1 • sehari setelahnya
ᴄᴀꜱꜱᴀɴᴅʀᴀ ᴇᴍᴇʀᴀʟᴅ
ʜᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ !
• /// •
"Pergi atau kamu bakal Mommy pindahin? Hm? Pilih mana?"
Mendengar pilihan itu membuat Cassandra Emerald tersungut kesal, memandang Rayn yang memperbaiki antingnya di depan cermin.
"Aku—tetap—nggak akan pergi."
"Okay, jadi kamu harus siap-siap buat pindah ke Indonesia. Kartu kredit kamu bakal Mommy tahan dan kamu nggak akan hidup dengan semua kemewahan ini lagi."
"Mom!" Cassandra menggeram tak percaya.
Usai anting melekat sempurna di telinganya, Rayn berkacak pinggang dan membalikkan tubuh kali ini menghadap Cassandra.
"Sayang, kamu boleh keras kepala tapi bukan dalam hal ini. Cathy itu sepupu kamu. Just respect your dad's family, okay? Kamu hanya perlu datang, kasih hadiah, ucapan selamat dan duduk diam di sana. Dengan begitu, daddy bakal senang."
Cassandra tak percaya atas apa yang dikatakan Rayn barusan, maksudnya—Rayn tahu sendiri bagaimana hubungan Cassandra dan Cathy yang tidak pernah baik. Belum lagi dengan sosok yang disebut sebagai Daddy—yang sering membuat Cassandra kesal setengah mati.
"Mommy kok masih nggak ngerti sih? Mom, kehadiran aku di sana hanya jadi bahan ejekan Cathy dan itu berarti sama aja dengan harga diri aku rendah! Aku nggak mau!"
"Itu berarti kamu ambil pilihannya kan? Karena Mommy nggak mau dengar alasan kamu, Cassey. Hanya dua pilihan, pergi atau pindah?"
• /// •
Setelah menghabiskan delapan jam penerbangan, siang pukul dua belas waktu Indonesia barat, Cassandra Emerald sudah sampai di rumahnya disambut seorang wanita berpakaian apron hitam yang membukakan pintu. Mengantar sampai di kamar, tempat di mana Cassandra akan tinggal untuk waktu yang cukup lama.
Anggap saja ini bentuk hukuman Rayn pada Cassandra yang kelewat benci dengan suasana baru—meski sudah sering merasakannya. Hanya karena Cassandra tidak menghadiri ulang tahun Cathy, sepupunya yang sangat aneh. Ya, aneh. Maksud Cassandra, bukan hanya senyumnya yang aneh, tapi Cathy juga menganggap Cassandra bukan keluarganya melainkan saingannya dalam segala hal termasuk soal kepopuleran di sekolah.
Cassandra juga tak tahu apa yang membuat Cathy menganggapnya seperti itu. Hanya saja, Cathy selalu merampas segala hal yang ada dalam hidup Cassandra termasuk pacarnya. Oh, tidak. Sekarang sudah jadi mantan sih.
Tapi kalau dipikir lagi, bagian baiknya Indonesia menjadi tempat hukuman sekaligus pelarian terbaik yang Cassandra miliki karena ini adalah tempat kelahirannya. Juga rumah yang ia tempati sekarang, itu rumah lamanya yang ia tinggalkan sejak SMP.
"Kalau Non Cassey butuh bantuan, panggil saya saja."
"Makasih ... Miss, siapa? Maaf, aku punya daya ingat yang buruk."
"Sarah. Panggil Sarah aja."
"Okay, Sarah."
"Oh ya, Nyonya juga sudah mengurus sekolah baru Non Cassey di sini. Besok, Non Cassey sudah bisa masuk ke sana."
"Sekolah?"
Sarah mengangguk, memberikan map yang berisikan surat keterangan pindah sekolah dan dibaca Cassandra dengan seksama.
SMA Selatan Baru.
"Good job, mom," lirih Cassandra dengan wajah pasrah.
Sekolah baru, tentu saja. Rayn tahu sekali hal-hal yang tidak disukai Cassandra selain bicara dengan Daddy atau keluarga besarnya. Suasana baru berarti sekolah baru. Well, ini bukan hal baru juga sih mengingat Cassandra sudah pernah menjadi murid baru di beberapa sekolah sebelumnya. Tapi, justru itu yang tidak Cassandra senangi. Berada di lingkungan baru.
Mungkin itu rasanya menjadi introvert? Entahlah, Cassandra tak yakin dirinya benar-benar introvert karena Cassandra tak suka menyendiri. Sementara introvert identik dengan yang namanya menyendiri. Cassandra juga bukan tipe gadis yang sulit bersosialisasi, hanya saja Cassandra tak suka suasana yang baru, perkenalan, beradaptasi dan memahami setiap sifat manusia yang mungkin beberapanya akan sama seperti sepupunya, Cathy.
Setelah mengatur barang-barang, Cassandra langsung meminta supir mengantarnya ke kafe. Ini sial karena Cassandra tak diberi kesempatan memegang kendaraan sendiri oleh Rayn. Ya, bentuk hukuman berikutnya adalah Rayn mengambil semua credit card dan mobil Cassandra hingga membuatnya mau tak mau bergantung dengan supir dan hidup dengan sisa tabungannya sendiri. Menyebalkan. Cassandra benar-benar dibuat hidup mandiri di Indonesia.
Setibanya di kafe, Cassandra langsung memesan milkshake dan membuka MacBook lamanya di tengah-tengah nyanyian Olivia Rodrigo serta cuaca mendung. Anggap saja Cassandra sedang menenangkan dirinya di hari pertama hukuman Rayn ini. Panggilan masuk dari Esther membuat Cassandra lekas menempelkan airpods dan menekannya.
"Hello Indonesian? Gila, kembali ke setelan pabrik nih jadi anak Indo?"
"Hm. Gue pernah dengar cerita pendek, sejauh-jauhnya burung terbang pasti dia bakal balik ke sangkarnya."
"Burung yang loyal."
Cassandra mendengkus.
"Oh ya, omong-omong gimana di sana? Gue jadi kangen Indo nih. Lo mampir ke sekolah lama kita nggak?" tanya Esther.
"Biasa aja."
"Kenapa sih jawabnya gitu amat? Suasana hati lo lagi buruk yah?"
"Buruk kayak cuaca."
"Hahahaha!"
Cassandra menyesap milkshake sembari merotasikan netranya. Setelah itu beralih mengarahkan kursor laptop ke pencarian google; SMA Selatan Baru.
"Lagian, apa sih salahnya datang ke ulang tahun Cathy? Cuma datang loh, Cass. Harga diri lo nggak akan turun dan lo nggak akan balik ke Indo."
"Enakan nikmatin cuaca Indo dibanding cuaca di rumah kucing itu. Lo tahu sendiri dia sengaja ngundang Gerry buat bikin gue cemburu."
"Lo yang tolol sih sebenarnya mau aja sama cowok modelan Gerry. Dari awal gue udah wanti kalau dia itu player."
"Udah lewat. Gue udah move on."
"Kalau move on harusnya lo ke sana dong."
"Gue males ketemu orang-orang gila itu, tau!"
Di seberang telepon, Esther mendengkus. "Terserah lo deh."
Cassandra berdehem.
"Ah berhubung lo di Indo, gue pengen ngasih tahu cerita horror di sana."
"Cerita horror apaan?"
"Sepupu gue barusan cerita kalau satu tahun yang lalu ada kejadian bunuh diri di salah satu sekolah Jakarta yang bikin sekolahnya dibongkar. Katanya sih, itu salah satu kasus besar di Indo. Bagian yang paling horror, tanahnya sekarang dibeli sama salah satu pengusaha dan mau dibangun apartemen."
"Bagus dong," balas Cassandra, enteng.
"Bagus dari Hongkong? Yang ada orang-orang nyewa apartemen itu malah dihantui sama penunggu di sana. Ya lo pikir siapa coba yang mau tinggal di tempat yang pernah ada kejadian tragisnya?"
Cassandra tertegun, bukan karena mendengar cerita Esther mengenai sekolah horror itu melainkan karena berita yang muncul di pencarian googlenya.
Kebakaran Laboraturium Kimia di New South High-school. 1 hari yang lalu
Penyebab Kebakaran Laboraturium Kimia di SMA Selatan Baru; Praktikum Ethanol? 18 jam yang lalu
Belasan murid dilarikan ke rumah sakit akibat kebakaran di SMA Selatan Baru. 15 jam yang lalu
"Lo mau tahu apa yang lebih horror dari itu?" tanya Cassandra, fokusnya beralih ke berita-berita yang muncul di pencarian google.
"Apaan?"
"Sekolah baru gue ternyata kebakaran kemarin."
"Hah? Kok bisa?!"
Belum diketahui penyebab kebakaran praktikum kimia di SMA Selatan Baru. Dugaan utama karena ledakan spiritus dan cairan ethanol yang menjadi bahan praktikum para siswa.
Bantuan datang sepuluh menit setelah kebakaran. Para murid yang kritis segera dilarikan ke rumah sakit.
"Udah dulu yah. Ntar malam gue telepon lagi," ucap Cassandra. Setelah mendapat persetujuan dari Esther, telepon dimatikan.
Belum pernah Cassandra merasa semerinding ini sebelumnya terlebih ketika membaca berita. Bayangkan saja, bagaimana bisa bantuan datang sepuluh menit sampai ada murid yang kritis? Pertanyaan seperti ke mana guru-guru di sana? Kenapa lambat memberi pertolongan? Mulai muncul dalam benaknya.
"Mommy serius mindahin gue di sekolah begini?"
Ini menyebalkan. Cassandra harus menemui Rayn dan meminta penjelasan atau setidaknya pertimbangan pindah di sekolah yang lain.
Menyesap milkshake-nya sekali lagi, Cassandra menutup laptop dan mengangkat tas selempangnya. Beranjak menemui Rayn di kantor.
Namun, bertepatan pula dengan tubuh yang berbalik belakang, tas selempangnya jatuh menghamburkan sejumlah buku-buku dan kertas yang ada di sana, salah satunya map yang berisi surat keterangan pindah sekolah. Laptopnya pun nyaris jatuh kalau tak cepat diambil seseorang.
Seseorang yang tak sengaja bertabrakan dengannya.
"Sorry," ucap Cassandra segera mengambil laptop dan berjongkok memungut buku.
Lelaki itu juga melakukan hal yang sama—niat membantu.
"Cass," lirih cowok itu, Cassandra menatap dengan kernyitan tipis. "Nama lo, yah?"
"Ya ...,"
"Nama yang bagus," sambungnya sambil menunjuk tulisan Cass yang ada dibuku.
Ketika Cassandra mengambil buku yang dimaksud, lelaki itu juga mengambilnya—bersamaan dengan mengelus jemari Cassandra intim. Cassandra terkejut.
"Excuse me?"
"Oh, nggak sengaja, sorry," cicitnya sambil tersenyum tanpa dosa.
Apaan sih cowok ini?!
Cassandra baru saja ingin mengeluarkan umpatan amarah lainnya tapi lelaki itu malah berlenggang melewatinya dengan santai sambil berkata,
"Nanti aja marahnya, karena kita bakal ketemu lagi."
Tadinya Cassandra masih ingin menahan cowok itu lebih lama lagi dan menghajarnya yang sudah seenak jidat menyentuhnya seperti itu. Tapi cowok cabul sialan itu malah menggunakan topinya dan menarik tungkai secepat mungkin, meninggalkan Cassandra yang sudah mencak-mencak sendirian.
Sial. Bisa-bisanya cowok itu melarikan diri setelah melecehkannya begitu saja. Tapi, Cassandra tak punya banyak waktu mengejar karena dia sudah kehilangan jejak. Parah. Cowok itu bisa menghilang dalam hitungan detik, padahal kafe ini tak begitu ramai. Pada akhirnya, Cassandra hanya bisa mengumpat dalam hati dan bersumpah akan menampar cowok cabul itu kalau mereka bertemu lagi. Soalnya ada hal yang lebih penting dibanding mencari cowok itu. Cassandra pun masuk ke mobil, meminta pada supir untuk mengantarkannya ke kantor Rayn.
Cassandra pikir, Rayn tak tahu akan kabar sekolah yang mengerikan ini. Jadi Rayn akan khawatir dan mengubah keputusan menyekolahkannya dari SMA Selatan Baru ke sekolah yang lebih aman.
Namun, sayang sekali jawaban Rayn malah membuat Cassandra berdecak tak percaya.
"Itu cuma kebakaran biasa, Cassey. Kelalaian manusia. Bukan berarti sekolah itu nggak aman."
"Coba deh Mommy pikir, sepuluh menit bantuannya baru nyampe. Ke mana coba guru-gurunya? Mom, aku juga nggak mungkin masuk ke sekolah yang lagi ngurusin kasus kebakaran itu!"
Rayn bangkit dari tempat duduknya dan mendekati Cassandra.
"Entahlah. Suratnya udah nyampe dan besok kamu udah bisa masuk ke sekolah."
Apa-apaan ini! Cassandra mendelik tak percaya.
"Dan ... kenapa harus SMA Selatan Baru? Mommy tahu itu bukan sekolah terbaik di Kota ini. Bisa dibilang sekolah itu sekolah sampah yang akan jadi bangkai selanjutnya. Sekolah itulah hukuman untuk kamu, Cassey. Aku nggak akan memberikan kamu fasilitas terbaik sampai kamu sadar dengan sikap kamu ke keluarga Daddy."
Cassandra merotasikan netranya. Tak habis pikir, kenapa Rayn tega menghukumnya begini dengan harapan Cassandra bisa sedikit lebih ramah pada Cathy yang jelas-jelas adalah musuh bebuyutannya. Oh! Jangan lupakan catatan kalau Cassandra tak punya hubungan yang baik dengan Daddy-nya. Itu lebih sial lagi.
"I'm sorry, mom," tegurnya sambil berkacak pinggang. "Tapi, kenapa Mommy masih ngarepin cinta orang itu? Orang itu udah selingkuhin mommy berkali-kali dan masih berharap orang itu mau mencintai Mommy lagi?"
"Sssttt ...," Rayn menaruh telunjuk di bibir Cassandra. "You still young to understand, what is love, sweetie."
Tak ada kata-kata yang keluar. Cassandra tertegun ketika bibir dengan lipstick merah darah itu tersenyum sangat lebar. Saking lebarnya hingga Cassandra bisa melihat aura kegelapan yang terpancar dari senyuman itu, juga dari tatapan Rayn yang tajam. Ekspresi aneh yang baru pertama kali Cassandra lihat dari bibir Mamanya.
"Sampein salam Mami ke Principal yah, sayang? Semoga sekolah baru kamu menyenangkan!"
◼ T B C
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro