Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

06. New face, new discovery

Membakar adalah hal yang pertama kali hinggap di benak Baam saat melihat kamar tidurnya di sebuah mansion pribadi milik Viole. Mansion ini nampak mewah dan memiliki letak strategis di perumahan orang kaya. Karena pusat pekerjaannya selalu berada di kota B, Viole membeli mansion ini dan menjadikannya tempat pribadi di mana tak ada seorang pun yang boleh datang menginjakan kaki disini tanpa izinnya.

Sekarang dia tahu alasannya.

Yep, apalagi selain barang-barang koleksi yang berhubungan dengan Rachel?

Baam ingin mengerang frustasi sambil mengacak rambutnya--jika saja ia tak menahan diri karena tingkah itu terlalu OOC baginya. Di ruang tamu semuanya begitu normal layaknya rumah besar biasa dengan gaya khas modern.

Namun semuanya berubah menjadi 'menyesatkan' ketika dia melangkahkan kakinya ke sebuah ruangan di lantai satu dekat dapur. Baam hampir lupa jika Viole menderita penyakit cinta buta yang terlalu obsesif.

Seharusnya dia menguatkan hati ketika ia melihat beberapa boneka, figur, buku dan foto-foto Rachel terpajang rapih di hampir setiap ruangan.

Mendesah lelah, Baam pun mulai mencabut dan membuang benda-benda laknat itu di halaman. Dirinya baru saja pulang dari pekerjaan lelahnya sebagai model, dia berniat beristirahat tapi mendapati mansion yang akan ditinggalinya selama beberapa hari ke depan begitu penuh dengan benda yang dibencinya.

Terpaksa, Baam menyita semua barang yang ia lihat dengan asal.

Perlu satu jam penuh Baam membersihkan semua benda laknat di lantai satu. Ia saat ini terbaring menelungkup di atas sofa, wajahnya memerah dengan penuh keringat. Napasnya sedikit memburu karena lelah.

Memikirkan bahwa mansion ini terdapat 3 lantai. Baam serasa ingin menangis di tempat. Dia tidak membayangkan koleksi Viole yang begitu luar biasa. Bahkan tadi ia sudah membakar begitu banyak barang yang pastinya itu belum mencapai setengahnya.

Ugh, Baam memutuskan untuk istirahat. Hari sudah memasuki tengah malam, apalagi dia besok masih harus mengikuti pemotretan lagi--terima kasih pada perubahan sifatnya--membuat pekerjaannya bertambah.

Untung saja di lantai 1 ada sebuah kamar yang tak dipakai, karena dia sudah membersihkannya tadi. Baam pun pergi ke kamar mandi lalu menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur.

Kebiasaan memang sulit diubah, meski Baam masih kelelahan. Dirinya tetap bangun jam 5 pagi.

Berjalan ke arah cermin, Baam tertawa hampa ketika melihat rambutnya yang sangat berantakan. Mengambil gunting di atas meja, Baam pun mulai memotong rambutnya hati-hati. Toh, dia sudah memberi tahu Shibisu kemarin kalau dia sudah tak mau memiliki rambut panjang.

Dengan keterampilannya di dunia sebelumnya--dimana dia selalu memotong rambutnya sendiri--Baam menatap pantulan dirinya di cermin sambil tersenyum kecil. Melihat wajah yang 100% mirip dengannya--hanya saja lebih muda. Membuatnya teringat akan rupanya yang dulu.

Yah, rambut pendek memang lebih cocok untuknya. Selain mudah diatur, dia juga tidak perlu mengikat rambutnya lagi. Kepalanya juga terasa lebih ringan dan sejuk.

Puas dengan penampilannya, Baam pun memutuskan untuk pergi ke kamar mandi. Memakai pakaian olahraga dan melakukan kebiasaan paginya--berlari berputar di sekitar komplek perumahan.

Baam membuka pintu mansion-nya saat bel berbunyi. Ia melihat Shibisu yang tengah nyengir ke arahnya.

"Wow kau terlihat lebih segar." Komentar Shibisu saat melihat gaya rambut Baam yang baru. Ia agak terpana melihat Viole yang begitu berbeda, seolah pemuda di depannya itu bukan Viole yang dikenalnya.

Baam terkekeh pelan. "Thanks, aku baru saja selesai membuat sarapan. Kupikir kau akan datang setengah jam lagi."

"Apa kau lupa jika kau sangat sulit untuk bangun pagi sehingga kita sering terlambat? Aku tersanjung melihatmu sudah bangun sepagi ini--" Shibisu kemudian memasang wajah kaget. "Tunggu! Kau tadi mengatakan apa?! Membuat sarapan?"

Mendengar pertanyaan Shibisu, Baam mengangguk polos. "Ya, aku kebetulan membuat lebih jika Shibisu-san mau." Tawarnya ramah.

"..." Shibisu menepuk jidatnya sambil menggerutu. "Aku lupa jika kau memulai hidup baru. Kau selalu saja membuat aku terkejut dengan perubahan abnormalmu itu."

Pemuda tan itu kemudian teringat akan kenangan buruk mengenai betapa marah dan sensitifnya Viole terhadap pengunjung mansion-nya. "Padahal dulu kau selalu marah jika seseorang seenaknya masuk kesini. Sekarang kau malah mengajakku masuk."

Ekspresi Baam sedikit menegang, pikiran tentang penderitaannya kemarin mengenai benda laknat kembali terlintas. Dengan tawa canggung Baam mengalihkan tatapannya. "Benarkah? Aku juga tidak mengerti kenapa aku yang dulu seperti itu."

Keduanya pun masuk ke dalam dan sarapan bersama. Shibisu lagi-lagi dikejutkan dengan rasa masakan Viole yang begitu lezat. Dengan kelezatan ini, dia yakin Viole bisa menjadi chef terkenal kapan saja. Dirinya cukup beruntung bisa memakan masakan model terkenal macam Viole. Dia tak boleh menyisakannya sedikit pun.

Diam-diam, Shibisu memperhatikan Baam yang makan dengan santai. Dulu dia tidak merasa bersalah karena telah mengirimkan beberapa foto atau aktivitas Viole pada Khun. Lagipula sang brunette terlihat acuh dan terkesan tak akan peduli mengenai apa yang dia lakukan.

Akan tetapi, melihatnya begitu berubah menjadi lebih baik. Shibisu merasa sedikit bersalah. Mungkin dia harus segera meminta berhenti pada Khun mulai sekarang, toh ia sudah bisa membayar hutangnya yang dulu dia pinjam pada sang Omega.

"Ada apa?" Baam bertanya saat melihat Shibisu yang nampak tak nyaman. Ia heran mendapati manajernya yang selalu tertawa konyol itu menunjukan raut negatif. Sama sekali tidak seperti Shibisu yang biasa.

"Hanya memikirkan hutangku, aku berniat membayarnya nanti." Jawabnya seraya mengigit daging lezat di mulut. Membuatnya mendesah nikmat.

Baam menghentikan gerakan garpu-nya seraya menatap Shibisu serius. "Ah? Aku tidak tahu kau memiliki hutang. Jika kau mengatakan sebelumnya aku pasti akan membantu."

"Nah, aku akan melunasinya nanti." Shibisu menyeringai lebar. "Dan untukmu Viole~ pastikan untuk lebih menjaga sifatmu saat pemotretan, oke? Aku tidak ingin insiden pingsan masal kemarin terulang lagi."

"Uh, aku hanya tersenyum biasa. Tak ada yang spesial." Membayangkan aksinya kemarin, Baam sama sekali tidak mengerti kenapa begitu banyak orang yang berteriak bahkan sampai pingsan. Ia merasa jika rupanya itu tidak terlalu mencolok.

Kalau bicara masalah penampilan, Baam rasa Khun lebih cocok menjadi model. Dilihat dari mana pun, tunangannya itu memiliki wajah rupawan dengan bola mata biru seindah lautan. Rambut biru mudanya begitu lembut diterpa cahaya, apalagi jika bibir merah muda itu mengukir seringai kecilnya yang khas. Dirinya yang tak pernah berpikir bahwa lelaki bisa seindah itu juga sedikit terpikat.

"Tidak, Viole. Kau lebih baik diam saja dan tak melakukan hal yang tidak perlu."

Melihat Shibisu yang tersenyum--tapi tidak dimatanya--apalagi aura hitam di belakang punggungnya. Membuat Baam mengganguk cepat dan memfokuskan diri menyelesaikan sarapannya.

.

.

.

Merebahkan diri di atas tempat tidur, Baam menatap lampu ruangan dalam diam. Waktu masih menunjukan pukul 2 siang, tapi dirinya sudah kembali di mansion-nya karena pekerjaan modelnya entah kenapa mengalami penundaan selama beberapa hari.

Dari yang Shibisu jelaskan, akibat foto-fotonya kemarin yang tak sengaja tersebar di sosmed. Popularitasnya makin melonjak hingga mendapatkan trending.

Pihak perusahaan dan agensi masih mencari dalang yang menyebarluaskan foto, maka dari itu pekerjaannya ditunda dalam waktu yang tak ditentukan--karena banyaknya perusahaan lain yang siap untuk mengontrak Baam untuk iklan atau pemotretan produk.

Tadi dia melihat Shibisu yang tak henti-hentinya mengangkat telepon dan menjawab semua panggilan dengan ramah dan sopan. Baam baru sadar jika Viole begitu terkenal disini. Dirinya jadi sedikit enggan untuk melanjutkan pekerjaannya.

Baam awalnya berniat untuk menolak segala pekerjaan sejenak, hingga popularitasnya menurun sehingga dia bisa berhenti sepenuhnya di dunia seleb. Jika begini, dia akan kesulitan untuk berhenti.

Sebenarnya apa yang bagus dari dirinya? Kulitnya tidak terlalu putih, wajahnya juga tergolong normal, mungkin status Alpha dan keluarganya yang memiliki pangkat tinggi--sehingga Viole menjadi begitu terkenal.

Menyerah akan pemikirannya yang tak menentu, Baam mendudukkan diri di atas kasur. Tadi dia baru saja selesai membersihkan semua 'benda keramat' milik Viole. Meski ia sangat kelelahan, Baam entah kenapa tidak bisa tidur siang.

Jadi dia memilih untuk membuka laptop Viole--dan menghapus semua file Rachel yang mencapai beberapa TB--ya, TB bukan GB.

Astaga Viole -_-);

Setelah itu, Baam mulai surfing di dunia internet. Dia membuka beberapa nama perusahaan yang diingatnya dulu dan melihat harga-harga saham. Tersenyum puas ketika melihat bahwa semuanya benar-benar sama dengan kehidupan di dunianya. Baam memulai bisnis sahamnya dengan semangat.

Ia begitu asyik mengetik dan membeli saham sampai telinganya mendengar suara bel di lantai bawah.

Menghentikan ketikannya, Baam sedikit merenung dan bertanya-tanya siapa yang datang ke mansion-nya. Shibisu tadi sudah bilang kalau dirinya akan sangat sibuk dan tidak mungkin datang padanya. Keluarga Viole jelas tidak mungkin karena mereka sangat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Penasaran, Baam pun menutup laptopnya dan segera turun untuk membuka pintu.

Dia sedikit kaget mendapati tamu di depan pintunya. Ternyata Khun, pemuda yang juga mirip Khun, seorang wanita berambut cokelat dan pria berbadan tinggi tengah menatapnya kaget.

Oh, mereka belum melihat penampilan barunya.

"Kau Viole? Benar-benar Viole? Atau saudara kembarnya?" Perempuan berambut cokelat memandangnya dengan terpana.

Baam tertawa canggung lalu mengalihkan tatapannya pada Khun yang menundukkan wajahnya. Karena bayangan sore, Baam tak sadar jika pipi sang Omega tengah merona sepenuhnya.

Pemuda yang mirip Khun, memutar bola matanya malas. "Jadi, apakah kau akan membiarkan kami masuk? Atau tetap berdiri disini?" Tanyanya sarkatis.

Mendengarnya Baam segera mempersilakan mereka berempat masuk dan mengiringnya ke ruang tamu. Dia segera pergi ke dapur untuk membawa beberapa puding dan jus yang tadi dia buat.

Kini kelimanya tengah duduk dalam suasana canggung. Tidak ada yang mengangkat suara atau pun saling memandang.

Baam yang bertugas sebagai penerima tamu, memutuskan untuk memecah keheningan.

"Um, jadi ada apa?" Tanyanya ragu. Pasalnya Baam agak risih karena sedari tadi jadi bahan tontonan dari keempat tamunya.

"Hanya ingin melihatmu." Ran menjawab asal. Mata birunya menatap Baam dengan tatapan menyelidik.

"..."

Ruangan kembali hening.

"Tidak usah terlalu dipikirkan, Ran hanya ingin melihatmu secara langsung." Khun berkata datar. Ia mengerti jika Ran ingin memastikan perubahan Viole. Tapi dia juga merasa jika sepupunya itu merencanakan hal lain.

Xia Xia memperhatikan Baam yang nampak tak nyaman dengan suasana saat ini. Dirinya tak bisa berhenti untuk menatap sang model, mau bagaimana pun juga Viole nampak sangat berbeda dengan apa yang diingatnya. Apalagi dengan gaya rambut barunya! Entah kenapa dia mungkin akan menjadi salah satu fansgirl-nya.

"Sebenarnya aku hanya ingin melihatmu karena A.A bilang jika kau telah memulai hidup baru dan sepertinya itu benar." Ran menyangga dagunya, matanya tetap tertuju pada sosok Baam yang menatapnya balik. Ia kemudian menyeringai seraya membulatkan keputusannya.

"Sekarang aku yakin kau akan bisa mengurus A.A dengan baik. Mengingat Omega sangat sensitif dan A.A tidak pernah mendapatkan perawatan Alpha yang baik sehingga kondisinya tak begitu baik."

Mendengarnya, tentunya Khun tidak setuju. Sekarang dia tahu apa tujuan sepupunya bertemu Viole. Bagaimana bisa dia membiarkan Ran berbuat semaunya? "Ran! Apa maksudmu! Aku baik-baik saja! Selama ini aku hidup dengan baik tanpa Alpha."

Ran mendecih, matanya menyipit tak setuju. "Sampai kapan? Apa kau tak sadar jika gejalamu sudah memburuk kian hari?"

"Tidak, aku baik dan ini tidak ada hubungannya dengan Viole."

"Tentu saja ada, dia tunanganmu!" Ran menunjukan ekspresi kesal. "Jika dia ingin berubah, setidaknya dia harus membayar apa yang dia selalu abaikan padamu selama hampir tiga tahun. Ini demi kebaikanmu."

"Jangan dengarkan dia Viole. Aku baik-baik saja."

Baam yang tidak mengerti dengan apa yang mereka ucapkan hanya bisa diam. Satu hal yang mengganggunya hanyalah status tunangannya. Dia pernah membaca jika Omega itu sangat sensitif dan perlu diperlakukan dengan lembut.

Ketika dia membayangkan sosok Viole yang memperlakukan Khun dengan delikan benci. Baam merasa jantungnya sakit, meski itu bukan dirinya. Ia yang mengambil alih tubuh Viole, mempunyai tanggung jawab atas Khun selama tiga bulan ke depan.

Ia menyalahkan dirinya yang terlalu sibuk mencari saham, berlatih pose dan memikirkan hidup kedepannya sampai dia melupakan hal penting mengenai tunangannya itu. Seharusnya dia lebih peka untuk mencari lebih banyak informasi mengenai Omega. Karena ingatan Viole sama sekali tak menyebutkan apapun.

Memantapkan hatinya, Baam menatap Ran yang sedang berdebat dengan Khun. "Apa yang harus aku lakukan?"

Pertanyaan yang dilontarkan Baam, membuat keempat orang itu menoleh dengan raut heran. Mereka tak membayangkan bahwa sang brunette akan menerima saran Ran dengan cepat.

"Viole, kau tidak perlu melakukannya." Khun tetap pada pemikirannya.

"Aku tak begitu tahu soal Omega, kau tahu jika dulu aku selalu mengabaikan semuanya dan memfokuskan diri pada seseorang." Jawabnya menyesal. "Jadi jika ada yang bisa aku bantu, aku akan melakukannya dengan baik."

"Heh, ternyata kau memilih pilihan yang tepat." Ran menyeringai menang.

"Wow! Ini enak sekali! Dimana kau membelinya?" Xia Xia berkata sambil memakan puding, mengabaikan suasana serius di sekitarnya.

"Aku membuatnya sendiri." Baam menjawab tanpa sadar. Sejenak dia lupa jika dirinya dan sepupu Khun tengah membicarakan hal penting.

"What! Ya ampun! Selain tampan, kaya dan Alpha kau juga jago memasak! Jika kau tak memiliki Khun, aku bersedia menjadi--"

Perkataan Xia Xia terpotong saat pinggangnya ditusuk oleh Khun yang tersenyum 'manis'.

"Diamlah, kita sedang membahas hal penting disini."

"..."

Xia Xia pun memakan pudingnya dengan wajah menyedihkan.

TBC

Halo! Mulai sekarang kalian bisa panggil saya Yoru, jangan Thor pliz, aku bukan Hero yang suka bawa palu lho 😅

Salam,
Yoru

07 Agustus 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro