Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10. Scenting

"Lihatlah." Baam memberikan ponsel yang dia pegang pada Khun.

Sang Omega mengambilnya dan membaca artikel di sana dengan kerutan di dahi. Tanpa sadar tangannya meremas ponsel dengan sedikit kekuatan. Sisi Omega-nya yang tenang kembali bertingkah dan menggeram. Tidak terima dengan apa yang tertulis di sana.

Melihat ekspresi Khun yang tidak bagus, Baam tentunya lebih tertekan. Dia tahu jika tubuhnya ini milik Viole, mengartikan segala yang Viole lakukan di masa lalu akan terus menghantui hidupnya. Memang dirinya hanya perlu untuk menyelesaikannya secara baik-baik.

Tapi kali ini tidak akan semudah itu, karena artikel menyebalkan itu berkaitan dengan Rachel.

Baam ingin meninju sesuatu, ia sudah memutuskan untuk mengabaikan keberadaan gadis pirang itu karena dia memiliki rasa negatif padanya saat ini.

Tapi lihatlah, dengan tak tahu malu gadis itu menyebut namanya saat diwawancara dengan teman baiknya. Sang penyanyi yang tengah booming, Yura.

Isinya memang benar, tapi ini pertama kalinya Rachel mengatakan bahwa Viole sedang 'mengejarnya' dan Rachel akan memikirkan pernyataan 'cinta' Viole padanya. Setelah pertunangan Viole dan Khun habis tiga bulan mendatang.

Chikuso, zettai nai! Baam tidak akan pernah mau mengakui artikel itu. Tapi sialnya beberapa foto dan fakta bahwa Viole memang mengejar Rachel sudah diketahui banyak orang, sehingga akan cukup sulit baginya untuk menentang.

WTF Viole! Kenapa kau bisa--sudahlah, Baam tidak mau memikirkan tindakan Viole, ia juga dulu bodoh karena telah menyukai orang macam Rachel.

Baam hanya khawatir mengenai apa yang akan wanita pirang itu lakukan dengan mengekspos obsesi Viole sekarang. Pasti ada sesuatu lain dibalik artikel ini. Jika Rachel ingin, wanita itu bisa mempublikasi cerita ini dari dulu. Kenapa baru sekarang?

Apakah ada kaitannya dengan sakit kepala dan ingatannya yang entah kenapa terasa ada yang hilang? Memikirkan beberapa spekulasi, tentunya membuat Baam makin frustasi dan kesal.

Oke Baam lelah, dia bukan seseorang yang suka berpikir lebih. Dirinya hanya ingin hidup tenang dan nyaman. Menikmati bebasnya ia bertindak tanpa mengekang jati dirinya. Akan tetapi masalah selalu datang menghampirinya, layaknya kasus kejahatan yang tak pernah berhenti datang di atas meja kerjanya dulu.

Menyebalkan, Baam benar-benar ingin segera berhenti menjadi artis dan menyembunyikan diri dari media untuk selamanya.

"Jadi, apa yang akan kau lakukan?" Perkataan Khun, membuyarkan khayalan Baam mengenai pilihan hidupnya.

"Apa boleh buat, semua yang dikatakan wanita itu benar. Viole memang selalu mengirim hadiah setiap hari; mengejarnya; bahkan men-stalker-nya." Baam berkata dengan nada sebal. Ia mengerutkan kening dengan raut frustasi. "Aku hanya ingin tahu kenapa baru sekarang wanita itu mengekspos sifat obsesi Viole padanya di media."

Memperhatikan raut tak nyaman dari sang Alpha, sisi Omega-nya bersedih, membujuk Khun untuk segera membantu. "Kau benar, pasti ada sesuatu." komentarnya seraya memikirkan beberapa informasi yang dia ketahui.

"Kau juga berpikir seperti itu?" Baam menautkan alisnya.

Khun mengangguk lalu menyeringai jahat. "Aku tidak suka wanita itu dan sedikit mencari informasi dia. Aku bisa pastikan jika ada yang aneh dengan wanita itu. Informasinya terlalu sedikit dan sulit dicari. Seolah dilindungi oleh beberapa orang penting."

"Hei, jangan bilang..." Baam memasang ekspresi kejutan.

"Ya, sebagai polisi seharusnya kau tahu lebih banyak." Khun mengambil laptopnya dan menyerahkannya pada Baam. Keduanya memperhatikan layar yang penuh dengan artikel rahasia. "Lihat? Wanita itu sangat pandai bukan?" Cibirnya dengan jijik.

Baam menutup matanya dengan telapak tangan. Ia mendengus lalu tertawa. Ternyata di mana pun wanita itu berada, sifatnya tak berubah. Sangat licik dan memanfaatkan orang lain seenaknya.

Manik birunya menatap beberapa artikel dengan dengusan. Saat dia melihat beberapa foto di mana Rachel dengan senyum 'ramah' tengah menolong seorang Alpha kaya raya di tepi jalan. Khun kembali mendecak jijik. "Dia sangat sesuatu, mendekati orang-orang yang 'berkuasa', berpura-pura lemah, memanipulasi orang lain dengan statusnya sebagai Omega. Lalu sekarang dia melanjutkan rencana lainnya, dengan Viole?"

Memperhatikan foto-foto Rachel yang membuatnya jijik, Baam kembali bertanya. "Menurutmu mengapa dia tiba-tiba bergerak pada Viole? Aku ingat jika wanita licik itu selalu mengabaikan Viole sebelumnya."

Senyum licik terpatri di bibir Khun saat mendengar pertanyaan Baam. "Kau lupa? Sudah hampir seminggu sejak Viole bunuh diri."

Khun memperhatikan Baam dengan seksama. Sejujurnya ia cukup tak nyaman saat membicarakan kematian Viole. Namun demi sang Alpha, dia berusaha terlihat santai. "Viole selalu memberikan uang atau hadiah pada Rachel setiap hari. Namun semenjak kau datang hal itu tak lagi dilakukan. Tentu saja dia menjadi resah, merasa diabaikan oleh orang yang paling sering memberinya semua apa yang dia mau."

"Ah? Sepertinya kau tahu banyak soal Viole dan Rachel." Baam memperhatkkan Khun yang mengalihkan tatapannya dengan dengusan. Ia tersenyum lembut seraya mengelus pipi sang Omega. "Terima kasih, itu infomasi yang cukup berguna."

Tentu saja sisi Omega Khun mendengkur puas, hingga sang bluenette terpaksa bergerak mendekat untuk bersandar di tubuh Baam.

Suasana di ruangan seketika beralih menjadi keheningan. Keduanya terlarut dalam pikiran masing-masing, mencoba mencari jalan keluar dan menghapus biang masalah.

Khun tahu bahwa apa yang dia pikirkan itu cukup gila. Tapi dirinya ingin membalas wanita pirang yang sering menyeringai padanya saat Viole dulu lebih mementingkan gadis Omega itu.

Ini tidak sepenuhnya salah bukan? Status keduanya masih bertunangan jadi tidak masalah jika--

"Khun-san, bisakah kau membantuku?" Baam bertanya dengan serius.

"Apa?"

"Rachel." Baam mengucapkan nama itu dengan desisan tajam. "Aku tak ingin berhubungan lagi dengan wanita itu."

Otak Khun berjalan cepat, ia bisa menebak apa yang ingin Baam lakikan. Oh, jangan bilang--

Mendapati sang Omega yang nampak tertegun, Baam sedikit gugup. "Aku tak akan memaksamu, tapi aku hanya ingin segera menghapus artikel ini." Baam menatap ponselnya, mata emasnya terlihat berkilat dengan kemarahan tersembunyi.

"Maaf sebelumnya, tapi aku ingin memanfaatkan status pertunangan kita untuk saat ini. Aku ingin bilang pada mereka jika aku sudah menyerah pada Rachel dan memfokuskan diri untuk menjadi pasanganmu." Tatapan sang Alpha kemudian teralih pada Khun yang cukup senang karena dugaannya benar.

"Bagaimana menurutmu?"

Khun sesaat terdiam, ia menatap Baam yang tengah memandangnya ragu. Mata emas itu menatapnya lekat, hingga nafasnya sedikit terhenti. Inner Omega-nya mendengkur, senang akan sang Alpha yang akhirnya menerimanya sebagai pasangan. Akibatnya dia saat ini tengah 'memanas' dengan feromonnya yang keluar tak terkendali.

Baam yang melihat Khun memerah tanpa sebab, sedikit resah. Mungkin dirinya tak boleh berkata seperti itu, mengingat Khun begitu menyukai Viole.

"Baiklah."

"Ah?" Baam tercengang. "Apa?"

"Aku akan melakukannya." Khun tersenyum. "Sebenarnya aku memiliki dendam pada Rachel. Dengan begini aku bisa membalasnya dengan lebih kejam." Lanjutnya seraya menyeringai jahat.

"Oh? Aku juga punya sedikit dendam padanya." Baam tersenyum cerah. Lalu saat benaknya teringat pada kepingan memori yang membuatnya sakit kepala, ekspresinya berubah kecut. "Sebenarnya ada hal lain yang perlu dicari tentang Rachel."

"Ini mengenai Viole."

Baam mulai menceritakan sedikit memorinya pada Khun. Dia dengan bebas membicarakan apapun yang dia ingat dan rasakan. Mulai dari gambaran Rachel dan Viole, ingatan yang terpotong, kepalanya yang sakit, sampai analisa mengenai indera penciumannya yang tak berjalan dengan baik.

Ia juga bertanya mengenai inner Alpha-nya yang tak pernah ia dengar. Lalu terkejut saat Khun menyatakan jika semua Alpha dan Omega selalu memiliki inner masing-masing. Dan selalu aktif terdengar jika orang itu tidak mengekangnya.

Melihat jika Baam sama sekali tidak tahu menahu soal cara pengekangan inner Alpha-nya. Khun memasang wajah prihatin lalu menjelaskan beberapa kebiasaan Alpha. Mendengar suara Khun yang menjelaskan semuanya dengan lembut dan tenang, Baam menikmati suasana ini dengan nyaman.

Rasa frustasi yang dia rasakan sedikit menghilang.

Khun benar-benar orang yang baik. Dia adalah orang yang pertama dia temui di dunia ini; orang yang pertama dia jelaskan mengenai situasinya; dan orang pertama yang paling dia percayai di dunia ini.

Baam sedikit bersalah ketika dia mengambil alih tubuh Viole. Agaknya ia tahu jika Khun memperlakukannya dengan baik, karena sang Omega memiliki rasa pada Viole dan bukan padanya.

Maka dari itu dia hanya bisa memperlakukan Khun dengan baik, untuk membalas semua kebaikan yang telah Khun lakukan untuknya.

Percakapan mengenai Alpha kemudian teralih menjadi contoh-contoh perilaku Alpha di keluarga Khun. Baam tertawa mendengar betapa 'unik'nya saudara-saudara Khun.

Ia senang Khun bisa memberitahukan sedikit mengenai keluarganya. Dirinya juga cukup nyaman saat sang Omega memilih duduk di pangkuannya seraya menceritakan segala hal yang umum di dunia ini.

Sebagai ganti, Baam juga menceritakan semua hal yang sering dia lakukan di dunia asalnya.

Keduanya terhanyut dalam suasana harmonis, dimana mereka tanpa sadar akan saling mengecup pipi masing-masing lalu tertawa akan kekonyolan mereka di masa lalu--sampai keduanya lelah dan tanpa sadar tertidur sambil berpelukan hangat.

.

.

.

Baam merasakan beban yang menimpa tubuhnya. Ia mencoba bergerak dan menyentuh benda hangat familiar. Kelopak matanya terbuka, menampilkan iris amber-nya yang sedikit berkabut.

Mengerjap beberapa kali, kesadarannya pun mulai utuh. Ia melirik ruang tamu dan posisinya yang sepertinya tertidur di sofa, tentunya dengan Khun yang kembali tidur di atas tubuhnya.

Kemarin keduanya berbincang mengenai banyak hal, ia sendiri tak  begitu ingat.

Sang Alpha hanya ingat jika keduanya akan melakukan sebuah rencana untuk membalas Rachel. Kemudian malah mengganti-ganti topik secara random hingga keduanya lupa waktu dan tanpa sadar tertidur di sini.

Melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul 7 pagi. Baam sedikit tercengang, kebiasaan bangun paginya terlanggar. Apalagi dia ingat jika hari ini dia harus datang ke perusahaan untuk pemotretan ulang.

Baam melingkarkan tangannya ke pinggang Khun dan menggesernya dengan hati-hati. Setelah lepas dari cengkraman sang Omega yang terlihat mendengus tak terima. Baam tersenyum kecil dan mengambil sebuah selimut. Dirinya lalu pergi ke kamar mandi lalu beranjak ke dapur untuk membuat sarapan.

Mengambil beberapa bahan di lemari es, Baam mulai memotong beberapa sayuran dan menyiapkan nasi. Dia menggoreng daging yang telah dicampur tepung serta beberapa udang.

Selasai dengan pekerjaannya, Baam melepas apron-nya. ia berniat untuk membangunkan Khun yang masih tertidur.

"Khun-san!"

"Khun-san!" Baam memanggil kedua kalinya.

Pemuda yang masih tertidur, mengingau lembut. Kelopak matanya bergetar lalu terbuka perlahan. "Viole?" Gumamnya setengah mengantuk.

Mendengar nama itu, entah kenapa senyuman Baam berubah kaku. Tak nyaman karena nama 'Viole' yang keluar dari mulut Khun. "Khun-san, sudah pagi. Kau bisa terlambat."

Khun melirik jam dinding dan langsung terbangun. Dia memang kesulitan bangun pagi, tapi ia tidak menyangka bahwa dirinya akan bangun begitu lambat.

Mendengus geli akan penampilan Khun yang nampak linglung akibat bangun tidur--mata birunya mengerjap manis, disertai penampilannya yang lucu dan sedikit berantakan--Baam meraih pipi sang Omega sambil mengelusnya lembut. Ia sedikit melebarkan matanya saat mendengar Khun mendengkur imut seraya menikmati elusannya.

"A-aku sebentar lagi akan pergi untuk pemotretan ulang bersama Shibisu-san." Baam berkata setengah gugup, ia segera menarik tangannya hingga Khun sedikit mengeluh. Tak senang akan kontak sang Alpha yang hilang.

"..."

"Tunggu!" Khun yang akhirnya sudah bangun sepenuhnya menghentikan langkah Baam. "Kau akan pergi ke perusahaan saat ini?"

Dengan sedikit rona merah dipipi, Baam menjawab polos. "Ya?"

Tak memperhatikan keanehan Baam, Khun kemudian berkata. "Bagaimana dengan artikel kemarin? Agensimu pasti akan memanfaatkan situasinya. Bisa saja kau mendapat situasi yang tak kau inginkan."

"Ugh, aku lupa!" Tersadar akan kecerobohannya, Baam merutuk frustasi.

Khun lalu menekan beberapa angka di teleponnya dan segera memanggil seseorang. Melihatnya Baam memiringkan kepalanya heran. Dilihat dari ekspresi sang bluenette, sepertinya Khun memiliki rencana tertentu.

Baam tak begitu memperhatikan apa yang Khun katakan. Hanya saja ia cukup terkesan melihat seringai kecil yang dikeluarkan oleh Khun. Terlihat sangat cocok dengan penampilannya.

"Ayo kita lakukan rencana pertama!" Khun menatap Baam licik, mata birunya berkilat misterius nampak tak sabar untuk menjalankan rencana miliknya.

"Apa itu?" Baam bertanya penasaran.

Khun mulai menjelaskan rencananya pada Baam. Dimulai dari dirinya yang akan ikut ke pemotretan dan Khun yang akan melepaskan feromon miliknya agar membekas di tubuh Baam. Mereka juga akan dengan sengaja menebar kemesraan di depan publik.

"Kau tidak keberatan?"

"Untuk apa? Aku rasa itu hal yang bagus." Baam mengangkat bahu santai. "Yang aku sayangkan hanyalah tak bisa mencium aromamu. Aku cukup penasaran." Tambahnya sedih.

Khun pun memerintahkan Baam untuk duduk di sofa. Sementara dia duduk di paha sang Alpha sambil melingkarkan tangannya di bahu Baam. Kepalanya tertunduk sambil memfokuskan diri untuk melepas feromonnya.

Baam yang tak begitu mengerti soal feromon, hanya melingkarkan tangannya di pinggang Khun. Membiarkan sang Omega melakukan apa yang dia mau.

Keduanya begitu nyaman sampai tak sadar jika pintu di ruang tamu terbuka dan menampakan Shibisu yang masuk dengan wajah terkejut.

Pria tan itu melihat Khun yang tengah duduk di pangkuan Viole, sedang sibuk mencium leher sang Alpha?

Lalu Viole membiarkannya bahkan tersenyum geli akan tingkah Khun?

The heck?

Ini bukan mimpi?!

Katakan bahwa apa yang dilihatnya itu tidak nyata!

TBC

Yoru : Selamat hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75!

17 Agustus 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro