Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 11

Manusia itu rumit, terlebih perempuan

***
.
.
.
.

"Jangan masukin dalam hati."

Radit mengangguk, sembari mengenakan helm. Ia berkunjung ke rumah Axa hanya beberapa menit sebelum diusir oleh Axa. Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang bareng, Mita dan Radit.

"Kau tahu sendiri ada alasan kuat kenapa Axa begitu."

"Ngerti kok, Mit. Tenang aja."

"Cuma, ya, Dit. Emang benar seharusnya kau menjauh dulu dari Axa beberapa hari ini. Ia pasti masih kacau setelah semua."

"Iya itu juga aku tahu. Cerewet amat, Mit." Radit memukul helm Mita kesal.

"Ish, aku lagi serius. Kata Mama Axa, kalau sudah begini Axa pasti sulit membaik jika orang-orang yang membuatnya begitu masih di sekitarnya." Mita berdecak, menyadari ada satu masalah lagi. "Tapi pameran kita pasti terganggu."

Radit tersadar sesuatu. "Ya ampun, aku lupa hari ini, kota seharusnya mempersiapkan pameran. Mana tinggal seminggu lagi."

"Itu dia, Dit. Kita juga masih butuh Axa untuk menyelesaikan besarnya."

Keduanya terdiam memikirkan langkah apa yang harus dilakukan sekarang. Mereka sudah di atas motor masing-masing, bersiap pulang, tetapi mesin tidak kunjung dinyalakan karena memikirkan satu hal.

"Ah, aku dapat!"

Radit semringah memikirkan ide yang ia ingin lakukan. "Ini juga bakalan membuat Axa baikan."

Mita mengernyit. "Apaan?"

"Besok juga tahu."

---

Mereka lagi-lagi mengunjungi rumah Axa pada saat pulang sekolah. Namun, kali ini tidak berdua. Mereka satu kelas datang. Membuat rumah minimalis itu sesak dan Reemar kembali terkejut.

Untungnya Ziva anaknya yang sudah gak besar mampu membantu Reemar membuatkan minuman bagi penjenguk Axa itu.

Ide yang Radit bicarakan kemarin adalah membawa seluruh teman sekelas untuk meminta maaf pada Axa. Mereka juga telah menceritakan kondisi Axa pada mereka dan menegaskan bahwa selama ini tindakan yang mereka lakukan begitu jahat pada gadis pendiam itu, terlebih kejadian kemarin.

Mia tiga ternyata tidak seburuk yang selama ini tertangkap. Buktinya, setelah Mita dan Radit menjelaskan, mereka semua dengan mudah paham dan mengerti. Mereka juga yang mengusulkan agar menjenguk Axa hari ini.

Eca dan geng yang paling merasa bersalah karena mereka sering sekali menggosipkan Axa yang tidak-tidak. Mereka tidak tahu ternyata alasan mengapa Axa begitu tertutup dan sering berbicara kasar adalah ulah manusia seperti mereka.

Maka, waktu menjenguk mereka membawa kue dan buah, barangkali itu dapat membuat mereka mendapat maaf dari Axa.

Gio yang tidak berubah, ia masih tetap kesal pada Axa. Juga kesal karena persiapan pameran lagi-lagi tidak jadi padahal harinya sudah dekat.

"Sabar, semua bakalan selesai. Urusan ini lebih penting dari pameran itu, Bro," bisik Radit, menyadari raut kesal Gio sedari tadi.

"Semoga aja."

Axa yang baru keluar dari kamar terbelalak tidak percaya melihat begitu banyak manusia di rumahnya dan manusia-manusia itu adalah teman satu kelasnya.

Ia memandangi satu-satu wajah-wajah meraka. Ia merasa terintimidasi dan melangkah undur.

"Ma, ada apa ini?" tanyanya beralih pada Reemar sebagai satu-satunya yang dapat ia percayai untuk menjelaskan keadaan tersebut.

"Mereka mau lihat keadaan kamulah, Xa."

Ia tidak punya penyakit yang mematikan atau kecelakaan. Kenal pula ia dijenguk, ia hanya tidak enak badan dan pusing kemarin.

"Kita mau minta maaf, Xa." Mita mewakili teman-teman yang lain, "juga mau memperbaiki hubungan yang kamu salah pahami."

Eca mengangguk dan mengangkat parsel buahnya, ia menyerahkan pada Axa. "Aku minta maaf, sering menceritakan yang buruk tentang Axa."

"Kujuga."

"Aku pun."

Tere dan Febi ikutan.

Lalu teman-teman yang lain bersahutan mengutarakan rasa bersalah mereka.

Axa masih tidak memahami kondisi itu, hanya diam saja. Ini begitu mendadak di hidupnya. Teman-teman yang mengerti dirinya dan meminta maaf.

Hal yang waktu SMP ingin sekali ia dengar dari mulut teman-temannya. Terharu, Axa sadar SMP dan SMA-nya ternyata berbeda.

Hari itu mereka saling memaafkan dan Axa sadar bahwa ia salah telah terlalu tertutup.

---

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro