Chapter 12
Nggak ada kata terlambat, yang penting kamu berusaha untuk memulai sebuah hal baik.
....
Tidak menyangka hari itu sampai juga. Seluruh anak kelas Mia tiga hari ini memakai pakaian daerah. Mereka menyambut para pengunjung pameran dengan senyum ramah.
Seluruh lukisan rampung dalam waktu kurang dari seminggu. Hasilnya pun tidak mengecewakan. Ini semua berkat kerja keras mereka.
Axa ambil andil menyelesaikan lukisan besar itu dan sedikit membantu teman-temannya yang kesusahan melukis.
"Aku yakin kita bisa juara," seru Johnny ketika melihat banyaknya pengunjung yang datang.
Pameran mereka memang yang paling bagus untuk ajang seflie para anak muda yang doyan upload foto di sosial media.
Setiap sudut adalah spot foto yang Instagramable. Para guru juga senang berfoto di sana. Bahkan ada yang menawar salah satu lukisan.
"Kerja bagus kalian, guru-guru pada suka semua." Pujian itu berasal dari Bu Zoya.
Yang mendengar tersenyum bangga dan bersorak senang. Axa pun melakukan hak yang sama, ia telah berbaikan dengan masa lalunya dan memilih untuk memulai. Benar kta ibunya enggak semua orang sama seperti teman SMP-nya.
Masalah Rossa juga tidak pernah muncul dan mengganggunya lagi, mungkin Radit benar-benar telah menyelamatkannya.
"Untuk Axa, ada yang ingin Ibu bicarakan sama kamu."
Axa mengekor Bu Zoya, mereka pergi ke ruang guru. Axa merasa ia tidak membuat kesalahan, jadi ia tidak takut untuk kali ini.
Bu Zoya mengambil sebuah map dari laci mejanya.
"Ini, coba baca."
Axa menerima map itu, berisi beberapa data universitas yang jurusan seninya bagus. Mata Axa Mak berkaca-kaca. Ia terharu. Bu Zoya selama ini memperhatikan dirinya. Ia pikir jika siswa bodoh seperti dirinya tidak akan diperhatikan.
"Masih ada satu semester untuk kamu memperjuangkan nilai agar lulus jalur undangannya."
"Terima kasih, Bu. Axa nggak bisa berkata-kata lain, selain makasih banget."
°°°
"Lama banget bicara sama Bu Zoya. Ada apaan," tanya Mita.
Mereka kini dibariskan untuk penutupan acara hari ini. Juga untuk mengumumkan pemenang lomba pameran.
"Panas Mit."
"Nggak usah mengalihkan pembicaraan, deh Xa."
Axa tertawa. Ia mengedipkan matanya sebelah, "sesuatu deh."
"Axa jangan gitu. Kan mulai lagi, aku nggak suka kalau kamu udah kayak gini."
"Ssst, bising amat. Nanti pulang sekolah aku ceritakan deh."
Suara di podium berdeham menginterupsi siswa-siswi yang mulai ribut untuk diam. Kepala sekolah belum selesai menyampaikan pidatonya, sedangkan para siswa sudah kalang bang karena pidato ity terlalu panjang untuk sore yang masih panas ini.
Kira-kira lima belas menit, pria tua itu berbicara akhirnya selesai juga dan digantikan suara wanita yang ditugaskan sebagai moderator acara.
Agenda berikutnya adalah yang dinanti-nanti, yaitu acara pengumuman pemenang lomba dan pameran.
Bu Ani selaku wakil kepala bidang kesiswaan yang membacakan para pemenang.
Dengan tidak sabar Axa dan kawan sekelas berharap ada kelas mereka di antara pemenang yang akan diumumkan.
Dan benar saja, doa terkabul. Sorak bahagia dan gembira bergemuruh. Tepuk tangan dan teriakan kemenangan begitu kencang terdengar dari kelas dua belas Mia tiga yang diumumkan sebagai juara satu pameran terbagus.
Dengan keras, mereka meneriaki nama Mia tiga ramai-ramai. Pencapaian bear di akhir masa sekolah itu membuat semaunya berteriak bahagia dan bangga.
"Mia tiga, Mia tiga, Mia tiga!"
Berakhir indah. Setelah semua yang terjadi. Badai akan berhenti dan pelangi akan muncul kira-kira seperti itulah yang terjadi pada mereka.
---
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro