Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

09. Accidental Kiss

Bibir mereka bersentuhan dengan cukup tekanan--mengingat keduanya jatuh dan saling menabrak--membuat mulut mereka cukup sakit disertai nafas mereka yang terhenti sesaat. Bola mata mereka melebar seraya menatap wajah masing-masing.

Baam berkedip pelan, tangannya hendak mendorong Khun yang ada di atasnya. Pipinya sedikit merona saat ia merasakan tekstur kenyal dan basah yang menempel di mulutnya. Perlu diingatkan jika dia tak pernah berciuman dengan siapapun di kehidupan sebelumnya.

Katakan saja jika pemikirannya sangat kolot. Tapi Baam hanya ingin memberikan momen romantis-nya pada orang yang akan menjadi pasangan hidupnya. Yah, meski sepertinya pemikiran itu akan hilang. Mengingat dia sudah melanggarnya saat ini.

Atensi Baam segera teralihkan saat ia merasa jika bibirnya digigit lembut. Ia kembali menahan nafas dan segera memperhatikan Khun yang sepertinya telah hilang kendali atas sisi Omega-nya.

Lihat saja, mata sang bluenette tengah tertutup. Pipinya merona merah dengan mulutnya yang bergerak untuk menekan; menjilat; dan menggigitinya. Ia juga merasakan sapuan basah dari lidah Khun yang berusaha membuka celah di antara kedua bibirnya.

Baam seketika segera bangun dan mendorong Khun yang mendesah kecewa. Sang Omega lalu kembali memeluknya erat layaknya seekor kucing.

Melirik Khun yang sepertinya jatuh tertidur. Baam menghela napas panjang. Tadi dia takut jika feromonnya membuat Khun tak nyaman sehingga dia melarikan diri. Namun sepertinya bukan itu yang membuat Khun marah. Jika saja dia tahu, dirinya akan meminta maaf.

Terkadang Baam sama sekali tidak mengerti Khun. Dia memang ingin membantu sang bluenette, tapi Khun sama sekali tidak pernah memberitahu apapun yang dia rasakan. Jika terus begini kondisi Khun bisa memburuk.

Saat ini Baam hanya punya dua pilihan. Membantu Khun dengan sopan atau membantunya dengan paksa. Baam adalah tipe orang yang selalu menepati janji. Janjinya pada Khun Ran, akan dia tepati selama tiga bulan ini.

Baam lalu mencoba menelusuri semua ingatan Viole mengenai Omega. Rasanya dia pernah melihat Viole meneliti Omega karena obsesinya pada Rachel.

"Ouch." Kepalanya tiba-tiba merasa sakit. Beberapa gambaran aneh melintas di benaknya. Baam mengerutkan kening. Ia mengingat kejadian aneh mengenai Viole dan Rachel yang telah berjalan bersama.

Ugh, Baam tidak ingin mengingat hal itu!

Sakit kepala Baam terus berlanjut, gambaran-gambaran Viole dan Rachel pun makin bertambah--membuatnya mual dengan rasa jijik. Di dalam ingatan hanya terdapat Viole yang tengah berbincang dengan Rachel seraya berjalan bersama. Tidak lebih, tapi melihat senyuman Rachel yang membuatnya merinding sangat mempengaruhi otaknya.

Saat ingatan itu terhenti, Baam terengah. Lengannya memeluk tubuh Khun dengan erat. Nafasnya yang memburu menerpa leher Khun yang bergetar dalam tidurnya. Mata emasnya berkilat dengan kesuraman.

Entah kenapa ingatan barusan terasa aneh, seperti ingatan yang tak pernah diingat oleh Viole. Sebuah kenangan yang seharusnya terhapus--

Kepala Baam kembali berdenyut, sakitnya sangat luar biasa hingga membuatnya mengerang kesakitan. Akhirnya Baam menyerah untuk mengingat.

Anehnya sakit kepalanya berhenti.

Dari sana Baam bisa menyimpulkan sesuatu yang besar.

Viole dan Rachel menyimpan rahasia. Mungkin itu berkaitan dengan obsesi Viole pada Rachel, atau mengenai indera penciuman Alpha-nya yang rusak.

Menghela napas lelah, Baam menyeringai kecil. Hidupnya di dunia ini atau di dunia sebelumnya. Selalu saja berkaitan dengan Rachel. Baik itu adalah takdir atau bukan. Baam akan melupakan hidup di masa lalu. Akan tetapi jika Rachel masih mengganggunya di hidup barunya. Baam tidak akan tinggal diam.

Selain dirinya yang agak dendam pada Rachel. Ia tak bisa membiarkan wanita itu berbuat seenaknya pada Viole.

Sepertinya dia harus mencari beberapa informasi mengenai ingatan Viole yang sepertinya dihapus oleh seseorang.

Terlarut dalam pikirannya, Baam tidak sadar jika Khun telah terbangun dan dalam kondisi shock. Sang bluenette mengingat semua kejadian tadi dan tengah memarahi sisi Omega-nya dengan kasar.

Omega-nya pasti gila! Tidak hanya mengambil alih, tapi juga mencium Baam dengan tak tahu malu! Khun merasa ingin menyembunyikan diri di jurang terdalam. Wajahnya sudah sangat memerah disertai jantungnya yang berdegup kencang.

Membayangkan betapa lembutnya bibir Baam dan aroma feromon yang mengelilinginya dengan ramah. Tentu saja membuat Khun bergerak gelisah. Selain insting Omega yang tengah mendengkur seperti binatang kepanasan. Tubuhnya juga ikut memanas diiringi feromon Omega-nya yang menguar seakan mengundang sang Alpha untuk saling terjerat.

Khun saat ini bersyukur karena Baam tak bisa mencium aromanya.

Benak Khun yang mencoba menahan libido-nya, segera terhenti ketika ia merasakan napas Baam yang menerpa lehernya.

Sialan! Leher Omega itu tempat paling sensitif!

Baam yang merasakan tubuh yang dipeluknya bergerak gelisah. Kemudian sadar dari analisanya. Ia melihat Khun yang masih menutup matanya, tengah mengerutkan kening. Pipinya sedikit merona dengan tangannya yang tengah meremas pakaian miliknya.

Uh, oh. Sepertinya Khun telah bangun. Baam buru-buru melepaskan pelukannya dengan wajah bersalah.

"Maaf, aku barusan tengah memikirkan sesuatu dan tak sengaja memelukmu erat. Kau pasti bangun karenanya."

Khun yang tak bisa berpura-pura tidur lagi, perlahan membuka matanya. Ia memandang wajah Baam yang begitu dekat dengannya. Sang Alpha menatapnya lembut. Membuat perutnya kembali berdesir.

"Aku yang harus meminta maaf."

"Khun-san." Baam menunjukan raut serius. "Aku sudah berjanji pada sepupumu untuk membuatmu lebih baik. Aku janji tidak akan mengatakan soal sisi Omega-mu pada siapapun. Jadi lakukanlah hal yang diinginkan Omega-mu. Aku tak akan keberatan."

Khun yang masih memiliki harga diri tinggi, tentunya tak mau melakukan hal memalukan seperti seorang Omega lemah yang selalu bergantung pada Alpha. Jadi dia menyeringai lebar seraya menatap Baam penuh tantangan. "Kau yakin bisa melakukannya dengan baik? Kau bukan Alpha, kau tak perlu melakukannya sejauh itu."

"Lagipula kita hanya tunangan dalam nama. Aku tak begitu mengenalmu, begitu juga dengan dirimu. Kenapa kau bersikeras untuk membantuku?"

"Karena aku sudah berjanji." Baam tetap pada pendiriannya.

Khun melipat tangan di dada, mata birunya menyipit tajam. "Itu saja? Aku tidak percaya pada perkataanmu."

Mendengar sindiran Khun, Baam mengepalkan tangannya erat. "Lalu apa yang bisa kulakukan untuk membuatmu percaya? Aku benar-benar ingin membantumu!"

"Tidak, kau tak perlu."

"Aku akan melakukannya!"

"Kenapa kau begitu keras kepala!"

"Karena aku ingin membantumu!"

"Untuk terakhir kalinya. Tidak!" Khun berjalan ke arah sofa dan duduk di sana. Wajahnya mengeras dengan sedikit tatapan tajam.

Baam yang tak mau kalah mengikuti, ia berdiri di samping Khun. Ia mencoba mengingat beberapa gestur yang disukai Omega dan berniat untuk mencobanya. Dia menggerakan jemarinya ke helaian rambut Khun di belakang telinganya. Telunjuknya memainkan rambut lalu sedikit menyentuh ujung telinga Khun.

Manik emasnya mendapati Khun yang menegang sambil menghempaskan tangannya kasar. Azure-nya mengerling tak terbaca.

Baam menyerah, dia bukan tipe seseorang yang bisa memaksa orang lain. Dia juga tidak pandai dalam 'flirting', astaga sejak kapan dia mempelajari teknik memalukan itu? Ia hendak pergi saat Khun menghentikannya.

"Kontrak. Jika kau menandatangi kontrak lain denganku. Aku akan memikirkan ulang usulanmu." Khun berkata pelan. Wajahnya yang tertunduk sambil menggigit bibirnya pasrah.

Baam menoleh dengan wajah cerah, ia ikut duduk di samping Khun dengan senyuman lebar.

"Benarkah?"

Khun memasang wajah frustasi. Ia tak ingin melakukan hal ini, tapi dia juga tidak mau sisi Omega-nya hilang kendali. Apalagi saat melihat wajah Baam yang sangat menyedihkan layaknya Anjing terbuang. Ia entah kenapa tidak bisa menolak ekspresi Baam yang satu itu, sial.

"Aku akan menulis kontraknya nanti. Hal yang harus kau ingat hanyalah tidak menanyakan hal apapun yang Omega ku inginkan atau lakukan dan tidak memberitahukan masalah ini pada siapapun." Khun memperingatkan Baam dengan serius.

Mengangguk cepat, Baam setuju. "Itu mudah."

Melihat ekspresi sumringah dari Baam, Khun berdehem--mencoba menyembunyikan sisi Omega yang tengah bersenadung bahagia. "Aku juga tidak ingin ada kebohongan di antara kita."

"Oke, aku tak pernah berbohong padamu sebelumnya." Baam menyangga dagunya dengan tatapan menerawang. "Jadi, apa yang harus kulakukan?"

Khun menyeringai lebar. "Bagaimana dengan pelukan dan ciuman?"

"Ah?" Baam berkedip polos.

Tertawa akan ekspresi sang brunette, Khun menyeringai kecil. Entah kenapa dia senang menggoda Baam yang sedikit naif. "Bukankah kau akan melakukan apapun?"

"Err--"

"Bercanda! Kau pikir aku akan meminta hal berat seperti itu?" Khun kembali tertawa, perkataannya menang bercanda. Meski sisi Omega-nya tidak menganggap itu candaan dan kini telah cemberut, mengeluh akan Khun yang begitu keras kepala karena tak meminta ciuman! Padahal rasanya manis dan nikmat! Hmph--Omega Khun misuh-misuh tak jelas.

Baam nampak berpikir sejenak, ia lalu tersenyum teduh. "Tapi aku tidak masalah dengan itu. Toh, kita sudah melakukannya barusan."

"..."

Khun terdiam, menenangkan Omega-nya yang lagi-lagi berulah. Seolah berkata 'ayo lakukan! Alpha sudah mengizinkannya! Cium! Cium! Cium!--' dalam benaknya Khun menampar sisi Omega-nya.

Teringat akan perjanjiannya, ia menghela napas berat. Dengan enggan, Khun bergeser mendekati Baam dan memeluk lengannya. Segera, dia mendapati Omega-nya bersenandung riang dan tenang.

Ternyata gestur simpel seperti ini saja sudah membuat Omega-nya tenang dan berhenti membuatnya sakit kepala. Iris aqua-nya melirik Baam yang tengah menatapnya lembut. Dalam manik emas itu tergambar rasa lega dan perhatian. Tak ada sedikitpun rasa mengejek atau merendahkan sisi Omega yang dibilang manja dan rapuh tanpa Alpha mereka.

Oh, Khun kemudian tersadar akan suatu hal penting. Ego-nya yang terlalu berlebihan membuatnya tak melihat kenyataan. Kenyataan bahwa Baam bukan Alpha normal. Bahwa pemuda cokelat itu selalu melihat semua orang dalam gender yang sama akibat kebiasaannya di dunia lamanya.

Sifat seseorang akan sulit diubah, akan membutuhkan waktu yang lama bagi Baam untuk menerima kasta gender yang ada di dunia ini. Dengan begitu Khun bisa bertindak sesuai keinginan Omega-nya bukan? Karena Baam sendiri tak akan tahu bagaimana buruknya sifat Omega yang ada di mata kebanyakan Alpha.

Ya, Khun hanya akan bertindak simpel seperti memegang tangan atau memeluk. Gestur itu sepertinya cukup, ia tak perlu meminta hal lebih. Dirinya tidak ingin mencampur perasaannya pada Viole ke Baam.

Baam memperhatikan Khun yang tenang di sampingnya. Kepalanya tersadar di bahunya, mata birunya telah meredup--fokus untuk memikirkan sesuatu. Ia bisa memastikan jika keluhan sisi Omega Khun telah terpenuhi sehingga sang bluenette terlihat sangat rileks meski benaknya tengah melayang menganalisa entah apapun itu.

Suasana hangat itu kemudian diinterupsi oleh suara ponsel yang berdering.

Khun melepas pelukannya dan mengambil ponsel tersebut. Melihat nama orang yang memanggil, ia segera mengangkatnya.

"Pelaku sudah ditemukan?"

/"Hei! Aku belum mengatakannya tapi kau sudah tahu! Hmph!"/ Suara Xia Xia di balik telepon menggerutu.

"Aku akan meminta Maschenny untuk menanganinya. Sampai jumpa di kantor besok."

/"Hei! Tunggu--"/

BIP

Khun menutup sambungan telepon dengan seringaian kecil. Ia mulai memikirkan 'hukuman' apa yang bisa dia lakukan pada orang yang telah berkhianat di perusahaannya. Dia bukan orang sok suci yang akan memaafkan orang begitu saja. Khun itu tipe orang yang paling membenci pembelot. Jika bawahannya berpaling, dia akan membalasnya dengan lebih kejam.

Melihat Khun yang tengah menyeringai lebar dengan aura menakutkan. Baam hanya tertawa. Ia bisa memastikan jika oknum hitam sudah ditemukan, sementara Khun tengah memikirkan apa yang akan dia lakukan pada orang itu.

Ah, Baam jadi sedikit rindu pada pekerjaan polisinya.

Giliran telepon Baam yang berdering. Ia melihat nama Shibisu dan segera mengangkatnya. Sang manajer hanya berkata singkat untuk memerintahkannya melihat trending di Twitter dan sosmed lain.

Baam membuka akun sosmed-nya dan tercengang. Foto pemotretan pertamanya telah menjadi bahan pembicaraan panas. Banyak orang yang mulai berspekulasi mengenai dirinya yang mengubah sifatnya dalam waktu singkat.

Sebagian fans menggila hingga ia malu membaca komentar mereka yang siap untuk ditandai atau dibuahi; sebagian berteriak tak jelas; menghormati dan memperlakukan layaknya dewa; dan hal aneh lain yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya.

Wow, Baam baru tahu jika fans Viole bisa jadi segila ini! Dia jadi agak menyesal telah memakai pose seperti itu. Ugh, kalau begini jadinya. Kapan dia bisa berhenti?

Mendapati Baam yang mengerutkan kening tak nyaman, Khun melihat layar ponsel Baam dan membaca beberapa postingan fans Viole.

"Wow, ini pertama kalinya aku melihat postingan bar bar seperti itu." Khun berkomentar dengan sindiran.

"Wow juga padamu karena telah menggunakan kata bar bar." Balas Baam tak kalah sarkatis.

Khun sedikit tercengang, ia tak mengharapkan Baam membalas komentarnya dengan nada sarkas. Itu membuktikan bahwa sang Alpha sudah sangat frustasi dengan keadaannya.

Sisi Omega-nya yang tenang kembali marah atas postingan orang lain pada Alpha-nya, Khun pun menghela napas berat. Tangannya terulur untuk menangkup kedua pipi Baam.

"Kau juga bisa berbagi keresahanmu. Aku tak keberatan."

Baam menatap Khun lekat. Ia menggenggam telapak tangan Khun di pipinya dan mulai menceritakan apa yang mengganggu pikirannya.

TBC

Yoru : I'M A BAAMKHUN/KHUNBAAM HARDCORE FANS!!!
Yoru : Apdet karena mau merayakan kedatangan Yoru di fandom ToG yang sudah mencapai dua bulan! Apakah masih bisa disebut newbie? :'3

Salam,
Yoru

13 Agustus 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro