Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12. Dating Plans

Tatapan Baam teralih pada sang fotografer yang tersenyum puas. Pria itu terlihat senang dan segera memanggil koleganya untuk memberitahu berita baik. Usai menelepon dia memberikan kartu nama.

Shibisu yang entah sejak kapan berdiri di samping mereka, menerima kartu itu dengan elegan dan senyuman profesional. Meski Baam tahu jika manajernya itu nampaknya sedang kesal karena sesuatu.

Khun yang memperhatikan ekspresi Baam, mendengus lucu dan berbisik. "Fotografer itu melakukan hal yang salah, jika dia ingin kau bekerja untuknya. Seharusnya melalui Shibisu terlebih dahulu." Napas hangat sang Omega berhembus di telinganya. "Untung saja desainer baju itu memiliki merek ternama dan sangat terkenal. Jadi Shibisu tidak menolaknya."

Mengangguk mengerti, Baam lalu memperhatikan interaksi Shibisu dan Fotografer yang akhirnya menemukan waktu yang pas bagi keduanya untuk pemotretan.

Karena dirinya sibuk memperhatikan kondisi Khun atau perbincangan Shibisu. Baam terkejut saat matanya menemukan sosok familier. Sosok yang dulu dia sukai dan telah menyiksa sekaligus membunuhnya.

Jantungnya tiba-tiba terasa berhenti sesaat, napasnya tercekat dengan jemarinya yang bergetar. Bayangan-bayangan buruk mengenai siksaannya dulu terngiang, membuatnya menutup mata dan tak sengaja mendorong Khun dari pelukannya.

Tidak tahan dengan stimulasi aneh lain di tubuhnya, Baam segera berlari dari studio diikuti oleh Khun yang memanggil namanya khawatir.

Kakinya melangkah cepat di koridor, Baam tidak peduli dia akan pergi ke mana. Dirinya hanya ingin menjauh dari sosok pirang itu. Ia pikir dengan rasa bencinya, Baam sudah cukup kuat untuk bertemu mata dengan Rachel. Tapi sepertinya tidak, selain benaknya yang masih sedikit trauma. Tubuhnya juga merasakan hal aneh lain.

Memperhatikan koridor asing yang dipenuhi beberapa belokan membingungkan. Baam baru sadar jika perusahaan per-filman atau yang menyangkut selebriti selalu dibuat seperti maze. Itu untuk meminimalisir paparazi yang menyusup masuk ke gedung.

Dirinya yang tidak memiliki ingatan Viole mengenai seluk beluk gedung ini--karena Viole selalu mengikuti Shibisu--pun tersesat.

Langkahnya kemudian terhenti, dengan napas terengah. Mata emasnya menelusuri beberapa belokan koridor gelap di depannya.

"Ugh." Tiba-tiba saja kepalanya kembali berdenyut dengan rasa sakit. Baam lagi-lagi melihat beberapa potongan gambar mengenai koridor gelap yang hampir mirip seperti yang ada di depannya sekarang.

Di sana, ia melihat dirinya tengah berjalan pelan dengan tubuh sempoyongan. Mulut Viole menggumamkan sesuatu, sayangnya Baam tak bisa menangkap apa yang terucap dari sang aktor.

Intensitas rasa sakit yang meningkat di kepalanya, membuat Baam terjatuh sambil memegangi kepalanya dengan raut kesakitan.

Selama menjadi seorang polisi, Baam sudah sering terkena luka bakar, tertusuk pisau, luka tembak bahkan terkena serpihan ledakan bom. Tapi rasa sakit ini melebihi dari apa yang pernah dia rasakan sebelumnya.

Kepalanya seperti ditusuk ribuan jarum dan dikocok-kocok hingga terasa seperti akan meledak.

"Ugh--" Baam mengerang kesakitan, potongan ingatan tersebut memang gelap karena tak terlihat. Tapi ia bisa merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya, diiringi dengan sesuatu yang berteriak memanggilnya dengan penuh penderitaan.

Ia ingin tahu lebih lanjut mengenai kondisinya, namun rasa sakit itu membuat pandangannya mengabur. Tubuhnya kehilangan tenaga, sehingga Baam hanya bisa menyandarkan diri di dinding sambil duduk di atas lantai dingin.

Setelah beberapa menit berlalu. Rasa sakit itu mulai menghilang, meninggalkan Baam yang tergeletak hampir tak sadarkan diri dengan keringat dingin yang mengucur dari pelipisnya.

Baam yakin, pasti ada sesuatu yang salah dengan Rachel. Dia tidak mau tahu, pokoknya ia berjanji akan mencari kebenaran. Dirinya tidak ingin kembali dikendalikan oleh wanita laknat itu.

Sial, hanya melihat wajahnya saja sudah membuat tubuhnya seperti ini. Lalu bagaimana Viole dulu? Dia tak melihat keganjilan apapun saat Viole bertemu Rachel.

Kenapa baru terjadi padanya?

"Viole?" Seseorang memanggil namanya, dari nadanya ia tahu siapa itu. Namun, saat ini Baam sedang dalam suasana hati yang buruk. Apalagi mendengar seseorang memanggilnya 'Viole'.

Menghela napas panjang, Baam berusaha mengendalikan perasaan negatifnya. Ia tidak ingin membuat sisi Omega Khun berulah hanya karena dia bad mood.

"Maaf berlari begitu saja, tapi aku belum sanggup bertemu dengan wanita itu. Ada yang aneh, sepertinya aku harus segera memeriksakan diri ke Dokter." Baam menundukkan kepalanya, sedikit mengernyit saat nada suaranya terdengar serak.

"Apa yang terjadi?" Khun berdiri di depannya. Iris Azure-nya memandang lekat dengan kilatan khawatir.

Baam menutup matanya sejenak, rasa sakit itu masih sedikit terasa di kepalanya. "Sakit kepala, potongan ingatan lain dan suara aneh yang memanggilku."

Sang Omega berjongkok, kini tinggi mereka sejajar hingga Khun bisa melihat wajah Baam yang terlihat pucat dan dibasahi keringat. Sontak hatinya sedikit berdenyut, disertai inner Omega-nya yang menangis akan sang Alpha yang terlihat menderita.

"Kau tidak usah khawatir. Sudah baikan kok." Baam mencoba tersenyum, namun hatinya yang masih dipenuhi ingatan buruk hanya membuat senyumnya terlihat menyedihkan.

Khun menarik Baam kepelukannya. Ia memposisikan kepala sang Alpha di dadanya sambil terus mengelus rambut Baam lembut. "Aku tahu." Bisiknya pelan.

Bola mata Baam melebar, tangannya yang sedikit bergetar kini melingkar di pinggang Khun. Jemarinya meremas pakaian di punggung sang Omega, berharap bahwa dirinya akan segera tenang. Perasaan tak nyaman yang dirasakan, membuatnya terengah dengan nafas tak stabil meski Baam mencoba menenangkan diri.

"Tarik napas mu dan keluarkan secara perlahan." Khun menyarankan dengan suara lembut. Tangannya yang mengelus rambut Baam kini turun pindah ke punggungnya.

Menuruti perkataan Khun, Baam berusaha menstabilkan hati dan pikiran dengan menghirup udara panjang dan melepasnya perlahan. Setelah dilakukan berkali-kali, Baam mulai tenang. Tubuhnya yang kelelahan menjadi rileks dengan suasana hati yang membaik.

Ia sedikit menjauhkan diri dari dada Khun dan mendongkak. Mata emasnya bertemu pandang dengan iris biru jernih yang menatapnya teduh. Seukir senyum tersungging di bibirnya.

Khun sangat baik padanya, Baam tidak tahu lagi harus membayar apa pada sang bluenette atas bantuannya.

"Khun-san?" Baam bertanya sambil mengistirahatkan kepalanya di bahu sang bluenette. Ia tidak bisa mencium feromon Khun, namun ia masih bisa merasakan jika keberadaan sang Omega berhasil menenangkannya.

"Apa?" Khun bertanya santai, ia mencoba menahan diri untuk tidak tegang saat nafas Baam berhembus di lehernya. Ia bahkan bisa merasakan sentuhan benda lembut yang membuatnya merona.

Baam mengeratkan pelukannya, ia berbisik tepat di telinga Khun. "Apakah ada yang kau inginkan? Aku akan memberikannya padamu jika aku bisa."

"Kenapa perkataanmu menjadi random seperti itu?" Khun bersyukur karena saat ini Baam tidak bisa melihat wajahnya yang telah memerah, dalam hati ia juga merutuk sisi Omega-nya yang mendesah riang, menikmati perlakuan Baam padanya.

Baam mendongkak dan mendekatkan wajahnya hingga pipi mereka bersentuhan. "Aku hanya ingin membayar kebaikanmu. Jika Khun-san tidak ada, mungkin saat ini aku masih dalam kondisi terpuruk." Tuturnya lembut, tangannya tanpa sadar merayap ke pinggang Khun dan mengangkatnya agar duduk di pangkuannya.

"Rasa terima kasih saja rasanya tidak cukup untuk semua hal yang telah kau lakukan untukku."

Khun yang saat ini duduk di pangkuan Baam seraya saling berhadapan, menghela napas sejenak. Ia senang karena Omega-nya sibuk bersorak akan perhatian sang Alpha, namun dia juga perlu menahan diri untuk mengatur ekspresi wajahnya yang hampir hancur oleh rasa malu. "Meski hanya kontrak, kita masih berstatus tunangan di mata orang lain. Aku juga tak bisa membiarkan partner-ku terpuruk saat kita baru saja memulai rencana kita untuk wanita licik itu 'kan?"

Menlihat Khun yang menatapnya serius, Baam kembali tersenyum. Rasa sakit dan frustasinya hilang dalam sekejap mata. Tergantikan oleh rasa nyaman saat Khun berada di rengkuhannya. "Kau benar, tapi aku hanya berharap jika Khun-san benar-benar memikirkan apa yang kukatakan sebelumnya."

"Keliling dunia." Khun berkata datar.

"..."

"Maaf, Khun-san sepertinya aku tidak begitu paham dengan yang kau maksud."

Menyeringai lebar, Khun mengatakan pendapatnya. "Sesudah kita melakukan pemotretan, kita pergi ke semua tempat terkenal di dunia dan menyebarkan semua momen kita bersama. Dengan itu semua orang akan percaya bahwa kita bersama."

"Lagipula kau belum siap bertemu langsung dengan wanita itu bukan? Tidak salahnya kita bersenang-senang dulu dan membuat gadis itu menahan malu atas postingannya sendiri."

Mengerti dengan apa yang Khun rencanakan, Baam berubah sumringah sebelum mengerutkan kening bingung. "Bagaimana dengan pekerjaanmu?"

"Aku bisa melakukannya di laptop. Berkat informasi yang kau berikan mengenai produk masa depan, persentase laba perusahaanku akan naik 3x lipat disertai beberapa produk yang akan masuk ke dalam ajang penghargaan." Khun berkata percaya diri, ada sedikit nada bangga dan senang yang tersirat di wajahnya.

"Selamat!" Baam tersenyum riang. "Kau yakin jika Khun-san hanya ingin bepergian ke beberapa tempat?" Tanyanya memastikan. Ia akan melakukan apapun sebagai balas budi.

Khun terlihat berpikir sejenak sebelum mencubit pipi Baam gemas. "Ya, tentunya semua kau yang membayar sebagai gantinya." Aqua-nya berkilat humor.

"Oke, lagipula aku baru saja mendapat banyak uang dari hasil saham yang kau ajarkan." Baam menjawab tanpa pikir panjang. Jika itu kemauan Khun saat ini, ia akan melakukannya dengan senang hati.

"Good." Khun memutuskan untuk mengalungkan lengannya di leher Baam seraya menikmati feromon sang Alpha.

Keduanya kemudian saling memberi opini mengenai tempat apa yang cocok untuk berkencan. Baam tertawa ketika melihat Khun menyindir beberapa tempat romantis yang membosankan tapi selalu menjadi topik hangat di antara pasangan.

Tidak kalah dengan rekomendasi Khun, Baam juga menceritakan beberapa tempat terkenal di dunianya--yang kemungkinan juga ada di sini--sehingga keduanya mulai mengecek tempat-tempat itu di ponsel dan membuat list beberapa tempat yang sesuai.

"Aku tidak yakin Rachel akan menyerah hanya melihat kita bersama." Baam mengerutkan keningnya saat mengingat betapa gilanya wanita itu.

Khun menoleh dengan cibiran. "Wanita itu memang sangat keras kepala. Tapi aku memiliki cara lain untuk menghancurkannya di media."

"Jika dia berani mem-posting mengenai Viole yang mengejarnya dulu. Kita bisa memutar balikan fakta bahwa itu hanyalah 'dulu' sementara saat ini kau bersamaku." Khun mulai menjelaskan rencananya. "Selain itu, kau juga bisa mem-posting foto-foto kita bersama di akun milikmu. Meski kau tak pernah memposting dari semenjak kau membuat akun. Followers-mu sudah mencapai jutaan." Khun memperlihatkan akun Viole pada Baam.

"Gunakan itu untuk membuat para fans memanas dan membantu kita menghancurkan wanita gila itu."

"Heheh." Khun menyeringai lebar dengan tanduk iblis imajiner. "Kau juga bisa mem-posting betapa sakitnya dirimu karena wanita itu tak kunjung menerimamu dan saat kau sudah move on, dia dengan tidak tahu malu ingin merebutmu kembali. Aku yakin para fans akan dengan senang hati membakarnya hidup-hidup di komentar."

Baam terdiam sejenak, ia menyukai rencana Khun. Tapi dimana ia harus mengatakan 'pengerjarannya' dulu, ia sedikit tak nyaman. Pasalnya itu perbuatan Viole dan bukan dirinya. "Itu rencana yang bagus, meski aku tak terlalu suka mengekspos diri mengenai Viole yang memendam perasaan pada wanita itu."

"Kalau begitu kita bisa mem-posting dirimu yang menyerah pada wanita licik itu dan ingin memiliki hidup baru denganku. Mudah 'kan?"

"Khun-san lagi-lagi aku harus membuatmu berpikir tentang rencana kita. Maaf aku tak bisa begitu membantu." Baam memasang wajah sedih.

Tersenyum lucu akan ekspresi Baam, Khun menangkup pipi sang Alpha agar menatapnya. "Kalau kau tak nyaman dengan itu, ceritakan hal lain mengenai masa depan tapi itu harus gratis."

"Oke! Terima kasih Khun-san!"

.

.

.

Shibisu berlari ke sana kemari untuk mencari Viole yang lari begitu saja. Ia sampai harus meminta maaf pada fotografer dan anggota studio untuk pulang terlebih dulu. Untung saja pemotretan Viole sudah selesai, jika belum Shibisu akan menceramahi Alpha itu.

Berpikir soal Viole, sebenarnya kemana mereka pergi. Padahal dua puluh menit lagi mereka harus pergi ke studio lain untuk pemotretan desainer X.

Tadi sang fotografer sempat meminta maaf karena jadwal mendadak yang datang. Dia berjanji akan menaikan bayaran 2x lipat sebagai imbalan jika mereka setuju untuk berpose nanti sore.

Dan saat ini, baik Viole atau Khun sama sekali tidak terlihat dimana pun. Sial, mereka berdua tidak melakukan hal yang aneh karena tidak tahan bukan?

Shibisu agaknya tahu jika pasangan Alpha dan Omega itu istimewa. Jika keduanya saling mencintai, mereka akan dengan gamblang mengekspos keintiman di depan umum tanpa rasa malu. Tadi ia juga melihat dengan mata kepalanya sendiri dimana Khun dengan mudahnya mencium Viole dan terlihat menikmatinya. Apalagi tubuh keduanya sangat dipenuhi oleh feromon mereka yang tercampur.

Berjalan di koridor paling ujung, ia akhirnya sedikit mencium aroma samar yang sudah dikenalnya. Shibisu lagi-lagi tertohok, sudah sial dirinya 2 kali melihat pasangan itu menebar PDA.

Sekarang ia juga melihat Viole dan Khun yang tengah saling memeluk erat disertai mulut mereka yang tengah menempel. Ia bahkan bisa melihat lidah Viole yang tengah menerobos rongga mulut Khun menciptakan lenguhan erotis dari keduanya.

Marah akan nasibnya, Shibisu menghentakkan kakinya sebal. "Hei Viole! Bisakah kalian berhenti melakukan PDA selama kita bekerja! Masih ada pekerjaan lain dalam 18 menit kedepan!"

Mendengar cercaan Shibisu, Baam tersadar dan melepas ciumannya. Ia berkedip sambil menatap Khun yang tengah merona dengan bibir merah mengkilap akibat terlalu sering dihisap.

Uh, bukankah tadi keduanya hanya membicarakan soal Rachel? Sejak kapan mereka berciuman?

Mengerutkan keningnya tak mengerti, Baam pun menghapus jejak saliva di sudut bibir Khun dengan ibu jarinya. Membuat sang Omega merona dan melepas pelukannya di bahu Baam.

Keduanya lalu berdiri seolah tak terjadi apa-apa dan berjalan ke arah Shibisu. Baam hanya memasang senyuman ramah, sementara Khun sedikit memalingkan mukanya dengan angkuh.

Shibisu yang ingin marah lagi pun terpaksa menghentikannya. Mereka tidak punya waktu lain dan harus segera pergi.

Sesampainya di studio pemotretan. Baam dan Khun langsung mengganti pakaian dan dirias.

Seorang desainer X yang terkenal ternyata hanyalah wanita cantik berumur 20-an. Rambutnya sebahu berwarna hitam dengan tinggi yang hanya sekitaran 150cm. Terlihat pendek tapi sekaligus imut.

Dengan semangat desainer itu memerintahkan pose yang akan dilakukan oleh Baam dan Khun.

Dimulai dari Khun yang duduk di pangkuan Baam, kepalanya miring untuk memperlihatkan bagian bahu dan leher putihnya sementara Baam membuka mulutnya dan memposisikan diri seperti tengah mengigit perpotongan leher Khun.

Pose keduanya yang saling berpelukan dengan tangan Baam yang menelusup masuk untuk menyentuh perut Khun, sementara Khun menyeringai seduktif.

Pose mereka yang akan saling berciuman, dan pose-pose lain yang cukup ambigu--apalagi pose dimana Baam harus menindih Khun di atas tempat tidur dengan satu kakinya yang berada di selangkangan Khun. Dimana satu tangannya mencengkram kedua tangan Khun di atas kepala sang Omega, sementara tangan kirinya tengah mengelus dada Khun dengan sensual.

Diam-diam Khun dan Baam merutuk sang desainer yang sedari tadi memerintahkan mereka untuk berpose ambigu dengan suasana sensual. Mereka kesal karena harus beberapa kali NG karena tak tahan dengan rona merah di pipi yang membuatnya keduanya canggung akibat degupan jantung yang berdetak cepat.

Sementara itu, desainer X malah terus terkikik dan menikmati pose pasangan itu dengan terus mengklik foto di ponselnya dengan wajah memerah--disertai pekikan tertahan dan tawa gila.

TBC

Yoru : Muahahaha terima kasih sudah berpose untuk memenuhi asupanku~
Yoru : Desainer X meniru penampilan RL Yoru wkwkwk anggap saja dia Yoru 😂😂😂

Salam,
Yoru

22 Agustus 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro