas tanah yg tak beralas.

"apa yg kau buatkan hari ini untukku?" Seokjin meraih kotak bekal ditangan Minhee

Minhee tak menjawab, dibiarkannya Seokjin membuka kotak bekal tersebut dan melihat masakan yg dibuatnya.

"wah...kau memasak lebih banyak dari yg kemarin" ucap Seokjin

"itu karena tuan terlihat menyukai masakan buatanku, jadi hari ini sengaja memasak lebih banyak untuk tuan"

"geraekuna" Seokjin menatap Minhee

Minhee mengangguk, membuat Seokjin kembali merekahkan senyumnya

"kalau begitu aku tak akan sungkan lagi, aku akan menghabiskan semuanya" ujar namja itu

Tak ada balasan dari Minhee, dibiarkannya Seokjin mengambil sumpit dan bersiap menyantap makanan buatannya.

"jal mokkossemnida" ucap Seokjin sebelum memulai makan

Segera namja itu menyuapkan makanannya kedalam mulut dan terlihat menikmati masakah buatan Minhee

"hmm...mashita" ucap Seokjin

Wajah Minhee terlihat senang melihat itu, membuat senyum diwajah Seokjin terus terkembang

"kau makanlah juga" Seokjin meletakkan sumpit ditangan Minhee

Minhee mengangguk dan ikut menyantap makanan buatannya bersama Seokjin. Keduanya terus menyantap makan siang itu dengan rauh wajah yg bahagia.

Satu persatu sajian yg dimasak Minheepun akhirnya berpindah kedalam perut mereka. Pada akhirnya seluruh masakan itupun tak lagi tersisa didalam kotak bekal.

Seokjin yg menyantap makanan lebih banyak, terlihat menyandarkan tubuhnya kebatang pohon seraya mengusap perutnya pelan.

"sangat kenyang" ucapnya dengan nafas yg tersegal

Minhee tertawa pelan melihat Seokjin yg mulai kesulitan bernafas karena perutnya yg penuh

"jweisonghaeyo, aku membuat tuan menjadi kekenyangan" ucap Minhee

"gwenchana, ini lebih baik daripada mati kelaparan" balas Seokjin

Tawa Minhee kembali berderai, membuat Seokjin yg melihat tersenyum tipis. Pelan Seokjin menyandarkan tubuhnya didahan pohon dan membiarkan Minhee merapikan kotak bekal yg dibawanya

"tempat ini...seperti apa bentuknya ketika musim gugur datang" ucap Seokjin tiba2

Minhee memandang Seokjin, kemudian menatap dahan bunga sakura yg dipenuhi kelopak bunga merah muda

"saat musim gugur tiba, yg berguguran ditempat ini pastilah daun2 berwarna cokelat bukan lagi kelopak merah muda sakura" jawab Minhee

"apa itu akan sama indahnya dengan yg kita lihat saat ini?" Seokjin mengarahkan pandangannya pada Minhee

"entahlah...tapi kuharap pemandangan itu tak kalah indah dengan yg kita lihat sekarang ini" balas Minhee tak menyadari tatapan Seokjin

"apa kau penasaran dengan pemandangan yg dihadirkan saat itu?" tanya Seokjin lagi

"tentu saja" jawab Minhee

"apa itu berarti kau akan datang kemari saat musim gugur tiba?" ucap Seokjin

Minhee menoleh pada Seokjin kemudian mengangguk pelan

"bagaimana dengan tuan? Apa tuan akan datang kemari saat musim gugur tiba?" Minhee balas bertanya

"aku tak tahu" jawab Seokjin dengan melemparkan tatapannya lurus

Minhee menatap wajah Seokjin lekat, mendapati gusar diwajahnya

"aku mungkin tak memiliki waktu untuk datang lagi ketempat ini" lanjutnya kemudian

"whaeyo?" tanya Minhee

Seokjin kembali mengarahkan pandangannya Minhee, dan mendapati wajah bingung yeoja itu

"aku tak bisa menjelaskannya" ucap Seokjin dengan suara berat

"kalau begitu tuan tak harus menjelaskannya" balas Minhee

Seokjin tersenyum tipis, kemudian mengarahkan pandangannya lurus. Minhee melakukan hal yg sama, yeoja itu tenggelam dalam diamnya disisi Seokjin yg membatu

"mianhae...aku tak tahu sampai kapan aku berada disini, karena itu aku tak bisa memberi kepastian padamu. aku juga tak bisa membuat sebuah janji untuk menemanimu ditempat ini, karena tubuhku bukanlah milikku saat ini" gumam Seokjin didalam hati

Minhee yg tak mendengar itu terus menatap lurus, tak tahu gusar yg dirasakan dihati Seokjin. Tak ada percakapan yg terjalin diantara keduanya saat itu, mereka menghabiskan waktu dalam diam bersama beban dihati masing2.

Hingga akhirnya senja memaksa keduanya berlalu dari tempat itu, bersama semua resah yg sengaja mereka tinggalkan disana.

"kita sudah harus berpisah lagi" ucap Seokjin saat keduanya berada dipersimpangan tempat biasa mereka berpisah

"ne" Minhee mengangguk

"kalau begitu..kau hati2lah saat kembali" Seokjin mengarahkan kotak bekal yg sejak tadi dibawanya pada Minhee

"tuan juga harap hati2" balas Minhee dengan jemari yg meraih pemberian Seokjin

"hmm" Seokjin mengangguk

Keduanya sama2 membalik tubuh, dan beranjak dari persimpangan itu. Tanpa saling menoleh keduanya terus berlalu, hingga beberapa langkah kemudian mereka sama2 berhenti dan berbalik.

Seulas senyum segera terkembang dibibir mereka saat pandangan mereka bertemu ketika tubuh keduanya berbalik.

"aku harap bisa melihat tuan lagi besok" ucap Minhee

"ne" Seokjin mengangguk

"kalau begitu aku pulang dulu" Minhee membungkuk ringan

Seokjin kembali menganguk, kali ini namja itu terlihat menunggu Minhee yg melangkah menjauhinya. Dengan tatapan lurus, dia terus memandangi tubuh Minhee yg perlahan menghilang dari pandangannya.

"selalu begini" desah Seokjin pelan

Seokjin terlihat mengetuk2 pelan ujung kakinya ditanah, bersama kosong yg baru ditinggalkan Minhee

"ini mulai membosankan untukku" Seokjin menatap kelangit senja

Namja itu menghela nafas dalam, kemudian melangkah berat kerumahnya. Dibiarkan bayangan senja itu memudarkan kenangan ditempat tersebut bersama Minhee. Membiarkan hanya hati Seokjin yg memiliki kenangan bersama yeoja itu dan hari menyenangkan yg dihadiahkannya.

*

Doojoon terlihat melangkah pelan menuju kamar Minhee, ketika sosok Hyomin menghalangi langkahnya. seketia namja itu berhenti menatap Hyomin yg sudah memandangnya dengan tatapan mesra

"yg mulia datang" sambutnya dengan senyum terkembang

"hmm" balas Doojoon datar

"aku baru menyeduh teh, maukah yg mulia mampir sebentar kekamarku" tawar yeoja itu kemudian

"aku harus menemui Sulyu" Doojoon menolak tawarn Hyomin

"tidakkah yg mulia bisa mampir sebentar" Hyomin memasang wajah memelas

"menyingkirlah....aku harus menemui Sulyu" Doojoon mengabaikan permintaan Hyomin

"yg mulia" Hyomin menatap Doojoon lurus

Doojoonpun mengeser tubuh yeoja itu, dan kembali beranjak. Namun sebelum sosoknya berlalu, lengan Doojoon sudah ditahan oleh Hyomin

"yg mulia tidakkah anda merasa bosan terus diperlakukan seperti orang asing oleh yeoja anda sendiri?" ucap Hyomin

Doojoon menatap Hyomin, yg terlihat sudah memandangnya lurus

"apa maksudmu?" tanya Doojoon

"aku mendengarnya, aku tahu Sulyu meminta pelayan membawakannya tempat tidur kekamarnya dan aku yakin dia meminta itu pasti untuk anda" ucap Hyomin

"lalu?" Doojoon menatap tajam Hyomin

"yg mulia...dia yeojamu, bukankah daripada menghindari sentuhan dari yg mulia Sulyu seharusnya melayani anda. Dia tak harus mempertahankan kesuciannya, karena dia milik yg mulia saat ini" terang Hyomin

Tak ada sahutan dari Doojoon, namja itu masih mengarahkan tatapan tajam pada Hyomin

"daripada menunggu yeoja yg selalu mengabaikan anda, tidakkah sebaiknya anda berlari pada yeoja yg bisa memberikan yg mulia kehangatan. Aku...bersedia membagi hangat tubuhku untuk yg mulia, jadi datanglah kekamarku malam ini" ungkap Hyomin

"sirro" tolak Doojoon

Namja itu akan berbalik, namun Hyomin segera memeluk tubuhnya erat

"ya...apa yg kau lakukan?" Doojoon kaget dengan pelukan yeoja itu

"yg mulia...jangan sia2kan waktu anda untuk yeoja itu, dia tak benar2 ingin ada disisi yg mulia. Lihatlah aku yg mulia, aku bersedia menyerahkan diriku untuk yg mulia dan tak akan menahan anda bila yg mulia ingin menyentuhku dan mendapatkan hangat dari tubuhku" ucap Hyomin dalam pelukan Doojoon

Doojoon nampak tak suka mendengar itu, dengan telunjuknya diapun mendorong kening Hyomin sehingga yeoja itu menjauhkan tubuh darinya.

"ya..,yeoja aneh...apa kau pikir aku namja yg mementingkan hal2 seperti itu?" Doojoon menatap kesal Hyomin kini

"ani...aku.."

"diam...jangan bicara lagi, karena apapun yg keluar dari mulutmu terdengar rendah apa kau tahu?" Doojoon mengacungkan telunjuknya kearah Hyomin

Segera yeoja itu terdiam, membuat Doojoon menyilangkan tangannya didada

"yeoja aneh...kau harus tahu, aku...berada disisi Sulyu bukan karena aku menginginkan tubuhnya. Jadi...berhenti berpikir seperti itu, karena kau membuatku terlihat buruk. Dan hal lain yg harus kau tahu adalah, tempat tidur itu akulah yg memintanya pada pelayan bukan Sulyu. Dia hanya menyampaikan apa yg kuinginkan pada pelayan karena aku tak tahu kemana harus memintanya. Jadi sesungguhnya Sulyu tak pernah mengabaikanku, dia selalu melakukan apa yg kuinginkan. Kalaupun sampai saat ini aku belum menyentuhnya, bukan karena Sulyu melarangku melakukannya. Hanya saja aku tak ingin menyentuhnya, karena itu aku tak melakukan hal itu dengan Sulyu. Masalah tawaranmu padaku tadi, lupakan saja itu. karena aku tak bersedia menghabiskan satu detikpun dalam hidupku untuk menikmati kehangatan yg kau janjikan. Bagiku...Sulyu adalah segalanya saat ini, keindahan serta kehangatan lain tak cukup berarti dimataku sekarang. kau bisa mengoda semua namja dengan apa yg kau lakukan tadi, tapi tidak denganku. Lagipula aku tak suka bau tubuhmu yg sama seperti pohon gingko kering. Jadi usahakan berada sejauh mungkin dariku, dan jangan pernah mencuri kesempatan untuk menyentuhku lagi. Kalau sampai kau melakukan itu, maka...kau tak akan bisa menikmati matahari terbit lagi apa kau mengerti?" tukas Doojoon

"ne...algessemnida" sahut Hyomin dengan wajah memerah

Doojoon nampak menarik nafas dalam, kemudian berlalu meninggalkan Hyomin. Yeoja itu terlihat menyentak kakinya kesal karena kata2 yg diucapkan Doojoon padanya

"karena kau seorang pangeran jadi kau pikir bisa bersikap sombong seperti itu padaku. lihat saja nanti, sampai kapan kau bertahan disisi yeoja sepertinya. Kalau sampai kau merasa bosan nanti, maka kau akan berlari padaku dan mengemis meminta sebuah kehangatan dari tubuhku. Kalau sampai saat itu tiba, akulah yg akan menolakmu dengan ucapan yg lebih kejam dari yg kau ucapkan" rutuk Hyomin

Dengan perasaan kesal yg mengunung Hyomin segera memasuki kamarnya, dan mulai menunggu tamu disana.

Sementara ditempat Minhee, yeoja itu sedang merekahkan senyum lebarnya karena mengingat Seokjin ketika sosok Doojoon tiba dihadapannya

"yg mulia" Minhee segera bangkit menyambut kehadiran namja itu dikamarnya

"duduklah, kau tak harus bangkit untuk menyambutku" balas Doojoon

"mana mungkin aku berani tetap duduk disaat anda datang kekediamanku" Minhee masih berdiri dengan pandangan yg menunduk

Doojoon tersenyum, namja itu segera duduk diikuti sosok Minhee

"berada dilingkungan yg sama, tapi memiliki sikap yg berbeda" ujar Doojoon sesaat setelah duduk

"apa maksud yg mulia?" Minhee menatap bingung Doojoon

"kau...sikapmu itu berbeda dari para gisaeng lain. Mereka yg sudah tahu siapa aku terlihat sengaja mencari perhatian dengan menebarkan pesonanya. Sementara kau justru bersikap semakin hormat setelah tahu siapa aku sebenarnya. Saat berbicara denganmu aku tak pernah merasa kau adalah seorang gisaeng, karena kesopanan yg kau tunjukan. Aku yakin, jika kau berada diantara yeoja2 bangsawan orang2 tak akan mengira kalau kau sesungguhnya seorang cheonmin" terang Doojoon

Minhee tersenyum simpul mendengar itu, membuat Doojoon ikut mengembangkan senyumnya

"Sulyu apa kau tahu...aku merasa sudah membuat keputusan yg benar saat menjadikanmu sebagai yeojaku. Aku merasa bahagia bisa melindungi kesucianmu dari tangan namja2 yg tidak bertangung jawab. Walaupun aku tak bisa membawamu keluar dari tempat yg membuat orang2 memandangmu rendah" Doojoon meraih jemari Minhee dan mengenggamnya

Minhee tak membalas, senyum masih dipertahankan yeoja itu untuk Doojoon

"kalau saja aku bisa, aku sangat ingin mengeluarkanmu dari tempat ini. Aku ingin kau tinggal bersamaku, dan membuat jutaan kebahagiaan yg tak sempat kau rasakan selama ini" urai Doojoon

"aku sudah cukup bahagia yg mulia, apa yg anda hadiahkan sudah membuatku merasakan kebahagiaan yg selama ini tak pernah kurasakan" balas Minhee

"ani...ini bukan sebuah kebahagiaan, selama kau masih ada disini kau tak benar2 bisa merasa kebahagiaan"

"yg mulia..kebahagiaan itu bukan dilihat dari tempat seseorang berada, tapi bagaimana orang itu mengekspresikannya. Selama ada seulas senyum tulus dan uraian tawa riang itu bisa disebut kebahagiaan. Bahkan jika dia berada didalam kurungan penjara sekalipun, jika masih ada tawa lepas yg tanpa beban itulah yg dinamakan bahagia" tukas Minhee bijak

"Sulyu" ucap Doojoon lemah

"yg mulia tak harus memikirkan bagaimana caraku keluar dari tempat ini, karena aku baik2 saja ada disini. Saat ini...ada banyak hal lain yg seharusnya yg mulia pikirkan sebagai seorang penerus kerajaan. Tidak semata2 hanya mengurus kehidupanku, tetapi juga masyarakat yg nantinya akan menjadi tanggung jawab yg mulia. Bagaimanapun juga yg mulia adalah calon pemimpin kami, yg mulia harus melakukan yg terbaik agar masyarakat menjadi lebih sejahtera saat pemerintahan dipegang oleh yg mulia" saran Sulyu

"kau terdengar begitu bijaksana, membuatku merasa ada dihadapan calon ibu negara" balas Doojoon

"mana mungkin aku bisa berada diposisi itu yg mulia, aku hanya seorang gisaeng" sambut Minhee

"majayo...kau tak akan bisa ada diposisi itu, karena kelemahanku kau hanya akan berada disini seumur hidupmu" suara Doojoon terdengar lemah

Minhee menatap Doojoon yg nampak sedih, membuat yeoja itu segera mengusap pungung tangan Doojoon untuk menghiburnya

"yg mulia...bagaimana kalau yg mulia bernyanyi untukku. aku mahir bermain kecapi, tapi tak begitu pintar bernyanyi. Kalau yg mulia tak keberatan, bisakah yg mulia mengiri lagu yg kumainkan. Karena tanpa sebuah nyanyian aku merasa sebuah musik tidaklah terdengar indah" Minhee coba mengalihkan kesedihan Doojoon

"bernyanyi" ucap Doojoon

"hmm" Minhee mengangguk

"ara...aku akan bernyanyi, tapi kau tak boleh menertawaiku jika suaraku tak begitu bagus"

"ne" Minhee kembali mengangguk

Doojoon tersenyum cerah,melupakan kesedihan yg sempat menyelimuti hatinya. Minhee yg mendapati itu segerameraih sebuah kecapi yg ada disudut kamar dan mulai memainkannya.

Tak berapalama suara Doojoon menyambut alunan musik kecapi yg Minhee mainkan. Kini malamdikamar itu diisi dengan suara nyanyian hangat, membuat keakraban semakinterjalin diantara keduanya.

*
TBC

Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement

🌻HAEBARAGI🌻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro