Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

19. You and me, let's play!

Semilir angin pagi berhembus menerbangkan guguran daun kecokelatan. Suhu udara yang tadinya hangat, mulai mendingin karena telah memasuki musim gugur. Sebagian orang mulai memakai pakaian hangat untuk bepergian. Mengingat sebentar lagi musim akan berganti diserbu salju.

Waktu dunia, kini terasa semakin cepat. Padahal mereka baru saja menikmati musim panas di mana es krim menjadi makanan wajib. Saat ini mereka harus bepergian dengan pakaian hangat karena takut masuk angin.

Begitu pula dengan Baam dan Khun yang saat ini telah bersantai di apartemen yang sang Alpha beli beberapa hari yang lalu.

Tidak terasa, niat kencan sambil menebar PDA* sudah berjalan 10 hari. Keduanya terus memposting foto dan terlihat di beberapa tempat umum agar terlihat orang lain. Hasilnya mereka menjadi topik panas sampai saat ini.

(*Public Display Affection)

Yah, meski mereka harus lebih hati-hati karena para fans gila entah kenapa bisa mengetahui kemana mereka pergi, sehingga Baam dan Khun perlu berlari ke sana kemari untuk menghindari tatapan lapar mereka.

Baam pikir, Rachel akan terus menyerang dan memposting fakta lain. Anehnya selain wawancara dengan Yura, wanita pirang itu tak melakukan apapun. Entah kenapa dia memiliki firasat buruk tentang ini. Seolah akan terjadi sesuatu yang diluar nalar, akan terjadi padanya.

Dia akan lebih bersyukur jika Rachel lebih memilih untuk terus perang di sosmed. Bukannya terus diam hingga membuatnya risih. Seolah badai akan datang setelah ketenangan yang memekakkan.

Pemuda cokelat itu terus merenung mengenai mengapa Rachel yang berhenti mengganggunya. Tanpa tahu jika Khun diam-diam sudah menyabotase semua postingan Rachel agar tidak tercantum di internet. Jika dia terlalu sibuk dengan kencannya, sang Omega akan meminta sepupunya untuk melakukannya.

Hehe, Baam tidak perlu tahu tentang itu.

Melirik Khun yang tengah mengerjakan pekerjaannya di laptop. Baam duduk di kursi seraya memperhatikan ruangan di depannya dengan lembut. Setelah membeli apartemen lamanya, Baam membeli semua furnitur yang sama persis dengan miliknya dulu.

Melihat ruangan familier ini, Baam merasa benar-benar ada di rumah. Sangat nyaman dan menyenangkan. Meskipun dia dulu jarang berada lama di rumahnya karena selalu sibuk dengan kasus kejahatan. Hal yang tak asing di mata memang membuatnya santai.

Ia juga sangat bersyukur karena Khun bersedia kembali ke kota ini untuk liburan kencan terakhir mereka. Karena stok foto keduanya sudah banyak--juga lelah karena terus dikejar fans--Baam dan Khun memutuskan untuk menghentikan sejenak tur mereka.

Rindu akan rumah lama, Baam meminta Khun untuk tinggal di apartemennya selama beberapa hari sebelum pulang ke kota B.

Sang Omega mengangguk dan tersenyum, sedikit menggodanya akan furnitur ruangan Baam yang sangat sederhana dan minimalis.

Ia saat itu mengalihkan pandangan dengan sedikit rengutan, bukan salahnya jika barang di tempatnya begitu sedikit. Toh dia jarang ada di rumah. Makan pun selalu di luar, dia di apartemen cuma menumpang tidur dan istirahat.

Baam lalu teringat saat ia membeli beberapa barang tambahan, saat itu Khun juga ikut membeli dan menaruhnya di apartemennya. Jadi, meski rumahnya tidak terlalu sama dengan yang dulu karena barang baru dan milik Khun yang tercampur. Entah kenapa Baam sama sekali tidak keberatan, ia merasa jika rumah ini menjadi tempat tinggal mereka berdua.

Teringat akan sesuatu, Baam langsung berdiri dan memeriksa isi kulkas. Ah, ia lupa jika mereka belum membeli bahan makanan karena pulang malam dari bandara.

"Khun-san, aku akan pergi ke konbini(**) untuk membeli bahan dan makanan. Ada yang kau inginkan?" Tanya Baam sambil memperhatikan isi kulkas, tidak jauh dari sini ada sebuah konbini yang hanya berjarak sekitar 150 meter dari tempatnya.

(**mini market)

Mendengarnya Khun menghentikan ketikannya, ia mengangkat kepalanya lalu segera membawa jaket dan kacamata.

"Aku ikut."

Baam tersenyum lalu mengambil sebuah syal dan kacamata. Meski ia sangat tidak nyaman karena perlu menyamar setiap keluar rumah. Dia harus terbiasa dengan kehidupan ini.

Berjalan beriringan menuruni tangga, Baam dan Khun menapaki trotoar yang dilewati beberapa kendaraan. Meski waktu akan menjelang tengah hari, suhu sama sekali tidak terasa panas. Melainkan dipenuhi oleh semilir angin dingin yang menusuk.

Sang brunette menggesek kedua tangannya yang terasa dingin. Matanya lalu menemukan seorang nenek tua yang tengah kewalahan dengan barang dagangannya. Baam berjalan mendekati nenek itu dan menawarkan diri untuk membantunya menyebrang.

Nenek tua itu tersenyum ramah, ia mengikuti Baam sambil menyebrang jalan.

Baam akan menolak dua buah apel sebagai tanda terima kasih sang nenek. Namun saat ia melihat nenek tua itu menunjuk ke arah Khun yang memperhatikan mereka dengan tatapan teduh. Ia agak bersemu mendengar komentar sang nenek.

"Ambillah itu, jangan buat mate-mu menunggu lama. Terima kasih atas bantuannya nak. Jarang sekali ada pemuda baik yang menawarkan bantuan. Orang di tepi sana sangat beruntung menjadi mate-mu."

Dengan itu sang nenek berjalan menjauh, meninggalkan Baam yang masih bersemu. Ia memperhatikan dua apel di tangan, lalu melirik Khun yang sudah mengalihkan pandangannya. Menikmati semilir angin yang menerpa sebagian rambut biru mudanya yang lembut.

Tersenyum kecil, Baam menyapa Khun yang menoleh padanya dengan senyum.

"Kau benar-benar sesuatu." Khun berkomentar seraya menyimpan tangannya di dalam saku.

"Aku senang membantu orang lain, sudah menjadi kebiasaan ku dulu saat menjadi polisi."

Khun tidak menjawab, ia sibuk memperhatikan jalanan yang cukup ramai oleh pejalan kaki. Dia melirik Baam yang tengah membawa dua apel dan memberikan satu padanya. Khun mengangkat bahu, menyampaikan pesan tak tersirat jika saat ini dia tak ingin menerimanya.

Mengerti dengan apa yang Khun siratkan, Baam menyimpan apel itu di tas yang dia bawa dan menggandeng tangan Khun. Mengajaknya masuk ke dalam konbini dan mulai memilih makanan, minuman, dan benda-benda lain yang dibutuhkan.

Khun bukanlah tipe orang yang sering berada di dapur. Meski dia seorang Omega yang diwajibkan untuk mempelajari tata boga, ia yang selalu sibuk berlatih bela diri dan pengendalian inner Omega. Tentunya tidak memperhatikan hal sepele seperti itu. Toh, dia punya uang banyak, dirinya bisa membeli tanpa harus membuat.

Namun, Baam yang memiliki kehidupan yang berbeda dengannya. Selalu mengatakan jika masakan rumahan lebih enak daripada membeli di luar. Sang brunette tidak keberatan makan di luar untuk kencan mewah mereka di restoran paling mahal di negaranya. Namun, untuk makanan sehari-hari. Baam lebih suka membuatnya sendiri.

Sang Omega setuju saja dengan keinginan Baam, lagipula masakan pemuda cokelat itu sangat lezat seperti masakan koki terkenal.

Melihat Baam yang sepertinya tengah sibuk memilih bumbu makanan. Khun memutuskan untuk pergi ke bagian lain untuk mencari kopi. Meski ia tahu jika merek kopi kesukaannya tak akan ada di tempat seperti ini. Ia cukup puas dengan merek-merek kopi yang tak pernah ia minum sebelumnya--karena harganya terlalu murah jadi dia tak tahu.

Merasa jika Baam tak akan keluar dalam waktu dekat. Khun memilih untuk menunggu di kafe yang kebetulan ada di sebelah konbini. Melihat Baam yang mengangguk atas permintaannya. Khun keluar dan mulai berjalan santai.

Baru saja ia berjalan beberapa langkah, di depannya malah terdapat beberapa Alpha busuk yang sengaja menghalangi jalan.

Omega memang sering diganggu oleh Alpha lain jika mereka sendirian. Itulah kenapa mereka harus selalu ditemani Alpha. Namun Khun benci aturan itu, daripada membuat Omega ditemani Alpha. Mengapa tidak mengikat Alpha busuk seperti mereka agar tidak selalu berpikiran dengan selangkangan mereka? Khun mendecak sebal.

"Omega cantik? Aromamu sedikit dikuasai Alpha. Namun itu tidak terlalu berat. Jadi kau sudah dicampakkan oleh Alpha mu? Kemarilah, kami akan membuatmu--"

--duak!

Perut Alpha busuk itu sudah ditendang duluan. Tidak sampai sana, Khun segera menendang betis si Alpha hingga terjatuh. Setelah itu dia dengan kejam menendang beberapa tempat hingga si Alpha jelek melolong kesakitan.

Dua teman Beta di belakangnya menjadi marah lalu akan menyerang. Sayangnya Khun dengan cepat menghindar dan memukul mereka dengan keras.

Sang Omega juga mengeluarkan sebuah stun gun, lalu menyetrum mereka hingga kejang-kejang dan pingsan.

Si Alpha yang melihat betapa kejamnya Omega di depannya. Merengek dan berusaha menjauh, ini pertama kalinya dia bertemu dengan pemuda yang cantik tapi sangat kejam dan menakutkan. Apalagi seringai remeh yang tersungging di mulutnya. Seperti seorang iblis yang bersiap untuk menyiksamu sampai mati.

Ego Alpha sangat tinggi, saat dia dengan mudah dijatuhkan oleh Omega. Ia yang tadinya takut menjadi marah, dengan sekuat tenaga dia berdiri dengan tatapan kesal. "Omega sialan! Karena kau sudah dibuang oleh Alpha-mu kau menjadi gila?"

"Aaargh!" Si Alpha meraung saat perutnya dialiri listrik dari stun-gun. "Kono yarou(***), membawa benda seperti itu ilegal."

(***baj****n ini)

"Ha? Lalu menyerang Omega juga bukan tidakan ilegal?" Khun berkata dengan nada mematikan. Sisi Omega-nya yang sudah marah karena aroma Baam yang sudah tidak terasa di tubuhnya telah merengek selama beberapa hari hingga membuatnya sakit kepala.

Perkataan Alpha busuk di depannya tentunya menambah emosi Khun sehingga ia dengan kejam menyerang mereka tanpa ampun.

"Ha! Omega gila yang dicampakkan Alpha memang menyedihkan! Aku akan memberimu--"

"Aagh!"

Khun menatap datar pria busuk yang sudah tak sadarkan diri. Ia dengan kesal menendang kepalanya keras lalu menghela napas panjang. Mencoba menenangkan sisi Omega-nya yang kembali berulah, berkata untuk segera ke tempat Baam. Meminta sang Alpha untuk memberikan scenting lagi.

Itu tidak mungkin, Omega bodoh!

Mereka melakukan itu hanya untuk sandiwara. Saat ini Baam tak perlu melakukannya lagi. Khun merutuk dalam hati, ia berdebat dengan Omega-nya tanpa tahu jika Baam tengah memperhatikan pertarungan Khun dengan kilauan dimatanya.

Tubuhnya yang tiba-tiba dipeluk, membuat Khun berjengit dan akan melawan. Namun saat ia mencium aroma familier yang disukainya. Khun membalas pelukan itu dengan nyaman.

"Kau hebat!" Baam berbisik di telinga Khun, membuat sang Omega merona dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sang Alpha. "Aku baru pertama kali melihat teknik itu. Darimana kau mempelajarinya?"

"Sejak kapan kau datang?" Khun tanpa sadar meremas pakaian sang Alpha, kepalanya bersandar untuk mengirup lebih banyak aroma khas yang membuatnya tenang dan nyaman.

"Sejak awal. Tadinya aku ingin membantu. Tapi kau berhasil mengalahkan mereka sendirian." Baam berkata seraya tertawa kecil, wajahnya nampak senang dan bangga. Membuat Khun tambah merona karena ia mendengar sisi Omega-nya berteriak kegirangan melihat sang Alpha yang terkesan dengan tindakannya.

"..." Namun Khun sedikit termenung. Seorang Alpha biasanya akan memandang Omega itu sebagai orang yang lemah dan perlu dijaga. Meski Omega dapat bertarung, Alpha tak pernah mengizinkan dan selalu mengekang.

Baam benar-benar memang sesuatu. Khun tidak tahu lagi harus bagaimana, sisi Omega-nya selalu menginginkan Baam. Bahkan ia juga mulai menikmati sesi ciuman mereka di saat-saat tertentu. Baik yang manis, lembut ataupun panas nan liar.

Melepas pelukan mereka, Baam menatap Khun yang menundukkan wajahnya. Ia ingin bertanya kenapa, namun takut membuat sang Omega tersinggung. Jadi ia memilih untuk memberitahu berita lain yang sepertinya akan mengganggu rencana mereka.

"Tadi Shibisu-san menelepon." Baam mengait lengan Khun untuk mengajaknya berjalan.

Khun menoleh, ia menggenggam balik telapak tangan Baam. "He~ Mau apa dia? Bukankah kau sudah meminta libur panjang?"

Tatapan Baam tertuju pada jalanan sepi, memikirkan hal yang ia minta pada Shibisu dulu. "Aku dulu pernah memintanya untuk mencarikan film tema perkelahian tentang kasus kejahatan atau detektif. Shibisu-san bilang dia sudah menemukannya. Bahkan film ini di sutradarai oleh salah satu sutradara nomor satu di negara ini."

Tertarik akan film tersebut, Khun bertanya. "Kau mendapat peran apa?"

"Tokoh utama, detektif." Baam tersenyum senang. Akan tetapi ekspresinya berubah muram sambil menundukkan kepalanya.

Mengernyit heran akan ekspresi pemuda di sampingnya, Khun tak bisa menahan diri untuk bertanya. "Lalu apa masalahnya?"

"Itu, pembuatan film dimulai dua hari lagi. Naskahnya sudah Shibisu-san kirim barusan." Sang brunette menghela napas lelah, ia senang akan perannya tapi ini terlalu mendadak. Dirinya masih ingin bepergian dengan Khun.

"Apa? Kenapa begitu mendadak?"

"Awalnya tokoh utamanya bukan aku, tapi karena kecelakaan jadi mereka mencari pengganti."

"Ha, jadi kau hanya pengganti." Khun terlihat mencibir, mencela sutradara yang membuat Baam sebagai pengganti. Hm, sepertinya dia harus berkunjung sebentar. Seenaknya saja membuat Baam yang sangat bertalenta menjadi pengganti.

"Bukan hanya itu."

"Apa lagi?"

Baam menggaruk pipinya sambil tersenyum canggung, ia terlihat gugup dan enggan untuk melihatnya. "Um, Khun-san? Maukah kau bermain film bersamaku?"

"..."

Khun memutar bola matanya. "Shibisu yang menyuruhmu iya kan?"

"Ahaha...," Baam tertawa canggung. "Dia berkata bahwa kita menjadi pasangan terpanas saat ini, jika kita bermain bersama kepopuleran kita akan bertambah."

"Baiklah, itu bukan ide yang buruk."

"Benarkah?" Baam berubah cerah, mata emasnya berkilat penuh dengan kebahagiaan. Khun agak tersipu melihatnya.

Sang Omega lalu mengalihkan tatapannya. "Lalu apa kau tahu apa peranku? Bukan sebagai heroin yang menjadi kekasih dari tokoh utama bukan? Itu terlalu mainstream."

Menggelengkan kepalanya dengan semangat, Baam menjawab. "Bukan, kau jadi penjahat seorang pencuri permata sekaligus rival tokoh utama. Dan di akhir akan menjalin hubungan denganku."

"..."

"Kisah cinta detektif dan pencuri. Rasanya aku pernah mendengar itu di suatu tempat." Khun kemudian teringat akan 1412 dan 4869.

"Yokatta desu ne, aku sangat senang bisa bermain denganmu. Apalagi menjadi pasanganmu!"

Mendengar kata 'pasanganmu' Khun kembali tersipu, ia memalingkan wajahnya dengan degupan jantung yang berdetak di atas normal. Sial, jika terus begini. Ia bisa benar-benar jatuh pada pesona Baam.

TBC

[12 Oktober 2021]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro