Chapter 10
Pembuat masalah, enyalah dari hidup aku!
***
Yang ditunggu-tunggu akhirnya kesampaian, Pak Umar meninggalkan kelas setelah bel pergantian pelajaran berbunyi dan tidak lupa setelah memberikan tugas yang banyak tentunya.
Ia segera menuju tempat Axa, ia butuh keterangan atas apa yang terjadi. Baru saja berdiri dirinya malah dicekal. Itu perbuatan Gio.
"Kita perlu rapat tentang pameran."
"Elah, ntar dulu. Kan bisa pas pulang sekolah, ada yang mau aku urus."
"Dit. Kau terlalu urus banget tentang Axa. Kau jadi mengabaikan banyak hal."
"Bukan saatnya berdebat, Yo."
Ia segera melengos pergi tidak memperdulikan Gio yang mencak-mencak.
Dengan rasa penasaran ia menanti penjelasan Mita, yang sekarang tengah membereskan catatan absen yang kelupaan ia isi. Ia sempat kena semprot Pak Umar walau tidak membuat ia dalam masalah, tetapi Mita pikir ia harus cepat membereskan hal tersebut agar tidak kena marah oleh guru yang masuk berikutnya.
"Lama bener ngisi itu doang."
"Sabar, sikit lagi."
Menanti Mita selesai dengan tugasnya, Radit memandangi Axa yang masih dengan posisi yang sama sejak tadi. Kepala di atas lipatan tangan.
"Ini semua gara-gara Rossa cewekmu!" cetus Mita menutup buku panjang itu.
"Rossa bukan cewek aku."
"Entahlah, pokoknya dia mengaku begitu tadi."
"Terus apa yang dia buat?"
Mita melihat Axa sejenak, ia sedikit merasa tidak enak kembali membicarakan kejadian itu.
"Dia labrak Axa-lah. Maki-maki, pokoknya gitu."
"Kok, bisa?" Radit tidak habis pikir mendengar kejadian tersebut.
"Mana aku tahu. Kesel banget aku, mana enggak ada yang nolongin Axa. Benar-benar deh, teman sekelas kau ini memang nggak punya hati." Ia mengeraskan bagian terakhir karena masih tidak memaafkan keegoisan teman-temannya.
"Astaga, aku benar-benar nggak tahu apa-apa." Geram Radit buru-buru pergi ke kelas Rossa untuk menyelesaikan masalah ini, sebelum Axa lagi-lagi menjadi korbannya.
Mita tersenyum puas, ia menyentuh pundak Axa. "Tuh, Radit udah bertindak, kamu nggak bakalan kena masalah lagi, Xa."
Perlahan gadis itu merubah posisi dan menatap Mita, ia pucat pasi saat wajahnya ia perlihatkan.
"Astagfirullah, Xa. Kamu pucat banget, sakit lagi ya?"
"Mit ... Aku mau pulang ..."
Mita menyadari bahwa kondisi Axa kembali terpuruk lagi. Tidak mau bertanya-tanya lagi, segera Mita membawa Axa pulang, dan meminta izin pada guru. Sempat ditawari beristirahat di UKS saja, tetapi Axa mau.
***
"Maaf, Tante. Mita ngga bener jagain Axa," sesal Mita. Karena memang Mita bawa kendaraan, Mita yang ditugaskan membawa Axa pulang, terlebih Axa sendiri mengatakan bahwa ia pulang bersama Mita saja.
Rumah Axa tidak terlalu jauh, dan keadaan jalan sepi sebab jam-jam kerja saat itu.
Axa sudah beristirahat dalam kamar. Sekarang tinggal Reemar dan satu bocah laki-laki berumur lima tahun dan dirinya di ruang tamu.
"Nggak papa, justru saya yang berterimakasih nak Mita mau direpotkan seperti ini."
Mita mengangguk dan beralih menatap bocah yang sedang asyik ngemil jelly.
"Adeknya Axa, Tan?"
"Iya, ini paling bungsu. Yang tengah masih kelas enam SD. Mereka memang jauh-jauh banget umurnya."
Kembali Mita mengangguk sebagai respons. Ia juga dapat izin pulang, sebagai orang yang mengantarkan Axa pulang. Sebab, bila ia kembali ke kelas pasti banyak pelajaran yang terlewat dan hanya buat capai saja.
"Nak Mita mau nungguin Axa bangun lagi? Sekalian makan siang bareng."
"Oh, nggak perlu Tan, nanti jadi ngerepotin. Mita mau pamit pulang aja."
"Ya sayang banget. Padahal Tante masak banyak hari ini." Reemar menyentuh tangan Mita dan berkata, "anggap aja terima kasih Tante sama Mita."
"Ta--tapi, Tan ...."
"Ada yang mau Tante sampaikan juga."
---
Sepulang sekolah Radit segera pergi ke rumah Axa setelah tahu bahwa gadis itu kembali sakit.
Ia masih bertemu Mita di sana saat ia sampai di rumah Axa. Waktu yang tepat, Axa sudah bangun dan ia dalat berbicara dengan gadis itu.
Untuk pertama kalinya ia diperbolehkan masuk kamar. Reemar juga sepertinya sudah memercayai Radit sepenuhnya.
"Maaf ini gara-gara aku." Radit memulai percakapan.
"...."
"Aku udah jelasin sama Rossa. Dan kamu nggak usah khawatir lagi."
"...."
"Axa kamu pasti marah besar, ya?"
"Iya! Kau tahu gara-gara kau aku jadi dalam masalah besar. Dari awal ini semua gara-gara dirimu!"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro