08. Sharing the future with you
Suasana canggung menghiasi ruang makan. Kedua pemuda yang tengah menyantap sarapannya terlihat terbenam dalam pikirannya masing-masing. Satunya kebingungan harus bagaimana mencairkan suasana. Sementara satunya lagi memilih diam.
Baam masih ingat dengan jelas kejadian tadi pagi, ketika dia meminta Khun untuk lebih terbuka akan naluri Omega-nya. Sang bluenette langsung memerah dan menyentak bahwa dirinya tak akan mengulang kejadian memalukan ini. Ia bisa melihat Khun yang sedang memarahi naluri Omega-nya. Namun, janji tetaplah janji. Dia bersi keras untuk membiarkan Khun tak selalu bersikap tegang di sekitarnya.
"Tapi kau sudah berjanji!" Baam berusaha mengingatkan janji mereka kemarin malam.
Khun hanya tertawa sambil memasang wajah menantang. "Tidak, itu tidak dihitung karena kau tak menentukan kapan hitungan itu dimulai."
"Kenapa kau begitu sulit."
Khun waktu itu langsung berjalan pergi tanpa berkomentar apapun. Baam yang ditinggal dalam kebingungan hanya bisa menghela napas berat. Ia memang ingin membantu Khun, tapi jika yang bersangkutan tidak mengizinkannya. Dia tak bisa berbuat apa-apa.
Usai sarapan, ia melihat sang Omega yang sudah menghilang dari kursinya. Baam berkedip lalu mengecek ponselnya saat mendapati pesan masuk. Ternyata itu dari Shibisu yang menyatakan jika kelanjutan pemotretan akan dilakukan besok jam 10 siang. Ia segera menjawab ok, lalu membersihkan piring-piring bekas dan mencucinya.
Otaknya berusaha untuk memikirkan masalah Khun. Namun saat melihat tingkah sang Omega yang sama sekali benci dengan nalurinya. Baam memutuskan untuk mengalah, jika ia memaksa mungkin hanya akan membuat Khun merasa tidak nyaman. Untuk saat ini dia hanya perlu bersikap biasa.
Ngomong-ngomong, Baam cukup penasaran dengan perusahaan yang Khun jalankan. Dari ingatannya, Viole hanya tahu jika perusahaan itu cukup besar. Kalau tidak salah di dunianya ada juga beberapa perusahaan yang terkenal hingga mendunia, tapi masing-masing dari mereka memiliki skandal buruk yang membuat kerugian besar meski dengan cepat teratasi.
Jika dunianya berjalan sama persis, maka salah satu perusahaan itu akan mengalami krisis besar dalam seminggu ke depan. Baam hanya berharap jika itu bukan perusahaan milik Khun.
Yah, sebaiknya dia bertanya. Toh, dia ingin memastikan perusahaan Khun yang mana. Karena dirinya berniat untuk bertukar saham.
Seperti biasa, Khun nampak sibuk dengan laptopnya. Baam bisa melihat beberapa surat, angka perhitungan dan beberapa diagram mengenai produk elektronik maupun aplikasi penjualan game yang tertera di layar. Seketika manik emasnya melebar. Dia mengenal beberapa merek dan game itu, sama persis dengan di dunianya.
"Khun-san? Apakah nama perusahaanmu Lighthouse?" Tanyanya sambil mendekati sang bluenette.
Khun melirik sejenak lalu mengangguk. Ia tersentak saat Baam menyentuh laptopnya dengan tatapan serius. Mengerutkan kening akan tingkah sang Alpha yang tiba-tiba, Khun lalu malah mendengar Omega-nya yang kembali mendengkur bahagia--senang mendapat perhatian sang Alpha.
"...tarik penjualan game itu."
Khun yang tak mendengar perkataan Baam dengan jelas karena sibuk berdebat dengan naluri Omega-nya, bertanya ulang. "Apa kau bilang?"
"Game itu." Baam menunjuk ke layar laptop. "Di dalamnya banyak bug, pihak yang membenci perusahaanmu sudah menambahkan virus berat sehingga saat pembukaan game tiga hari lagi. Game tersebut akan mendapat lag berat, tidak berjalan dengan baik dan proses pembelian top-up yang tak berfungsi dengan baik."
"Dari mana kau tahu itu?" Khun menatap Baam dengan curiga. Ia tahu jika pemuda di depannya bukan berasal dari dunia ini. Baam hanya menyebutkan dunia mereka mirip, tapi itu bukan berarti dia bisa melihat masa depan. Oh, kecuali--
Melihat kerlingan di bola mata biru Khun, Baam tersenyum kecil. Dari perkataan kecilnya barusan, Khun bisa menangkap penjelasannya dengan cepat. Sebelum Khun bertanya lebih lanjut, Baam mengaku. "Aku mati saat usiaku 25 tahun, saat ini Viole hanya 21 tahun. Artinya aku tahu kejadian 4 tahun ke depan jika dunia ini sama persis dengan duniaku."
"Kau...," Khun kembali menutup mulutnya, otaknya mulai berjalan cepat sampai dia terkekeh. "Kenapa kau memberitahuku hal ini?" Mata birunya memandang sang bruenette dengan tatapan skeptis.
Baam duduk di sebelah Khun sambil menyandarkan punggungnya. "Aku hanya tidak ingin kejadian buruk itu menimpamu. Setidaknya, dengan begini kau tak akan menderita kerugian."
Mendengarnya Khun memasang pose berpikir, ia mencoba mengingat siapa saja karyawan yang terlibat dalam pembuatan game ini. "Dari yang aku lihat tak terlalu banyak faktor yang bisa membuat virus besar seperti itu masuk ke dalam perusahaanku dengan mudah. Kecuali ada pengkhianat." Bisiknya pelan sambil terus menganalisa perkiraan persentase orang berkhianat di otaknya
"Ya, aku ingat jika ada yang seperti itu di berita." Komentar Baam seraya mengingat-ingat kejadian itu.
Khun yang tertarik dengan pengetahuan Baam. Tentunya tak akan meninggalkan kesempatan bagus ini untuk pergi. Meski apa yang Baam ingat tak akan sama persis terjadi. Tapi itu sangat membantunya untuk membangun lebih banyak jaringan.
"Bagaimana kalau kita membuat deal?" Khun menatap Baam penuh minat.
"Deal? Untuk apa?" Baam memasang ekspresi tanya.
Khun membuka laptopnya dan mulai mengetik beberapa angka sebagai kalkulasi harga yang akan dia bayar atas informasi yang Baam berikan. "Kau memberitahu semua pengetahuan 4 tahun ke depan. Sebagai gantinya aku akan membelinya dengan uang."
"Ah, kau tak usah--"
Sang bluenette menatap Baam tak setuju. "Tidak Baam, ini adalah deal. Aku tidak akan memanfaatkanmu tanpa bayaran yang pas."
Baam terlihat memikirkan tawarannya, ia tersenyum kecil lalu berkata. "Bagaimana jika bayarannya berupa saham? Sebenarnya aku berniat untuk berhenti di dunia seleb. Aku tidak menyukai perhatian publik."
"Kau akan berhenti?" Khun menatap Baam aneh. Jika sang brunette ingin berhenti, kenapa dia masih mengerjakan pekerjaan modelnya saat ini?
Mendengarnya Baam tertawa. "Kau lupa kalau aku itu mantan polisi? Rasanya tak nyaman harus menjual wajah ke seluruh negeri demi uang."
"Itu hidup barumu, semuanya terserah padamu." Khun mengangkat bahu, ia secara tak sadar bergerak untuk mendekat ke arah Baam. "Bagaimana? Apakah kau setuju dengan deal-nya?" Tanyanya menyeringai.
Baam mengangkat tangannya untuk bersalaman. "Deal."
Dengan itu Baam mulai menceritakan segala hal yang ia tahu. Mengenai bencana alam, kasus-kasus besar, produk terlaris dan berita lain yang sangat terkenal di masanya.
Khun mendengarkan cerita Baam dengan minat. Suara Baam saat berbicara sangat lembut, pemuda Alpha itu menyesuaikan nada bicaranya tergantung apa yang dibicarakannya. Jika kasus korupsi nadanya akan berubah menjadi dengusan jijik, senang saat berita hukum baru yang berlaku mengenai orang-orang tanpa pekerjaan, tertawa ketika menceritakan beberapa artis yang memiliki skandal memalukan. Serta memasang raut sedih saat berkata jika dalam satu tahun ke depan akan terjadi kemarau panjang yang mengakibatkan kekurangan air dan kelaparan di beberapa tempat.
Seiring berjalannya waktu, Khun mulai berkomentar mengenai topik benda elektronik yang dibuat perusahaannya di dunia Baam. Ia sangat tertarik akan ide itu, jika dia mengeluarkan produk itu sekarang. Pasti dia akan menerima keuntungan yang sangat besar.
Khun yang bersemangat akan idenya, tak sadar jika dirinya saat ini sedang bersandar di bahu Baam. Mulutnya menggumamkan beberapa kata mengenai pembuatan produk baru, jarinya tengah mengetik di atas keyboard sementara kepalanya tertumpu di bahu Baam.
Sang Alpha melihat tingkah Khun yang sepertinya tidak sadar dengan kedekatannya itu hanya diam. Ia senang karena keduanya sudah tidak canggung lagi, pertahanan yang Khun buat saat ini sudah hilang. Sehingga dia bisa melihat betapa nyamannya sang Omega.
Jika Baam mengungkit naluri Omega-nya, mungkin Khun akan kembali kesal dan marah. Jadi, dia memilih untuk menikmati momen tenang itu dengan santai.
Karena Baam sadar, jika Khun ternyata orang yang cukup nyaman diajak berbicara, beropini atau menganalisis ide tertentu. Ia bahkan mendapat beberapa tips bagus mengenai pembelian saham yang cepat dan tepat--andai saja Baam tahu jika cara itu termasuk kategori 'licik'. Haha.
Manik emas Baam melihat kepangan di rambut Khun sedikit terlepas, ia menggerakkan tangannya untuk menyentuh rambut biru muda sang Omega dengan lembut. Ia mendapati Khun yang tersentak, mata birunya menatapnya kaget dengan semburat merah di pipi.
"Ah, maaf tapi kepangan di rambutmu lepas." Sesal Baam dengan raut bersalah.
Khun menyentuh sisi rambut yang disentuh Baam tadi sambil menundukkan wajahnya. Ia kemudian mematung ketika melihat betapa dekatnya dia duduk dengan Baam. Nyatanya, ia hampir duduk di pangkuan sang Alpha. Ekspresi Khun berubah lagi, tak nyaman.
"Khun-san hentikan itu!" Baam memperhatikan Khun dengan lekat. Ia memang tak bisa mencium feromon Omega Khun untuk mengetahui perasaan sang bluenette. Tapi Baam yakin jika Khun kembali merutuk sifat Omega-nya.
Khun lalu merasakan feromon Baam yang perlahan menenangkannya. Ia tertegun sejenak sebelum berubah kesal. "Bukankah kau tidak tahu bagaimana menjadi Alpha? Lalu kenapa kau bisa mengeluarkan feromon seenaknya!" Sang Omega berkata sarkatis. Dia tidak suka saat feromon Alpha menyerangnya--mengontrol perasaanya--itu menjadikannya seperti orang lemah yang harus dijaga dan dirawat.
"Feromon? Aku mengeluarkannya?" Baam berkata dengan raut horor. Dia langsung bangkit dan berdiri menjauh. "Maaf, aku tak sengaja! Aku bahkan tidak tahu cara mengontrolnya!" Ia berdiri sejauh mungkin dari Khun.
"Maaf Khun-san! Aku akan pergi ke atas untuk sementara waktu." Suaranya bernada penuh penyesalan. "Sekali lagi maaf!"
Setelah itu, sosok Baam dan aroma Alpha-nya menghilang cepat dari pandangannya. Khun memijit keningnya dengan helaan napas panjang.
Ia sendiri bingung dengan sifatnya. Dia sangat benci diperlakukan seperti Omega. Ia juga benci karena seberapa besar pun dia mengontrol Omega-nya, nalurinya itu selalu keluar tanpa ia sadari. Sehingga ia lambat menyadarinya.
Dimulai dari memeluk pakaian Viole--Baam. Tertidur di bahu sang Alpha. Kemarin dia bahkan dengan gila tanpa sadar berakhir tidur dengan Baam. Lalu barusan ia dengan nyaman menempel pada Baam. Jika terus begini, perkataan Ran kemarin mungkin akan benar-benar terjadi.
Khun masih ingin melawan nalurinya...
Mengingat wajah Baam yang begitu menyedihkan saat dia berlari karena tak sadar mengeluarkan feromonnya padanya. Khun tertawa kecil, pasti mantan polisi itu berpikir jika feromonnya tengah keluar untuk menyakitinya.
Itu salah besar, justru feromon Baam terasa sangat nikmat. Dia memasang wajah kesal karena dirinya tak sanggup menahan diri. Feromon Alpha begitu fatal bagi Omega, apalagi feromon yang disukainya. Itu bisa membuatnya 'turn on'.
Khun merenung, memikirkan rasa cintanya pada Viole dulu. Ia menyukai sang Alpha karena feromonnya yang berbeda dari setiap Alpha yang dia temui. Biasanya dia jijik jika feromon Alpha tercium di dekatnya. Pengecualian bagi Viole, aromanya begitu manis dan nyaman. Kecuali jika Viole tidak menatapnya dengan tak suka, itu akan berubah menjadi aroma asam dan pahit.
Karena tubuh Viole ditempati Baam saat ini, feromon yang dia sukai otomatis menjadi milik Baam.
Tidak seperti Viole, Baam adalah orang yang baik, ramah dan secerah matahari. Baam bahkan rela membantunya meski itu tidak ada hubungannya dengannya. Jika kontrak mereka berakhir, ia yakin bahwa dirinya tak akan memiliki kesempatan untuk sering bertemu dengan Baam.
Tadi dia sempat mendengar jika Baam ingin tinggal bebas. Dia ingin pergi ke berbagai tempat sambil menghabiskan uang yang dia terima dari bisnis sahamnya.
Entah kenapa pikiran Baam yang meninggalkannya membuat hatinya sakit. Oh, ayolah Khun! Cintamu hanya pada Viole! Jangan dengan mudah terbawa emosi. Apalagi Baam sudah cukup menderita saat cintanya malah membunuh dan menyiksanya.
Khun mendecak sebal, ia akan berhenti memikirkan hal tidak perlu. Kepalanya sudah pusing karena sedari tadi sisi Omega-nya berteriak untuk segera meminta maaf pada Baam. Sial, dia juga sedikit bersalah karena hal itu.
Khun pun berjalan ke lantai tiga, di mana ada sebuah gazebo tempat santai. Saat pintu dibuka, ia melihat Baam yang tengah menyelimuti dirinya dengan selimut. Tengah duduk di sudut dinding di atas lantai.
"Hei? Ada apa denganmu?" Khun bertanya pelan.
Baam berjengit, dia langsung bangun dan melarikan diri.
"..."
Khun tertawa kecil, tingkah Baam sangat kekanakan. Membuat mood buruknya terangkat. Ia dengan santai mengejar Baam. Ketika ia melihat sosok yang ditutupi selimut. Khun segera menariknya dengan paksa.
"Wah! Jangan mendekat! Aku benar-benar tidak tahu bagaimana mengontrolnya!" Baam menarik selimut itu untuk kembali menutupi dirinya.
Khun menghela nafas lelah, ia mencoba mengambil selimut dari tangan Baam. "Hei! Aku tahu itu tidak sengaja. Jadi berhentilah bertingkah seperti ini."
Baam yang tak begitu mendengarkan perkataan Khun, dengan sekuat tenaga menarik selimut tersebut sampai kakinya menabrak meja dan mengakibatkan dirinya jatuh.
Khun yang masih memegang selimut juga kehilangan keseimbangan saat Baam menariknya dengan paksa. Ia ikut jatuh menimpa tubuh Baam di bawahnya.
"..."
"..."
Oh, tentu saja. Seperti adegan-adegan di shuojo manga. Bibir mereka bertemu dalam ciuman tak sengaja yang membuat keduanya membulatkan bola matanya masing-masing.
TBC
Yoru : Ne, Baam~ Khun~ jika kau melihat salah satu dari kalian dipasangkan dengan orang lain terlebih dahulu meski akhirnya kalian bersama atau kalian saling mencintai tapi sudah berhubungan dengan orang lain? Bagaimana menurutmu?
Baam/Khun : Bunuh orang yang menghalangi jalan BaamKhun!
Yoru : Good, i'm in! *jiwa psiko kumat*
Maaf Yoru sedang dalam fase mood yang buruk pake banget, jadi maaf bila ada yang tersinggung.
Sampai jumpa di chapter berikutnya~
Salam,
Yoru
11 Agustus 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro