16. Priceless Party (01)
"Hei, Ran kau menemui Viole baru-baru ini 'kan?" Pemuda yang tengah memainkan PSP di tangan bertanya santai. Tatapannya fokus pada game di depannya, menghiraukan Ran yang meliriknya dengan dengusan.
"Aku ingin melawannya lagi."
Hachuling menghentikan gerakan tangannya seketika. Ia menoleh ke arah pemuda yang tengah memerhatikan pemandangan di balik jendela dengan malas.
Pintu ruangan kemudian terbuka, menunjukan 3 orang wanita yang memiliki mata biru tua dengan penampilan yang berbeda-beda.
Yang paling tinggi dan tua, membawa seberkas laporan dan memberikannya pada Ran. Sementara dua wanita lain terdiam seolah tengah memikirkan sesuatu.
"Sekuat itu Viole?" Maschenny--kakak perempuan Ran--bertanya dengan senyuman.
Ran mengangguk sambil memeriksa data orang yang telah mengkhianati perusahaan A.A.
"Hm," Maschenny menggumam lalu sedikit menyeringai. "Kudengar Ayah kita akan menghadiri pesta hari jadi salah satu perusahaan terbesar." Ia melirik Hachuling yang tertawa ketika mendapatkan pesan tersirat dari sepupunya.
"Ya, A.A juga akan pergi kesana bersama Viole." Hachuling mengangkat bahu santai.
Kiseia dan Maria yang sedari tadi diam kini beraksi. Mereka menatap Hachuling dengan tatapan berbinar meminta penjelasan.
Mendapati tatapan dari sepupunya, Hachuling kembali memainkan game di PSP. "Sepertinya A.A sedang melakukan rencana tertentu dengan Viole, mereka menjadi topik panas di seluruh negeri bahkan foto-foto mereka pun sangat terlihat ambigu." Jelasnya tak peduli, dirinya malas untuk menjelaskan lebih jauh. Sepupunya pintar, mereka pasti akan mencari tahu sendiri mengenai kebenarannya.
"Viole? Bukankah dia selalu mengabaikan A.A? Apa yang dia mau?" Kiseia bertanya, tangannya mengambil ponsel dan melihat beberapa foto A.A dan Viole.
Hachuling melempar pertanyaan tersebut pada Ran. "Tanyakan saja pada Ran."
Semua tatapan pun tertuju pada pemuda yang sibuk membaca berkas. Ia mendongkak saat merasakan tatapan dari sepupu dan saudaranya. "Viole berubah, bahkan aku tidak percaya dia bisa melawan semua seranganku."
Maschenny tersenyum--mendekati seringai--matanya berkilat, jelas ingin memberikan 'salam' lagi. "Ho? Sepertinya aku akan ikut ke pesta itu juga."
"Kami juga ikut!" Maria dan Kiseia berkata bersamaan.
Melihat sepupu-sepupunya yang bersemangat, Hachuling kembali menggerakan jemarinya di PSP. Mereka memang bukan saudara dari ibu yang sama, namun dari dulu mereka selalu memperhatikan A.A diam-diam. Mengingat A.A adalah satu-satunya Omega lelaki di keluarga besar mereka. Makanya dia dan yang lainnya cukup kepo pada kehidupan A.A. Yah, selama mereka tidak mencampuri urusan pribadi A.A dan hanya memperhatikannya jika dia dalam bahaya. Itu sudah cukup, toh dia percaya jika A.A bisa menjaga dirinya sendiri.
.
.
.
Di sisi lain, Jinsung tengah menghela napas panjang seraya duduk di kursi kerjanya. Ia menatap beberapa dokumen yang perlu ia tanda-tangani seraya memijit keningnya.
Matanya kemudian melihat sebuah undangan pesta dari perusahaan kenalannya. Inginnya dia tidak pergi, hanya saja dia akan mendapat masalah jika menolak datang.
Hwa Ryun yang tiba dengan dokumen lain mengerjap, ia menyimpan tumpukan kertas di atas meja dengan raut datar. Setelah itu dia merogoh ponselnya dan memperlihatkannya pada Jinsung.
"..."
"..." Jinsung terdiam lalu mengerjap, mungkin ia terlalu banyak bekerja sampai matanya buram. Menciptakan ilusi Viole dan Khun yang tengah berfoto mesra.
"Itu asli." Perkataan Hwa Ryun membuat Jinsung tersadar. Ia menatap wanita di depannya kebingungan. "Itu hanya akting belaka. Tapi itu adalah jalan yang benar dan berakhir bahagia."
Jinsung mendengus, ia tersenyum kecil seraya melihat-lihat foto Baam yang terlihat bahagia--meski Hwa Ryun berkata itu akting. Namun bagi dirinya yang sudah lama hidup, Jinsung bisa membedakan mana yang akting dan mana yang bukan.
Ekspresi Khun dan Baam di foto sama sekali bukan akting. Itu murni menggambarkan perasaan keduanya yang belum mereka sadari.
Syukurlah, tadinya dia sempat khawatir karena Baam menempati tubuh Viole dan dengan tegas ingin mengakhiri kontrak pertunangan mereka. Jika itu terjadi, Jinsung tak bisa menolak. Karena tubuh itu bukan milik Viole lagi.
Terpaksa dia membatalkan pertunangan.
Tapi lihatlah, mereka begitu serasi.
Saat ia melihat beberapa tanda ambigu di tubuh Khun. Jinsung melebarkan matanya, astaga pemuda yang polos dan naif ternyata cukup 'liar' haha.
"Mereka juga akan pergi ke pesta itu. Karena Viole diundang sebagai salah satu model terpanas. Perusahaan mereka ingin mengontrak Viole untuk iklan produk." Hwa Ryun melanjutkan penjelasannya. Rautnya nampak datar, tapi Jinsung tahu jika wanita merah ini sangat tertarik pada hubungan Baam dan Khun.
"Yah, ada baiknya kita pergi. Aku juga ingin melihat mereka."
.
.
.
Untuk ke 5 kalinya, Baam menurunkan topi yang dia pakai. Pandangannya menyisir kumpulan orang di dalam departemen store dengan canggung. Dia tadi sempat berjengit saat beberapa perempuan tengah membicarakan gosip dia dengan Khun. Memeriksa rambut palsu bewarna hitam yang ia pakai, Baam berjalan pelan mengikuti Khun layaknya anak anjing.
Saat ini mereka sedang memilih pakaian yang cocok untuk dipakai nanti saat pesta. Sebenarnya Khun sudah memesan pakaian mahal untuk keduanya nanti. Namun, sang bluenette mengajaknya belanja beberapa pakaian saat tahu jika dirinya agak tidak nyaman memakai style Viole.
Dan disinilah mereka, berbelanja pakaian dengan dalih 'kencan'.
Baam tidak terbiasa memilih pakaian, ia hanya memakai yang menurutnya nyaman dan tak pernah mengikuti fashion. Sayang, statusnya sebagai model mengharuskannya tampil menarik. Dirinya tidak ingin Khun yang selalu disisinya terbawa kesan buruk karena ia tak bisa menjaga imej-nya saat bersama sang Omega.
Melihat puluhan baju yang berada di antrian keranjang. Baam terheran-heran, ia sama sekali tidak mengerti Omega yang terlihat senang saat melihat beberapa pakaian dengan minat.
Yah, selama Khun senang. Baam tidak keberatan.
Kencan mereka pun dihabiskan keduanya kembali berfoto dan berbelanja setumpuk pakaian.
.
.
.
Khun tengah memperhatikan pantulan dirinya di cermin kamar mandi. Tangannya menyentuh bekas kemerahan yang masih belum pudar di kulitnya disertai aroma Baam yang melekat di tubuhnya--sisa scenting yang belum menghilang. Ia menghela napas berat seraya menundukkan kepalanya. Pikirannya teralih pada kilas balik kebersamaan mereka selama 2 hari lebih.
Hari pertama mereka habiskan untuk pergi ke Disney Land, menyebar foto kemesraan. Khun tidak ingin mengingatnya tapi, saat itu sisi Omega-nya merasakan jika sang Alpha tengah memiliki mood buruk. Jadi dia hanya berniat untuk bertanya keadaan. Namun saat ia melihat tatapan sedih Baam yang terpantul di kaca jendela.
Khun tidak menyukainya, maka dari itu dia dengan gila mendorong Baam dan mencium bibirnya. Berharap sang Alpha kembali ceria. Setelah itu keduanya terlarut dalam cumbuan panas sampai tubuh mereka lemas dan terduduk di lantai dengan saling berpelukan. Bibir terhubung seolah sedang memakan mulut masing-masing.
Usai itu, Khun bangun di tengah malam dan mendapati dirinya berada di pelukan Baam yang tertidur pulas. Ia merona saat sang Alpha mengeratkan rengkuhannya dengan lembut. Saat itu Khun hampir tak bisa tidur, ia terlalu sibuk menahan semua perasaan hatinya yang membuncah. Apalagi sisi Omega-nya yang mulai nakal dan terus berbisik menyuruhnya lebih mendekat--untuk mencuri ciuman.
Memperhatikan wajah tidur Baam, Khun pun kalah dengan insting-nya dan segera memeluk Baam erat. Ia membenamkan wajahnya di dada sang brunette, sampai ia tertidur pulas dengan suara detak jantung Baam yang menjadi lulabinya.
Untung saja saat dia bangun, Baam sudah tidak ada di tempat tidur untuk melakukan lari pagi. Demi mengahalau pertanyaan Baam dimana ia yang tiba-tiba menciumnya, Khun langsung mengajak Baam belanja. Dirinya ingin menenangkan perasaannya sejenak. Memfokuskan diri pada berbagai pakaian yang cocok untuknya atau Baam.
Baam mengangguk setuju dan dengan patuh mengikuti keinginannya. Beberapa jam Khun berjalan kesana kemari di departemen store. Baam sama sekali tidak mengeluh, ia tetap tersenyum manis dan menjawab semua pertanyaan dan komentarnya dengan sabar.
Khun yang ingin menenangkan hati pun kembali gundah. Baam terlalu baik, ia tidak tahu berapa lama lagi dirinya bisa menyangkal keinginan Omega-nya untuk sang Alpha.
Membasuh wajahnya dengan air dingin, Khun pun mendesah pasrah. Sudahlah, ia hanya perlu menjalaninya. Ia tidak perlu lagi menekan sisi Omega-nya jika ingin melakukan sesuatu pada Baam. Ia sudah lelah dengan segalanya. Lagipula saat ini mereka sudah bermain terlalu jauh.
Jika ada saatnya mereka tak bisa kembali ke awal, Khun akan menerima konsekuensinya.
"Khun-san! Jadwal pemberangkatan pesawat dimulai satu jam lagi." Suara Baam terdengar dari balik pintu.
Khun langsung mengusap wajahnya yang basah dengan handuk, menata rambutnya sampai rapih dan keluar menemui Baam yang tengah menyiapkan sarapan dengan senyuman lembut.
Ah, hati Khun benar-benar mulai goyah.
"Aku rasa pesta nanti akan kacau." Khun berkata sambil menyesap kopi hitamnya.
"Kenapa?" Baam bertanya seraya duduk di kursi setelah melepas apron hitam miliknya.
Khun menaruh cangkir di atas meja, tangannya menyangga dagu dengan sedikit cemoohan. "Ayahku akan datang, menandakan sepupu-sepupuku juga hadir. Selain itu Ha Jinsung dan Hwa Ryun juga diundang karena pemilik perusahaan yang mengadakan pesta adalah kenalannya."
"Ah?"
"Akan banyak orang elit di sana. Dengan sifat wanita pirang itu. Aku yakin Bitchel juga akan berusaha mendapatkan undangan."
"..."
Merasa bahwa Baam dalam suasana hati yang buruk--mungkin membayangkan wanita pirang itu. Khun mengalihkan pembicaraan. "Kau tahu siapa pengusaha terkenal itu?"
Baam menggeleng pelan. "Tidak. Aku tidak begitu memperhatikan pemiliknya. Kalau nama perusahaan aku tahu."
"Ya tipikal dirimu." Khun terkekeh. "Pengusaha yang mengadakan pesta bernama Yama dengan mate-nya Yasratcha. Keduanya tertarik pada kepopuleranmu sehingga kau diundang."
"Mereka disebut pasangan unik, karena selalu bertengkar tapi jika melakukan hal intim tidak tahu tempat. Mereka juga vulgar." Lanjut Khun menjelaskan.
O.O);
"Kau akan tahu jika kau melihatnya."
Mereka pun menghabiskan sarapan dan check out hotel kemudian bergegas ke bandara.
Sesampainya di kota tujuan, Baam dan Khun pergi ke salah satu vila yang dimiliki Khun. Keduanya beristirahat sejenak sampai matahari terbenam, menandakan mereka yang harus segera pergi ke pesta.
Khun dan Baam terperangah saat melihat penampilan masing-masing yang dibalut jas elegan. Keduanya membuang muka dengan sedikit rona merah. Lalu dengan canggung berjalan beriringan ke arah mobil.
Dalam perjalanan, keduanya terbenam dalam pikiran masing-masing. Mengingat penampilan satu sama lain yang membuat mereka terpesona. Bahkan Baam dan Khun dengan lucu sedikit mencuri lirikan dan terkejut saat keduanya bertemu pandang.
Baam mengeratkan tangannya di kendali setir. Ia tidak mengerti apa yang terjadi padanya. Hanya saja dirinya merasa bahwa Khun terlihat sangat menarik dengan jas putih dengan dasi yang sewarna dengan matanya.
Ia memperhatikan kemeja oranye yang dilapisi jas warna hitam dengan dasi cokelat terang. Terlihat sangat kontras dengan milik Khun, ibarat yin dan yang. Apalagi model jas mereka yang merupakan jas pasangan. Entah kenapa itu membuat jantungnya sedikit berdesir aneh.
Menghentikan pikiran anehnya, Baam pun memfokuskan diri untuk menyetir sampai keduanya sampai di tempat tujuan. Ia tidak menyadari jika dalam beberapa detik, iris shappire Khun mengerling, menatap Baam dengan lekat dan misterius.
Baam dan Khun keluar dari mobil, keduanya langsung bergandengan tangan seraya memasang senyum bahagia. Mereka disambut oleh seorang pelayan yang memeriksa kartu undangan dan segera mempersilakan keduanya masuk.
Karena mereka datang di pertengahan waktu, gedung mewah itu masih belum penuh.
Baam menyisir pandangannya ke seluruh ruangan. Ia bisa melihat beberapa meja berisi makanan dan alkohol yang ditata elegan. Panggung orkestra juga tertata rapi di sudut aula. Memainkan lagu indah khas pesta penjamuan.
Mengetahui jika penggelar acara selalu datang terakhir, Baam melirik beberapa aktor, aktris dan model yang diingat Viole. Ia juga melihat beberapa kenalan Ayah angkatnya yang pernah Viole temui dulu.
Ketika mereka berjalan bersama, sekumpulan orang menghentikan kegiatan mereka. Semuanya berfokus pada Baam dan Khun yang tengah memasang senyum formal. Setelah itu mereka berbisik, mungkin membicarakan foto-foto sensasional keduanya di media.
Saat beberapa orang hendak menyapa mereka dengan niat terselubung. Khun segera menarik Baam menjauh hingga keduanya berada di tempat yang tak begitu ramai.
"Muka dua menjijikan." Dengus Khun dengan cibiran.
Baam mengangguk setuju, meski wajah mereka tersenyum ramah. Ia bisa melihat ambisi buruk dari kilatan mata mereka saat menatapnya. Apalagi di belakang pria tadi, seorang perempuan yang kemungkinan Omega terus menatapnya malu-malu.
Tentu saja sisi Omega Khun bereaksi marah.
Makanya ia senang saat tunangannya mengajaknya pergi tanpa sopan santun. Toh, Baam tidak peduli.
Merasakan ujung pakaiannya ditarik, Baam tersenyum dan segera merangkul pinggang Khun seraya berbisik mengenai rencana mereka selanjutnya.
Baam melepas rangkulannya saat ia tiba-tiba ditarik hingga sebuah pukulan datang hendak meninju pipinya--yang tentunya dia hindari.
"Wow." Sebuah suara asing berseru kagum. Ia melihat sekumpulan orang berambut senada dengan Khun, bahkan warna mata mereka sama.
"Ayo berkenalan lagi!" Sang penyerang yang ternyata seorang wanita berambut panjang, kembali menjatuhkan pukulan. Baam terpaksa menghindar dengan kebingungan.
Khun yang saat ini sudah dikelilingi oleh Ran, Hachuling, Maria dan Kiseia menghela napas panjang.
Pesta ini pasti akan berkahir dengan kacau.
TBC
Khun : Author pemalas! Sampai kapan kau rebahan baca novel?
Yoru : Hm?? Aku punya stok jadi nanti aja ngetiknya.. masih punya 4 chap lagi...
Khun : Salahmu sendiri karena malah membuat ff baru dan mengabaikan yang lama, setidaknya tamatkan dulu...
Yoru : Tumben kamu berkata seperti itu tunggu... Oh #menyeringai
Yoru : Aku baru ingat kalau di chap 20 kamu masuk heat 🌚
Khun : ...
Yoru : Halah ngaku aja! Hohoho~ kalau mood aku lanjut deh adegan nganu--
Baam : Adegan apa?
Yoru : Hohoho Seme-nya datang hahahahaha oke sesuai rikues aku akan menulisnya dengan panjang--
Khun : Sial! Bukan itu penulis bego!
Yoru : Yaah, malah ngatain bego aku hapus deh...
Baam : O.O)?
Salam,
Yoru
16 September 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro