Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Episode 6 Mencari Ahmad Suyono

Mira menuliskan ada beberapa nama Ahmad Suyono, yang menjadi karyawan perusahaan cleaning PT Bersih Sejahtera, yang menjadi mitra Pyramid. Setidaknya ada tiga orang. Walaupun ada yang bernama Ahmad Suyono Rizal, tetapi Mira tetap memasukkannya karena Sulli tidak berbicara Ahmad Suyono mana yang ia cari. Dan untuk apa. Sementara yang bekerja sebagai pegawai departemen store ada satu orang.

Sulli segera memberitahukan kabar tersebut kepada Kali, yang kini kembali tampak kembali gembira. Kali bahkan mencengkeram erat tangan Sulli karena antusiasmenya.

"Mungkin agar bisa lebih mempersempit pencarian, Kali bisa beritahu ciri-ciri atau apa gitu. Sehingga kita bisa cepat menemukan kakakmu." Sulli menjadi heran, mencari seseorang bisa sesulit ini.

"Aku tahu ciri-cirinya dengan pasti dan semua orang tahu itu." Kali menjawab dengan yakin.

"Apa itu?" Sulli melesak dengan penasaran.

"Laki-laki. Rambutnya hitam."

Oh, astaga! Sepertinya Tuhan kurang berbaik hati pada asisten manajer itu hari ini.

****

Ahmad Suyono, cleaning 1

Ahmad Suyono, cleaning 2

Ahmad Suyono Rizal, cleaning 3

Ahmad Suyono, kasir Ace Hardware

Sulli memandang tulisan itu dengan kening berkerut. "Apa bedanya Ahmad Suyono cleaning satu dan dua?"

"Yah, yang satu dipanggil Ahmad, satunya dipanggil Yon." Mira mengangkat bahu. "Sayangnya si Ahmad libur dan si Yon baru saja pulang, ganti shift."

Sulli menghela napas lagi. "Minta nomernya. Setelah itu tolong hubungi mereka, punya adik bernama Kaliyana atau tidak. Itu jauh lebih cepat."

"Oke. Kalyana ini nama lengkapnya? Atau ada lagi?" Mira segera mengetik sesuatu di ponselnya.

"Bukan Kalyana! Kaliyana!" Kali menyergah dengan keras. Sulli yang duduk di sebelahnya sampai terlonjak. "Ada I-nya."

"Baiklah, Kaliyana dengan I. Nama lengkap Anda siapa? Biar lebih cepat, bisa anda eja." Mira menggumam, "K, A, L, I, A, N, A ...."

"Ada Y-nya juga!" potong Kali cepat. Mira yang dikenal sebagai karyawan paling sabar di Pyramid mulai tampak gusar, tapi untunglah dia segera mengatasi hal tersebut.

"Oke. K, A, L, I, Y, A, N, A. Lalu?"

"Tantri." Bisikan itu nyaris tak terdengar. Mira meminta Kali mengulanginya lagi. "Tantri. Kaliyana Tantri namaku."

Mira tertawa kecil. "Kaliyana Tantri dan Suliwa. Sepertinya kalian cocok sekali."
Sulli mengerutkan dahi. Bicara apa sih Mira ini? Sudah cukuplah urusan Kali ini mengganggunya. Jangan sampai harus diusik dengan omongan tak masuk akal juga. Lagipula siapa pula Suliwa ini?

"Oke. Dua orang Ahmad Suyono, saya sudah dapat nomornya. Sudah saya hubungi via chat, tinggal menunggu balasan. Tapi tak ada salahnya juga mengonfirmasi dua Ahmad Suyono yang lain."

Sulli menunjukkan catatan yang dibuat Mira kepada Kali. Kali menunjuk tulisan 'Ahmad Suyono Rizal' dan menggeleng. Mira segera mengambil kertas tersebut dan mencoret nama itu dari sana.

"Kamu bilang selain ini masih ada lagi?" desak Sulli kepada personalia. Mira berdeham.

"Iya, aku masih menunggu balasan dari manajer. Butuh waktu juga dan kita nggak pernah minta daftar nama karyawan outlet karena kadang turnover mereka cepat sekali. Tapi mungkin bisa diusahakan hari ini."

Kali hanya duduk, gelisah mengamati kantor karyawan Pyramid yang tampak ramai. Mira memandang tamu tersebut dengan penasaran. Tapi jelas, mengorek informasi dari perempuan ini akan lebih mudah jika Sulli tidak ada di sana. Tahulah, cowok jelas nggak akan mengerti caranya bersikap saat menangani cewek yang bermasalah.

Karenanya, Mira kemudian mengetik cepat di ponselnya lalu mengirim chat-nya kepada nomor sang asisten manajer. Sulli merasakan ponselnya bergetar, memeriksa sejenak lalu mengangguk. Lelaki itu segera mengetik balasan, lalu memberi kode kepada Mira.

[Bawa ke private room]

Mira kemudian mengajak Kali menuju private room, istilah bagi karyawan Pyramid untuk ruangan yang digunakan menemui tamu atau orang penting lainnya. Setelahnya saat pintu ruangan tersebut tertutup, Sulli terpekur sejenak. Ada apa dengan hari ini hingga ia harus berurusan dengan orang yang rumit dan aneh seperti Kali?

Ia kemudian meminta Sara untuk menyiapkan minuman dan makanan kecil untuk menjamu Kali, lalu memberi instruksi agar pengeluaran itu tidak udah dimasukkan ke dalam pengeluaran kantor. Biarlah menggunakan uang pribadinya. Sekedar air mineral dan cemilan tidak akan membuat Sulli atau keluarganya bangkrut.

Terlebih lagi ia tak mau berurusan panjang dengan bosnya jika menyangkut pengeluaran, apalagi bagi Andrew : yang tidak ada hubungannya dengan kepentingan Pyramid. Lagipula, memberi makanan bagi ibu hamil, sepertinya berpahala.

"Sulli!" Suara tersebut mengagetkan lelaki yang baru saja duduk di mejanya dan menyentuh salah satu dari tumpukan berkas yang menumpuk di meja. Andrew, the manager, berada di depannya berkacak pinggang.

"Ya, Pak." Sulli segera berdiri.

"Kenapa kamu belum lapor masalah Gunawangsa tadi siang? Aku udah nunggu dari tadi!"

Sulli mengembuskan napas. "Maaf, Pak. Saya tadi tertahan karena menangani masalah ibu Kali, sehingga saya ..."

"Siapa?" potong Andrew.

"Ibu Kali, pengunjung yang sedang duduk dari tadi di lobi bawah."

Andrew mengangguk. "Oh itu. Sudah beres, kan? Sudah pulang akhirnya orangnya?"
Sulli perlahan menggeleng. "Belum, Pak. Ibu Kali sekarang sedang bersama Mira."

"Mira? Ngapain Mira ikut-ikutan? Mira kenal orangnya?" tuntut Andrew.

"Enggak, Pak."

"Lha terus? Ngapain?"

Sulli menelan ludah dengan gelisah. Urusannya bakal lebih panjang lagi kalau Andrew masih terus mendesaknya begini. Tentu saja bosnya itu akan mengomel, tapi jauh lebih gawat kalo sampai akhirnya manajernya itu akan memberinya penilaian jelek atas kinerjanya. Apalagi menyeret karyawan lainnya yang juga sedang memiliki target.

"Ya, sepertinya ibu Kali sedang ada masalah, jadi Mira membujuknya untuk bercerita, supaya kami eh, bisa menyelesaikan masalahnya. Begitu, Pak."

Andrew meledak, "Memangnya kita ini apa? Pegadaian? Psikolog? Ngapain menyelesaikan masalah orang, kalo masalah mall kita ini aja belum kamu bereskan? Kalo mau ngurusin orang, jangan kerja ndek sini! Kerja aja sana di yayasan sosial!"

Yeah, benar. Ngapain sih ribut ngurusin si Kali ini? Apalagi ini sudah menjelang jam pulang kantor, sementara pekerjaannya sendiri menumpuk. Sulli menggerak-gerakkan kakinya gelisah. Ditambahi dengan omelan Andrew, jelas akan membuat pekerjaannya semakin tertunda.

"Pokoknya gini aja, biarin aja pengunjung itu nyelesaikan masalahnya sendiri. Kamu nggak usah ikut-ikut! Sekarang panggil aja Mira ke sini! Biar aku ngomong sama dia sekarang."

Mampus! Sulli memejamkan mata khawatir. Semoga Mira nggak kena omelan bos ini juga deh. Bakal jadi runyam, jika dia menjadi penyebabnya. Sulli melirik tumpukan berkas di meja, lalu dengan enggan keluar untuk memanggil si personalia.

*Episode06*

Hai Keliners! Apa kabar? 

Semoga sehat selalu ya. Oh ya, sekedar pemberitahuan saja, novel Missing ini sedang dalam proses editing lho! Jadi kalian bisa menikmati cerita kebingungan Sulli dan kerumitan Kali via bukunya. 

Insha Allah, kalau tidak ada halangan, bukunya kan terbit di bulan April. Siap-siap nabung ya! Sebelum kalian melanjutkan baca, aku minta tolong dong. Bisa bantuin aku milih kover untuk novel ini nggak? 

Ada dua pilihan, silakan tinggalkan pilihanmu di komen. Pilih yang beneran kamu suka ya, jadi kamu pasti akan suka sama bukunya. 

Nah, sampai jumpa di episode berikutnya. Bagaimana menurutmu episode kali ini? Pusing? Seandainya kamu jadi Sulli, kamu bakal ngapain? Tinggalin jawabanmu di komen ya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro