Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 8

Jangan takut! Semua orang pernah berbuat salah, tetapi ingat untuk jangan mengulangi kesalahan yang sama.

°°°

Enggak tahu mengapa, pagi ini Mita tahu-tahu sudah berdiri di gerbang dan tersenyum lebar begitu melihat Axa turun dari boncengan motor ayahnya. Ia tidak terlalu risi sebab ia rasa Mita bukanlah orang-orang seperti yang ia pikir selama ini. Kemarin ia merasa bahwa gadis dengan nama lengkap Amitya Lexa itu adalah satu manusia baik yang tidak akan melukainya, karena ketulusan terpancar di matanya dan selalu menjagakan perasaan Axa selama ini.

Jadi, begitu melihat Mita, ia tidak langsung pergi atau mengabaikannya, melainkan malah berjalan menemuinya. Meskipun Axa tidak membalas senyum balik pada Mita, gadis itu tetap mempertahankan lengkungan di wajahnya itu sampai Axa buka suara.

"Ada apa?" Tidak ada kalimat basa-basi, ia bukan tipe manusia yang doyan membuang waktu untuk hal tersebut.

"Ke kelas bareng, yuk." Mita tiba-tiba mengaitkan tangannya pada Axa. Melihat keadaan teman satu kelasnya yang paling pendiam dan terkesan tidak tampak kemarin, dan cerita dari ibunya membuat Mita sadar ini seharusnya yang ia lakukan untuk Axa selama ini.

Pagi ini ia tidak datang kepagian seperti biasa yang ia lakukan. Berhubung kali ini ia diantar ayahnya, ia jadi harus menunggu pria berkumis itu makan, yang menurut Axa sangat lama untuk menyelesaikan satu porsi sarapan. Keadaan sekolah pada jam segini pastilah ramai-ramainya para siswa datang.

Akan banyak makhluk yang dipanggil manusia itu akan ia lewati. Sejujurnya, akan lebih baik ia pergi ke kelas sendiri. Ia akan membawa kakinya berjalan cepat yang lebih mirip berlari untuk bisa segera sampai di kelas, ia tidak akan tersiksa dengan ditatap banyak orang. Kalau bareng Mita, mana mungkin ia bisa berjalan cepat, apalagi dengan posisi saling bergandengan.

"Jangan takut, aku bersamamu kok, Xa."

Justru karena bersamamu, aku jadi semakin takut, pikir perempuan yang sedari tadi hanya diam saja itu. Ternyata seorang Mita mempunyai pikiran yang sulit ditebak, kali ini ia mengejutkan Axa dengan cara menyematkan sebuah topi berwarna hitam dengan sebuah gambaran bordir berbentuk smile emoticon  kuning di atasnya.

"Kalau pakai topi orang bakal sulit mengenali, jadi nggak usah khawatir lagi." Mita menyematkan topi serupa pada kepalanya.

Saat hendak melepaskan topi itu karena terlalu aneh, ia lebih dulu ditarik dan terpaksa pasrah saat Mita menuntunnya ke kelas bak anak SD yang baru sekolah. Topi itu malah membuat mereka berdua menjadi sorotan orang-orang, konyol sekali dua orang itu berjalan dengan santainya dengan topi yang sama konyol bertengger di kepala mereka seakan berteriak pada orang-orang; lihatlah kebodohan kami ini, kece 'kan?

Mudah sekali bagi Axa untuk melepaskan benda itu, dan berjalan mendahului Mita sejurus kemudian. Namun, ia tidak enak bila melakukannya. Ada rasa aneh di hatinya atas perlakuan Mita yang begitu peduli padanya.

Ia seperti merasa berharga dan berarti. Sampai di kelas pun, Mita mengantarkannya hingga ia duduk dengan aman di kursi kebanggaannya di kelas. Tentu saja tidak lepas dari tatapan para teman sekelasnya yang melihat mereka keanehan.

"Nah, sampai dengan aman, kan! Udah aku bilang nggak usah khawatir. Pokoknya besok-besok kita harus bareng lagi ke kelas!"

Axa tetap seperti dirinya biasanya, diam tak membalas. Cepat-cepat ia merogoh tas dan mengeluarkan earphone alih-alih segera minta maaf atas perbuatannya kemarin. Ia menyetel kuat sebuah lagu, berharap dengan itu bisa mengabaikan apa yang terjadi. Ia menyembunyikan wajahnya pada lipatan tangan di atas meja. Abaikan ... abaikan, rapalnya dalam hati.

Mengapa Axa berubah pikiran terhadap Mita, padahal kemarin kekeh untuk tetap menjaga jarak dengan orang lain?

Axa menemui Radit dan Mita, persis seperti yang ibunya perintahkan. Ketika ia keluar dan menemui mereka, yang Axa lihat adalah Mita yang matanya sembap dan sedikit berair, hidungnya juga memerah, Axa sadar saat itu Mita pasti sehabis menangis.

Muka Radit juga tidak jauh berbeda meski tidak menangis. Axa penasaran apa yang telah ibunya ceritakan lada mereka sehingga keduanya bisa begitu.

"Kalian kenapa belum pulang?"

Tidak langsung dijawab, Mita malah kembali menangis sedangkan Radit menunduk membuat Axa mendekati mereka dan mengambil posisi di samping Mita.

"Kenapa? Mama cerita apa sama kalian?"

Kembali tidak ada jawaban, dan Axa dibuat terkejut oleh Mita yang tiba-tiba memeluknya.

"Maafin aku yang selama ini enggak paham dan malah jadi teman yang jahat," kata Mita sambil menangis.

Kembali ke waktu sekarang. Meskipun sudah menemukan teman yang baik, bukan berarti Axa mudah menerima teman-teman yang lain, apalagi sepertinya mereka masih kesal dengan Axa.

Bel masuk akan bunyi beberapa menit lagi dan mungil sebagai akhir bagi Axa di pagi ini untuk menghindar dari tatapan teman sekelasnya. Namun, tidak. Satu masalah muncul kembali.

Seorang siswi yang Axa tidak kenal tiba-tiba masuk ke kelas dan berjalan menuju dirinya. Ia merasa tidak enak, apalagi mejanya digebrak keras.

"Cewek nggak tau diri!"

Bulu-bulu halus Axa berdiri. Seperti de javu, kejadian yang pernah ia alami terulang kembali di depan matanya.

"Kenapa kamu dekat-dekat dengan Radit, hah?!"

Tidak sendiri sepertinya gadis itu membawa geng, rasanya Axa mau berlari pulang saja.

---

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro